Monday, December 22, 2008

Full Day


Di postingan kemaren, Anton sempet komen, kenapa belakangan ini gue kok jadi narsis dengan suka pasang-pasang foto-foto gue sendiri di setiap postingan.

Well, ini semua salah ibu gajah yang memperkenalan photofunia ke gue, sementara gue punya sedikit sifat OCD (apakah itu? Silahkan dikonsultasikan kepada wikipedia, hehehe...). Jadilah setiap gue mau bikin entry, pasti gue pasangin foto dari fotofunia. Sama aja seperti dulu biasa pasang hasil quiz dari blogthings, tapi sekarang yang jadi objek adalah photofunia.

Well, apapun yang terjadi, Anton memprotes, Burung Hantu tetap narsis. Mwahahaha...

Kembali ke judul postingan kali ini, hari ini adalah hari terpenuh yang pernah gue jalani. Dari jam 7 pagi sampe jam 1/2 11 malem baru bisa istirahat. Rasanya udah mau hegh...

Emang sih kerjaan di kantor suka angin-anginan. Kalo lagi sepi, ya kita mah jam 4 juga udah pulang. Tapi kalo pas lagi banyak order, ya seperti hari ini, jam 6 udah bisa pulang aja rasanya udah bersyukur.

Saking sibuknya di kantor, sampe-sampe boss gue sendiri ikut ngetik manual di mesin ketik manual. Kenapa sampe begitu? Karena kita semua di kantor harus mengakui bahwa kalau sudah tentang mengetik pakai mesin ketik, maka boss gue adalah pengetik paling cepat di kantor.

Kita semua sih bisa aja ngetik pakai mesin ketik, tapi nggak ada yang bisa ngalahin boss kalau sudah tentang kecepatan dan ketelitian. Jadilah kegiatan mengetik manual di take over sama boss, sementara kita para kroco-kroco justru ribet sama komputer. Hehehe... Dasar kroco-kroco nggak berbakti.

Tapi secepet-cepet boss ngetik, tetep aja kita selesai semua hal yang harus diselesaikan hari ini pada pukul 17.58 WIB. Gile... 2 menit lagi udah jam 6 sore, dan kita baru beres. Hieh...

Padahal hari ini gue udah janji sama Ibu Gajah kalo gue mau nonton Konser Paduan Suara UnTar jam 7 malem.

Jadilah begitu kerjaan selesai, langsung aja ngacir dari Sentul buat balik ke Jakarta. Gila... Dari gerbang tol Sirkuit Sentul sampe ke gerbang tol Jakarta cuman 15 menit. Pokoknya udah gila-gilaan.

Udah gitu gue harus pulang dulu ke rumah buat setor muka ke nenek gue. Kasian juga dia, dari pagi nggak punya temen (kec pembantu), jadi ya gue bela-belain deh setor muka dulu.

Setelah itu baru ngacir lagi UnTar. Berangkat dari rumah jam 7 malem, padahal jadwalnya tuh konser dimulai jam 7! Haiya...

Untung aja acaranya telat mulai, baru mulai sekitar jam 1/2 8 malem. Jadi pas gue sampe di kampus UnTar jam 8, gue baru ketinggalan sekitar 3 lagu. Hieh... Baru kali ini gue nonton konser seperti di kejar-kejar setan.

Sayang, di konser kali ini nggak banyak temen-temen seangkatan yang bisa dateng. Dari semuanya, cuman ada Ibu Gajah, gue, Sumur, BulBul, J'son, Fannie, PeiPei, dan Wenny. Jadi dari se-geng cuman ada gue dan Ibu Gajah doang. Hieh...

Anjing Langit kecapekan kerja jadi staff redaksi koran bahasa Mandarin, Landak pulang kampung ke Cirebon, Ibu Dokter Paus jaga di rumah sakit, Sotong males dateng karena istri tercinta nggak bisa dateng, Laler dan Cucut sibuk kerja, Nyamuk nggak jelas kemana, Beruang Madu lagi nungguin mama-nya yang kena Typhus di RS, sedangkan Ibu Tai yang janjinya mau dateng (meskipun telat) ternyata justru sama sekali nggak dateng.

Hieh...

Emang udah pada sibuk ya sekarang? Hiks...

Sempet denger kalau Beruang Kutub dateng di konser itu, tapi entah kenapa kok gue nggak ketemu sama dia. Oh well...

Tentang konsernya sendiri... Well... Gue cuman punya dua kata, yaitu: rame dan mewah.

Ramenya emang nggak ngalahin ramenya konser2 penyanyi pro, tapi lumayan rame buat ukuran PaDus kampus. Ada kali sekitar 200 - 300 penonton. Tapi maklum juga sih, karena promotor acara konser ini kan Rektor UnTar, jadi pasti rekanan-rekanan dia pada dateng semua.

Mewah, karena ada sistem lighting dan sound system yang sangat bagus, sehingga bener-bener terasa seperti konser profesional, meskipun penyelenggaranya adalah kampus.

Tentang penyanyinya... yah... gimana ya... emang cirinya Astri (pelatih + conductor) membawakan lagu dengan lemah gemulai dan halus, jadi ya itulah cirinya. Lemah gemulai dan halus. Bahkan lagu-lagu yang banyak aksen seperti "For The Glory Of The Lord" jadi nggak begitu terasa aksennya, sedangkan lagu-lagu yang harusnya riang gembira seperti "Frosty The Snowman" jadi sedikit (cuma sedikit) mellow.

Tapi, begitu membawakan lagu-lagu mellow seperti "I'll Be Home For Christmas", wah... mellownya terasa banget. Hehehe...

Penyanyi-penyanyi cewek sama sekali nggak mengecewakan, meskipun gue harus mengakui kalau belum semua personel bisa berdiri sendiri, alias masih tergantung pada beberapa personel yang memang sudah berpengalaman.

Tapi untuk para cowok... terutama tenor... HIEH! Pada kemana tuh suara? Tenornya benar-benar terdengar sayup-sayup di kejauhan! Ketabrak alto aja sudah menghilang dari peredaran. Sementara bass-nya meskipun sudah cukup terdengar, tapi terkadang goyah. Jadinya gimana ya? Bass itu kan fondasi buat suara-suara lain, kalau dia goyang yang lain juga langsung gempa. Tapi untung saja goyangnya agak jarang, jadi yah bisa dibilang cuman fluke doang kok.

Tetep... para tenor... harus dibantai!!! Hieh... latihan keluarin suara dengan lebih ganas ya, para tenor.

Untuk para cowok, ada lagi kelemahannya. Yaitu nggak ada warna suara bariton. Jadi begitu di bagian yang mayoritas not tinggi, semua cowok suaranya masuk warna tenor (ringan banget), dan begitu masuk bagian yang mayoritas not rendah, langsung warna bass-nya gelap banget. Jadi nggak ada warna tengahnya. Yang ada cuman warna putih dan hitam, tanpa ada gradasi warna abu-abu. Terlalu kontras.

Tapi overall... dari skala 10, gue kasih nilai 7 deh. Dari nilai bulat 10 dikurangin 1 poin karena tenornya lemah, dikurangin 1 poin lagi karena bass-nya terkadang suka goyah, dan berkurang 1 poin lagi karena para perempuan-nya masih ada yang belum bisa independen.

Apart from that... konsernya bagus kok. Hehehe...

Ah iya, ada satu kritik lagi. Jubahnya harus putih ya? Duh... nggak pas aja ngeliatnya. Tapi nggak terlalu ngaruh kok, tenang aja. Hehehe...

Kelar konser, gue langsung pulang. Sampe rumah udah jam 10 malem, langsung makan malem dan sebelum tidur nulis entry ini dulu. Hieh... capek sodara-sodara.

Oh well... gue mau ke pulau kapuk dulu ye. Besok masih harus masuk kerja pagi-pagi lagi nih. Buh bye...

Thursday, December 18, 2008

Fidelis


Hahhhhh... seminggu ini banyak banget kegiatan. Capek banget rasanya. Hiks...

Selain capek juga ada beberapa kegiatan lama gue yang jadi agak terbengkalai. Contohnya, sekarang gue jadi nggak tersedia buat ngobrol-ngobrol di tengah malem karena gue sering tidur cepet demi supaya paginya gue bisa bangun.

Hieh... kangen banget sama kehidupan malam (halah... kesannya sering pergi ke klub2 gitu, padahal sih cuman on-line atau nonton TV doang, wakaka...)

Tapi beneran deh, nggak tahu kenapa tapi udah hampir dua bulan ini kok sibuk melulu ya? Rasanya waktu jadi padat kegiatan, padahal gue kan kepinginnya bisa santai-santai. Hehehe...

Yah, nggak apa-apa juga sih. Malah enak juga kok bisa sibuk, daripada cuman bengong doang di rumah.

Gue cuman bingung aja, kok bisa kegiatan sekalinya muncul lansung seabrek-abrek. Untung aja dari semua itu nggak ada yang tumpang tindih.

Kerjaan di kantor notaris juga rasanya bener-bener seperti main game. Kenapa gue bilang gitu? Karena seperti ada level-levelnya gitu. Waktu baru masuk, kerjaan masih rada sedikit n gampang-gampang. Pritil-pritil gitu lah.

Begitu lewat 2 minggu, mulai deh bletok-bletoknya muncul. Kasus yang ribet-ribet entah gimana mulai berdatangan.

Eh, sekarang... udah naik level lagi. Udah nggak cuman kasusnya yang ribet, tapi cara-cara pemecahan kasusnya juga udah mulai beraneka ragam, cara, dan warna (lho?)

Tapi beneran, nggak ada rasa boring, karena tiap hari kerjaan beda-beda melulu. Beneran serasa nonton film seri, tiap seri ada cerita, problem n pemecahan sendiri-sendiri yang heboh-heboh nggak jelas gitu.

Well, enough about work. Sekarang gue pengen bahas sesuatu yang berhubungan dengan judul posting ini.

Fidelis...

Gue nggak ngomongin tentang nama lho. Emang sih ada beberapa orang yang bernama Fidelis, tapi gue nggak berencana buat ngomongin mereka di dalam posting ini.

Yang pengen gue bahas adalah arti kata itu.

Secara harfiah, arti fidelis hampir sama seperti arti "Felisitas", yaitu the faithful (orang yang percaya). Tapi disamping itu, terkadang fidelis juga bisa diartikan sebagai the trustworthy (orang yang dipercaya--untuk memegang rahasia).

Gue lumayan bersyukur karena sejauh ini gue sudah beberapa kali memegang peranan sebagai fidelis. Yaitu memegang rahasia seseorang untuk tidak akan pernah memberitahukan rahasia itu kepada orang lain lagi--selamanya.

Selain itu seorang fidelis juga diharapkan untuk tidak menghakimi orang yang memiliki rahasia itu, walau apapun juga jenis rahasia itu.

Yah, mungkin supaya gampangnya, bayangkan saja pengakuan dosa kepada pastur, tapi tidak pakai ada peniten-nya. Hehehe...

Gue nggak ngomongin kepercayaan dalam konteks profesionalisme lho ya. Kalo gue harus memegang rahasia karena pekerjaan, itu sih lain ceritanya. Karena memang ada beberapa pekerjaan dimana rahasia tidak boleh diumbar sembarangan, seperti dokter, pengacara, psikolog, n tentu saja notaris.

Kalau kepercayaan dalam konteks profesionalisme itu dilanggar, maka sanksinya jelas tidak mungkin hanya dimarahi orang, melainkan sudah bisa sampai dituntut pidana.

Tapi kepercayaan dalam konteks privat, seperti memegang rahasia teman, tidak punya sanksi yang seberat itu kalau dilanggar. Makanya kepercayaan yang diterima seorang fidelis semestinya adalah kepercayaan yang cukup kuat, karena kepercayaan itu tidak didukung oleh dasar atau sanksi yang kuat.

Yang repot adalah, menjadi seorang fidelis mempunyai efek yang cukup tidak enak...

Kalau yang memberikan kepercayaan atas sebuah rahasia adalah seorang teman dekat, biasanya hal itu tidak membawa efek yang tidak enak. Tapi... kalau orang yang baru kenal sebentar dengan gue dan dia sudah memperlakukan sebagai fidelis, biasanya ada efek samping tidak enak yang akan muncul.

Efek itu adalah, orang itu entah mengapa menjadi menjaga jarak dengan gue. Seolah-olah karena gue udah tahu rahasia milik dia, orang itu jadi takut kalau gue akan menggunakan rahasia itu untuk menyakiti/melawan dia.

Dulu gue lumayan sedih kalo ketemu kasus seperti itu. Karena itu kan artinya gue jadi kehilangan seseorang yang berpotensi menjadi teman gue.

Tapi sekarang gue bilang, "Well, it's their loss."

'lembaga' fidelis memang tidak memiliki basis yang resmi, tidak punya sanksi kalau dilanggar, dan juga tidak membawa keuntungan apapun kepada si fidelis. Tapi buat gue, menjadi seorang fidelis adalah sebuah kehormatan, n gue akan menjaga kepercayaan sebagai seorang fidelis dengan sebaik-baiknya.

Kadang, gue juga nggak enak kalau hanya menampung rahasia orang lain. Apalagi kalau rahasia itu relatif 'besar'. Karena sepercaya-percayanya orang itu ke gue, pasti kekhawatiran kalau rahasia itu akan gue gunakan atau bocorkan pasti akan muncul.

Maka dari itu, kalau baru dapat rahasia yang besar seperti itu, biasanya gue akan menyeimbangkan dengan memberitahukan rahasia tentang diri gue kepada orang itu. Kasarnya, tuh orang gue jadiin fidelis gue. Hehehe...

Apalagi kalau orang itu sudah gue anggep sebagai teman dekat, dan dia menjadikan gue sebagai fidelis rahasia yang sangat besar. Sudah pasti gue nggak mau kalau orang itu lalu merasa terancam sama gue karena gue tahu rahasia dia. Maka dari itu, rahasia mereka gue seimbangkan dengan rahasia gue sendiri. Jadinya gue kan nggak bisa seenaknya membocorkan rahasia dia, karena sekarang ada kemungkinan dia akan membalas dengan rahasia gue sendiri.

Beberapa orang yang baca posting ini pasti tersenyum sendiri, karena "YES, I'M TALKING ABOUT YOU!" wakaka...

Yah, untuk sementara ini gue menikmati saja posisi sebagai fidelis. Toh motto gue sebagai fidelis adalah, "received, filed, and forgotten". Jadi tenang saja dan bersyukurlah memiliki fidelis seperti gue yang pikun ini, karena rahasia lo orang aman untuk selamanya, karena gue pikun! Khikhikhi...

(to that particular fidelis colegue, it's nice meeting you again after all this time)

Friday, December 12, 2008

Never Forget To Learn How To Be Lonely


Kadang kalau ada teman atau keluarga yang ulang tahun dan kita menyanyikan lagu 'Panjang Umurnya', pernah terpikir atau tidak konsekuensi dari lagu itu kalau kiranya doa yang terkandung dalam lagu itu terkabul?

Panjang umur memang harapan banyak orang, tapi apakah berumur panjang selalu menjadi sesuatu yang baik? Sepertinya tidak. Berapa besar kemungkinan bahwa pada saat kita menyentuh usia 70 tahun, tubuh kita masih dalam keadaan cukup baik sehingga kita masih bisa menikmati kehidupan?

Kemungkinan itu agak kecil. Biasanya pada usia 50 tahunan, kita sudah mulai dirongrong oleh penyakit-penyakit metabolik, seperti Hipertensi, Diabetes, dll yang menyebabkan kita tidak bisa menikmati makanan seperti pada waktu kita masih muda. Lalu mulai usia 60-an alat gerak sudah mulai terganggu, entah osteoporosis atau rematik, tapi di usia ini kebanyakan orang sudah tidak bisa bergerak bebas.

Pada usia 70-an, mata, telinga, dan lidah biasanya sudah kehilangan 50% kepekaannya, sehingga kita mulai kesuliatan menikmati pemandangan, lagu, dan rasa makanan kesukaan kita.

Dengan semua faktor itu, biasanya pada usia 70-an manusia sudah kehilangan kemampuan untuk menikmati hidup.

Masih bisa hidup dengan sehat saja sudah merupakan sasuatu yang harus disyukuri kalau kita berada di usia itu.

Bayangkan saja, dengan keadaan-keadaan yang merupakan sebuah keniscayaan itu, kita masih dibayang-bayangi penyakit yang berpotensi untuk lebih parah dalam mengurangi kualitas kehidupan kita. Contoh paling umum adalah stroke. Kita kehilangan kontrol terhadap 1/2 bagian tubuh kita. Bagaimana kita bisa menikmati hidup kalau tubuh saja sudah tidak bisa bergerak?

Itu masih hal-hal yang berhubungan dengan tubuh. Bagaimana dengan lingkungan?

Bisakah terbayang bagaimana rasanya dikaruniai usia panjang dan tubuh sehat, tetapi kita harus menyaksikan teman-teman kita 'pergi' satu per satu.

Kalau itu belum cukup parah, dengan usia panjang, tubuh yang semakin soak, dan teman-teman yang pergi, maka kita dihadapkan pada kehidupan yang sepi.

Sedih ya?

Makanya, disarankan waktu kita masih muda untuk berlatih hidup dalam kesendirian. Bukan apa-apa, tapi kalau saat itu tiba dan kita terbiasa dengan kehidupan yang dikelilingi oleh keluarga dan teman, otak kita sudah terprogram dengan gambaran hidup bersama orang lain, begitu dihadapkan pada kesendirian pasti rasanya sama sekali tidak enak.

Salah satu cara yang paling baik adalah mencari teman yang abadi.

Yes, I'm talking about HIM. Who else?

Nggak usah gimana-gimana banget, tapi mendekatkan diri dengan yang di atas pasti akan membantu perasaan kita pada saatnya nanti kalau teman-teman manusia kita sudah pergi semua.

Oh iya, memang sih masih ada kemungkinan untuk mencari teman baru. Tapi kalau kita sudah ada di usia setua itu, berapa persen kita akan bertemu sesama dengan usia yang sama? Kalaupun ada, apakah kesehatan mereka akan cukup baik sehingga mereka bisa memulai hubungan pertemanan yang baru dengan kita?

Sedangkan kalau mencari teman di kalangan yang lebih muda meskipun bukan sesuatu yang mustahil, tapi perbedaan usia tentu saja akan menghalangi kita untuk mendapatkan pola persahabatan yang maksimal.

Hieh... memang akhir tahun bikin pikiran mellow. Yang ada, tema yang diangkat juga jadinya mellow nggak jelas. Hahaha...

Tapi bener kan? Berhati-hatilah dengan apa yang kita minta. Sesuatu yang terdengar menyenangkan secara sekilas, belum tentu menyenangkan secara keseluruhan. Oleh karena itu, berlatihlah untuk sekali-sekali hidup dalam kesendirian.

Mungkin kalau sedang berlibur, putuskan semua komunikasi dengan dunia luar. Tinggal di rumah. Bayangkan kita sudah berusia tua, tidak punya teman dekat yang masih hidup, makanan yang dibatasi, kemampuan bergerak yang sangat terbatas, dan indera yang sudah tidak bisa maksimal dipakai untuk mengidera. Perlu mental yang sangat kuat untuk mempertahankan kewarasan pada saat kita terjebak dalam keadaan itu.

Kalau tidak percaya, coba saja lakukan itu selama seminggu. Hehehe... dijamin terasa banget.

Thursday, December 11, 2008

Guru-Guru Abusive


Tadi pagi nonton berita tentang kasus penganiayaan murid oleh gurunya di Gorontalo. Waktu gue denger head line seperti itu, gue langsung kebayang kalau penganiayaan yang dimaksud ya penganiayaan seperti biasa. Maksudnya ya satu lawab satu, seorang guru menganiaya seorang murid. Entah dijotos kek, ditendang kek, digantung kebalik kek, pokoknya intinya gue kebayang korbannya cuman satu orang.

Ternyata kejadian itu terekam di kamera HP (jaman sekarang apaan sih yang nggak direkam di HP? Kayanya segalanya udah direkam) dan pas gue nonton, gue lumayan bengong. Karena ternyata yang di-abuse itu nggak satu murid, tapi banyak murid! Udah gitu kejadiannya di sekolahan pula.

Jadi kayanya sih penganiayaan itu dilakukan dalam rangka menghukum anak-anak cowok sekelas (karena gue nggak liat ada murid cewek yang ikut di-abuse).

Dan yang bikin gue bengong lagi... yang dinyatakan sebagai penganiayaan itu adalah begini. Anak-anak disuruh baris jadi satu saf, trus maju satu-satu buat ditabok mukanya sama gurunya (katanya sih guru matematika, bapak-bapak gitu).

Bisa ya penganiayaan digilir gitu? Nyebutnya apaan tuh? Penganiayaan massal? Kayanya gak cocok deh, karena jadinya kedengeran seperti Pengeroyokan massal. Jadi kesannya satu orang dianiaya rame-rame. Jadi nyebutnya apaan dong? Masa DIANIAYAAN MASSAL? Waduh... Belum pernah denger tuh awalan di- digabung sama akhiran -an.

Oh well... gue sebut aja TERANIAYA BERJAMAAH. Khikhikhi... (lo kira sembahyang, bisa dibilang berjamaah gitu?)

Tapi yang gue pengen tahu lagi, emangnya ditabok/digampar/digeplak begitu udah termasuk penganiayaan ya? Kayanya waktu gue SD dulu hukuman dari guru-guru gue masih lebih parah daripada itu deh. Masa baru ditabok aja udah penganiayaan sih? Apalagi kalo dalam tema pendisiplinan ya. Kalo tanpa alasan sih, tuh guru namanya minta ditabok balik.

Emang sih jaman sekarang masyarakat sudah menganggap bahwa hukuman badaniah sudah tidak dapat diterima seperti jaman dahoeloe kala. Tapi masalahnya, alternatifnya apaan?

Kalau bukan hukuman badan trus mau hukuman apa? Hukuman psikologis gitu? Bukannya itu lebih parah ya? Ntar kalo efeknya tuh anak-anak berubah jadi paranoid/phobic/dll, kan malah tambah repot.

Atau mau hukuman berupa tugas? Disuruh bersihin kamar mandi sekolah gitu? Waduh... emangnya bisa mempan ya? Secara di rumah masing-masing tuh anak-anak pasti pernah ngerjain tugas-tugas kaya begitu.

Masa mau hukuman ekonomis, alias denda? Lo kira jalanan, ngelanggar dikit, disemprit polisi, trus bayar denda gitu? Bisa aja sih, tapi itu sih hukuman lebih kena ke orang tua daripada... ke ... anak...

WAH...!!!

Gue setuju sama denda! Biarin aja orang tua yang kena imbasnya. Kan ntar mereka yang marah-marah ke anaknya, jadi guru nggak usah takut dibilang abusive. Hehehe... Lagipula, kalo anaknya nakal, kan artinya orang tuanya yang nggak bener ngedidik-nya, biar aja mereka kerasa batunya. (kesannya gue kontra banget sama orang tua ya? khikhikhi...)

Haduh... pusing juga ya, padahal cuman mikirin tentang hukuman buat anak sekolah doang. Lha wong guru udah dilarang untuk memukul, tapi nggak dikasih alternatif untuk menghukum, jadinya gimana? Masa cuman dikasih tahu "Kamu jangan begitu, itu namanya nakal" sambil kepala muridnya dielus-elus. MANA MEMPAN?!

Yang ada malah tuh guru dikira melakukan pelecehan seksual dengan mengelus-elus muridnya. Hieh... repot lagi.

Apa mau pake ruang detensi seperti di penjara guantanamo? Murinya dimasukin ruangan kosong yang atap, lantai, dan temboknya berwarna putih. Dikasih lampu penerang yang kuat yang warnanya juga putih dan berbunyi 'ngggggggggggggggggggggggg' (suara lampu neon kalo baru dinyalain) trus-terusan.

Dijamin efektif sih. Ruang detensi seperti itu sudah terbukti bikin psychological breakdown, tapi nggak sampe trauma. Dijamin kapok! Tapi... hmm... sepertinya ada efek samping yang gue lupa apaan dari terapi ini. Tapi apa ya? Oh well, gue lupa. Hehehe...

Satu lagi yang gue pengen tahu. Tuh guru emangnya nggak ngerasa ya kalo dia direkam gitu? Rekamannya lumayan jelas lho. Jadi udah pasti tuh HP diangkat lumayan tinggi waktu dipake buat ngerekam. Tuh guru cuman tinggal ngelirik ke kanan, nggak usah nengok, cuku ngelirik aja, dia pasti udah bisa liat tuh HP. Tapi kok bisa-bisanya dia nggak nyadar ya?

Jangan2 emang dia sengaja minta direkam, trus tuh rekaman rencananya mau dipake buat kenang-kenangan kalo ntar dia uda pensiun. "Ini lho, dulu saya pernah nabokin anak-anak cowok sekelas. Keren ya saya?" wew... psikopat.

Tapi gue setuju dengan adanya penghukuman. Untuk usaha pendisiplinan memang nggak bisa dihindari penggunaan dari sebuah sistem penghukuman. It's just common sense.

Yang jadi pertanyaan, mau pakai sistem penghukuman yang bagaimana? Untuk dunia pendidikan harus dicari sistem penghukuman yang efektif (menimbulkan rasa kapok pada murid), tapi tidak menakibatkan kerusakan fisik/mental.

Nah... ayo, para psikolog, carilah jalan yang terbaik! Kalian dididik untuk itu bukan? Kita2 yang dari dunia hukum mah cuman kenal hukuman denda, kurungan, tutupan, penjara, dan hukuman mati. Yang mana jenis-jenis hukuman itu nggak cocok buat dunia pendidikan.

Ngomongin soal hukuman... gue baru nyelesein baca komik Rurouni Kenshin (Samurai X). Konyolnya, gue udah pernah baca tuh komik sampe kelar, tapi baru sekarang gue nyadar kalo tema tuh komik adalah atonement (penebusan dosa). Khikhikhi... telat banget ya gue? Maklum, tuh komik ceritanya rada meluas kemana-mana, jadinya tema utamanya rada gampang kelupaan. Hehehe...

Oh well, kita liat lah ntar gimana perkembangan tuh kasus guru abusive itu. Apakah akan menghilang atau akan berkembang seperti kasus STPDN/IPDN.

Btw, emang bener ya korban penganiayaan Ananda Mikola itu disodomi pake sendok sama si Ananda? Kok horor banget sih dengernya? Sekarang pake sendok, ntar tambahin garpu, pisau, piring, meja, kursi, dll, tinggal tambah roti, mentega, n nasi goreng udah siap tuh buat sarapan. Wakakaka... :))

Tuesday, December 09, 2008

Sebentar Lagi...


TAHUN BARU!!!

Hehehe... itulah yang gue maksud dengan sebentar lagi.

Nggak terasa kita cuma tinggal mengarungi 1/18 bagian akhir dari tahun 2008 dan kita sudah memasuki tahun 2009. Oh my...

Sejujurnya gue nggak begitu menikmati tahun baru. Karena tahun baru identik dengan awal, awal identik dengan pagi, dan gue nggak suka pagi, jadi gue nggak suka tahun baru (logika ngaco). Meskipun penjelasannya agak ngaco, tapi gue beneran nggak gitu suka sama tahun baru.

Dibanding pagi, gue jauh lebih suka malam. Dan dengan logika ngaco macam di atas itu, karena gue suka dengan malam, itu artinya gue suka dengan akhir, dan memang gue suka dengan nuansa akhir tahun.

Seperti sekarang ini...

Pertengahan bulan Desember...

Hhh... jadi mellow...

Rasanya baru kemaren masih bulan September, tiba-tiba sudah masuk Oktober, November lewat begitu saja, dan sekarang Desember sedang berlari menuju akhir.

Heh... Time flies...

Buat gue, tahun 2008 adalah tahun yang ekstrim, dan pada saat yang sama adalah tahun yang seimbang. Di tahun ini gue mendapat kebahagiaan dan juga kesedihan yang sama-sama kuat. Benar-benar sesuai untuk karakter aquarius yang tidak mudah terkesan. Jadi tahun ini lumayan berkesan lah buat gue. Hahaha...

Tahun 2009... bagaimana jadinya ya? Kalau untuk perancanaan gue sendiri sih, tahun 2009 akan jadi tahun yang sibuk sekaligus hectic. Tapi itu semua ya tergantung yang di atas sana. Bisa saja kan gue ngerancanain buat sibuk tapi ternyata justru jadi banyak waktu kosong. Hehehe...

Gue cuman berharap tahun 2009 tidak membawa perubahan ekstrim. Gue sudah cukup dapet perubahan-perubahan ekstrim di tahun 2008, jadi gue kepengen tahun 2009 menjadi tahun untuk istirahat (meskipun tetep sibuk).

Hmm... sepertinya gue memang sudah mulai tua.

Dulu gue selalu menyambut perubahan dengan senang hati, tapi sekarang gue malah berharap untuk mendapat stabilitas.

Hahaha... dasar aquarius memang susah untuk puas.

Yah, kita lihat saja lah nantinya bagaimana.

Btw, kalian tahun baruan sudah punya rencana apa? Gue sih seperti biasa, paling tahun baruan dengan keluarga. Seperti gue bilang, gue nggak gitu suka tahun baruan, jadi tahun baru dilewati biasa-biasa saja-pun nggak problem buat gue.

Haduh... lagi nuansa mellow terus nih. Dasar akhir, tahun sering membawa perasaan seperti ini.

Udah lah, entry kali ini segini dulu sebelum gue jadi lebih mellow lagi.

Well, I'll see you when I see you.

Saturday, December 06, 2008

Going To A Party, Stag


Hieh... hari ini gue dateng ke pesta perkawinan adik kelas gue di SMA. Gue dateng bukan karena gue kenal sama dia, tapi karena kakak dia dulu sekelas dengan gue dan kakaknya itu dateng ke rumah gue buat nganterin undangan. Jadi nggak enak lah kalo gue sampe nggak dateng.

Lagipula dia juga bilangnya kalo dia ngundang banyak temen-temen seangkatan gue yang dia undang, jadi sekalian reuni lah judulnya.

Tapi apa daya, ternyata yang bisa dateng dari angkatan gue cuman gue doang. Temen se-geng gue pada nggak bisa dateng, karena yang satu baru operasi cesar anak ke-3 jadi dia belum bisa pergi, yang satu kerja sampe jam 4 di grogol padahal acaranya di kemayoran cuman sampe jam 5, yang satunya ada di Amrik, dan yang terakhir ikut ujian penerimaan CPNS Departemen Agama.

Sementara temen seangkatan gue yang lain pada nggak tahu tuh kemana semua. Grr...

Jadilah dari geng gue cuman gue sendiri yang dateng. Hiks...

Tapi nggak apa-apa juga sih. Gue orangnya juga nggak problem, mau dateng rame-rame nggak apa, mau dateng sendiri juga nggak apa-apa. Hehehe...

Yang bikin gue rada mikir adalah, di pesta itu gue nggak kenal siapa-siapa kecuali temen gue yang ngundang itu. Sementara dia, sebagai kakak pengantin, bertugas sebagai among tamu. Jadi nggak mungkin juga dia gue ajakin ngobrol.

Hieh...

Jadilah gue bener-bener Stag. Alias bener-bener sendirian. Dateng sendirian, sendirian selama pesta, dan pulang sendirian.

Satu-satunya kegiatan gue adalah membrutali makanan pesta. Hehehe... Lumayan...

Bahkan waktu foto bersama pun, gue ngedompleng aja sama adek-adek kelas gue (yang mana gue nggak kenal semua), dan langsung menggunakan jurus Ibu Gajah, yaitu Narsis Forever! Wakaka...

Dalam keadaan apapun, kalau di hadapan kamera harus tersenyum semanis-manisnya (meskipun hasilnya amit-amit).

Hmm... ini bener-bener pengalaman pertama buat gue, pergi ke pesta dalam keadaan Stag sepenuhnya. Selama pesta itu berlangsung, gue sama sekali nggak ngomong apapun, karena emang nggak punya pasangan buat ngomong. Gak lucu kan kalo gue ngomong sendiri. Apa kata dunia kalo burung hantu oversize seperti gue ngomong sendiri? Yang ada gue langsung dikirim ke penangkaran hewan langka kan repot jadinya.

Kalo lagi begini nih, baru kepikiran sisi negatif dari keadaan nggak punya pasangan, secara pasangan gue ada di ujung dunia yang berbeda dengan gue. Hiks... Jadi mellow...

Ahh... well... jalanin saja lah ya? Toh, paling nggak gue bisa puas makan makanan pesta (meskipun sempet keget juga menemukan gado-gado di sana). Hehehe...

Friday, November 28, 2008

So Many Things To Find Out, One Thing To Decide


There would come a time in a person's life when he needs to decide which path he'll take for the rest of his life.

Hhh... gue udah tahu itu sejak lama, tapi gue baru menemukan diri gue di posisi itu sekarang ini.

Yah, emang setiap orang harus mengambil keputusan tentang jalan mana yang akan dia tempuh. Jalan mana yang menurutnya cukup berharga untuk menjadi fokus dedikasi kehidupannya.

Kebanyakan perempuan akan menjadikan anak sebagai fokus kehidupan. Walaupun ada juga yang memilih hal lainnya, karena berbagai alasan. Mulai dari memang perempuan itu sejak awal berniat untuk memfokuskan kehidupannya pada sesuatu selain anak, atau memang dia tidak dikaruniai anak sehingga harus berfokus pada hal lain.

Sayangnya, laki-laki tidak seberuntung itu. Memang sih, banyak laki-laki yang akhirnya memilih keluarga sebagai fokus kehidupan, tapi sayangnya dedikasi seorang laki-laki kepada anak tidak akan pernah menyaingi dedikasi seorang perempuan kepada anaknya, karena laki-laki tidak perlu menghadapi pertempuran seperti halnya peremapuan untuk mendapatkan anak.

Karena itulah laki-laki biasanya memilih objek lain sebagai fokus kehidupan, dedikasi, mimpi, dan bahkan ambisinya. Umumnya yang akan dipilih adalah pekerjaan.

Yah... itu sih konsepnya. Konsepnya memang gampang, tapi pada kenyataannya agak sedikit lebih ruwet dari itu.

Pertanyaannya adalah, pekerjaan apa yang akan dipilih?

Haeh... Gue sekarang ada di titik itu. Sekarang gue udah mulai magang di kantor notaris, yang berarti gue menempuh jalan untuk menjadi notaris. Tapi pada saat yang sama, jalan lain masih saja menggoda gue untuk gue ambil.

Jalan menjadi jaksa sudah tertutup untuk gue, karena ada syarat ukuran badan yang nggak bisa gue penuhi. Selain itu, sebentar lagi awal desember, dan biasanya penerimaan hakim diadakan di bulan Desember. Lalu masih ada juga jalan sebagai advokat yang masih mungkin untuk gue tempuh. Dan tentu saja ada juga jalan sebagai pegawai kantor, baik swasta maupun negeri.

Pilihannya ada banyak, dan gue masih belum bisa memutuskan secara final akan memilih jalan yang mana.

Oh iya, ada juga sih jalan menjadi pengusaha, tapi sayangnya gue nggak tertarik ke arah itu meskipun hal itu juga nggak sepenuhnya gue coret sebagai kemungkinan.

Jujur aja, selama 2 minggu gue magang di kantor notaris, gue semakin tertarik dengan pekerjaan yang satu ini. Entah kenapa pekerjaan satu ini (meskipun maha ribet) sangat menarik untuk gue. Memang nggak banyak drama seperti pekerjaan hakim ataupun advokat, dan juga tidak semapan pekerjaan sebagai pegawai, tapi pekerjaan ini menawarkan hal yang tidak ditawarkan pekerjaan lainnya.

Hal itu adalah, sebagai seorang notaris, kita adalah boss diri kita sendiri. Advokat biasanya jarang berkerja sendiri dan bergabung dengan kantor hukum, di kantor itu biasanya seorang advokat harus tunduk pada sistem kerja kantor hukum itu. Apalagi menjadi hakim dan pegawai negeri pasti punya jadwal yang teratur.

Sebaliknya notaris tidak punya boss. Notaris adalah boss di kantornya sendiri. Kita bisa memilih sendiri kapan akan buka kantor, kapan ingin santai-santai, kapan berkerja dengan cepat, dan kapan akan menunda-nunda. Semua itu ada di tangan notarisnya sendiri. Itu sangat menarik buat gue. Hehehe...

Emang sih, notaris tetap perlu memiliki kedisiplinan yang baik untuk memuaskan klien. Tapi tidak ada yang akan memarahi seorang notaris kalau dia bermalas-malasan. Paling resikonya adalah ditinggalkan klien dan tidak mendapat duit. Huahahaha...

Tapi selain itu, entah kenapa pekerjaan yang satu ini benar-benar menarik buat gue. Ada tantangan-tantangan tersendiri yang baru gue sadari setelah gue mulai kerja di kantor notaris yang entah kenapa justru membuat gue semakin tertarik.

Hhh... gimana ya? Gue pengen memutuskan untuk benar-benar konsentrasi pada jalan seorang notaris, tapi setiap kali gue mau ngambil keputusan bahwa gue akan commit di jalan ini, godaan dari jalan yang lain selalu mengganggu.

Hiks... what should I do? Apa mendingan gue bertapa ke gunung buat minta wangsit ya? (hehehe... mulai ngaco)

Yah, sekarang ini gue memutuskan untuk menjalani jalan yang sudah gue jalani ini saja dulu. Jalan lainnya gue cuekin dulu sampai tiba saatnya gue bisa menemukan alasan bagus untuk ganti jalan. Tapi kalau tidak ada alasan, gue rasa jalan sebagai notaris cukup worthy untuk gue tempuh.

God bless aja lah.

Monday, November 24, 2008

Marketing Melalui Telepon




Your Personality Profile



You are dependable, popular, and observant.
Deep and thoughtful, you are prone to moodiness.
In fact, your emotions tend to influence everything you do.

You are unique, creative, and expressive.
You don't mind waving your freak flag every once and a while.
And lucky for you, most people find your weird ways charming!



Tadi pagi bangun, n setelah kelar mandi langsung nonton TV. Gue nonton berita tentang jam masuk sekolah yang dimajukan jadi jam setengah 7 setiap harinya.

Wew... untung gue bukan anak sekolah lagi. Gak kebayang harus udah ada di sekolah jam setengah 7. Bisa-bisa gue jadi zombie gara-gara ngantuk setiap hari. Hehehe...

Tapi bukan itu yang pengen gue bahas dalam entry hari ini. Yang pengen gue bahas, sesuai dengan judul, adalah marketing yang dilakukan melalui telepon.

Well, gue nggak bisa bilang bahwa gue sepenuhnya keberatan dengan cara marketing seperti itu sih, tapi harus diakui kalau sistem itu bisa dibilang mengganggu orang yang ditelepon (dalam hal ini, gue).

Kejadiannya tadi siang sekitar jam 3. Gue n temen-temen gue lagi kelimpungan karena ternyata ada kesalahan dalam akta yang baru ditandatangani pagi hari tadi. Ada satu ayat yang missing in action.

Dalam akta notaris, kalau ada kesalahan satu huruf saja, kesalahan itu harus diperbaiki di hadapan orang-orang yang minta dibuatkan akta, dan orang-orang itu harus memberikan paraf di bagian yang diperbaiki itu. Kebayang dong hebohnya waktu kita nyadar bahwa ada satu ayat yang menghilang? Udah gitu orang yang berkepentingan sudah pulang pula. Akan amat sangat tidak lucu kalau orang itu disuruh balik lagi untuk paraf bagian yang diperbaiki.

Jadilah kita heboh berusaha memperbaiki akta itu tanpa merubah susunan akta secara keseluruhan dan juga tanpa merusak kekuatan legal akta itu. Haduh, udah persis seperti main puzzle yang super ribet!

Pas kita berempat lagi kebakaran jenggot gitu, tiba-tiba HP gue bunyi. Nomor yang muncul di layar HP adalah nomor yang tidak dikenal. Setelah gue angkat, terdengarlah suara seorang mbak yang bertanya:

"Halo, dengan saudara Dito?"

"Iya."

"Mas Dito, saya dari Fitness A, ingin memberi kabar gembira bahwa anda telah mendapatkan kartu anggota VIP di fitness kami."

DHHHUUUUUAAAAARRRRRR!!!!

Gila... kepala gue udah senut-senut gara-gara akta yang ribet kaya teka-teki, eh sekarang malah ini mbak satu malah nawarin kaya begituan. Kalo bukan gara-gara takut dibilang gak sopan, mungkin udah langsung gue putus tuh telpon.

Akhirnya terpaksalah gue ladenin tuh mbak,

"Memangnya tempat fitness-nya dimana ya Mbak?"

"Kami cabang Fitness A di daerah Gading Mas."

Gile aje... gue kerja di Sentul, rumah gue di Kebayoran, kalo sampe gue harus fitness di Gading, bisa garing krispy di jalan deh gue.

Setelah gue kasih tahu tempat kerja n tempat tinggal gue yang amat sangat jauh dari tempat fitness dia itu, sepertinya dia udah nggak napsu buat mendesak lebih jauh. Bagus lah.

Tapi dia belum mau menyudahi pembicaraan sampe gue merekomendasikan seseorang untuk ditawari membership di tempat fitness-nya.

Akhirnya dengan berat hati, dan dengan sangat TIDAK ikhlas, gue kasih dia nomor telepon Winy The Pooh. Hiks... maafkanlah ex-husband-mu ini wahai Winy. Tapi gue juga punya alasan sih merekomendasikan my loveliness ex-wife itu. Hehehe...

Alasan pertama, Winy The Pooh emang pernah ikut fitness. Siapa tahu aja dia emang punya niat untuk fitness lagi. Alasan kedua, kalaupun dia nggak mau ikut fitness lagi, gue yakin Winy The Pooh bisa lebih piawai untuk menolak tawaran si mbak itu. Wakakaka... (duh, gue beneran ex-husband yang tidak berbakti).

Hhh... gue maklum sih, si mbak itu memang hanya melakukan pekerjaannya, tapi aslinya gue punya 2 pertanyaan buat dia. Pertama, gue pengen tahu dari mana dia dapet nama n nomor telp gue. Bukan apa-apa sih, tapi penasaran aja gimana orang-orang telemarketing itu bisa dapet info-info nomor telepon calon customer.

Kedua, HARUS YA DIA TELPON DI JAM KERJA!!!!???

Menyebalkan... pas kita lagi kebakaran jenggot gitu malah ditelpon untuk membicarakan hal yang nggak penting. Menurut gue, mendingan para telemarketer itu harusnya dikasih jam kerja yang ada di luar jam kerja orang-orang lain. Kalo orang lain lagi kerja, mereka harusnya istirahat, jadi usaha mereka nggak ganggu kerjaan orang. Nah, pas orang lain lagi santai, mereka baru kerja dengan telpon-telpon kesana kemari. Kan enak tuh, orang lain nggak keganggu kerjaannya, sementara mereka juga jadi lebih kecil kemungkinan disembur sama orang yang ditelpon. Hehehe...

Tapi males juga sih ditelepon sama telemarketer pas lagi istirahat gitu...

Hmm... sepertinya memang lebih baik nggak usah ditelepon sama sekali aja kali ya? Hehehe...

Btw, ajaibnya, pas waktu lagi istirahat makan siang, gue n temen-temen ngobrolin tentang fitness-fitness dan juga para telemarketer-nya sambil makan siang. Eh, siangnya gue ditelepon sama telemarketer fitness. Panjang umur banget tuh telemarketer. Wakaka...

Tapi jadi kepikiran... semua temen-temen gue pasti mati ketawa kalo sampe gue ikut fitness kali ya? Huahaha... gue aja pengen ketawa, ngebayangin Burung Hantu Bengkak nan Oversize seperti gue main treadmill. Khikhikhi... udah persis seperti hamster kali ya?

Saturday, November 22, 2008

My First Week On The Notary's Job



Mwahahaha... jadi ikut-ikutan Zenia nih bikin foto seperti ini. Hehehe... Serasa gue ganti nama jadi Dito Kruschev. Wakakaka...

Well, tuh foto cuman buat hiasan aja kok. Gue nggak bakal ngebahas sampai panjang lebar tentang foto itu. Gue kali ini pengen cerita tentang pengalaman minggu pertama gue sebagai asisten notaris.

Hhh... ternyata tugas notaris tuh banyaknya seanjing-anjing! (pardon my language). Beneran gue baru tahu kalau lo kepengen survive kerja notaris, lo harus menjadi makhluk persilangan antara gurita dan amuba. Gurita, karena kerjaan lo nggak bakal bisa kelar kalau tangan lo kurang dari 8, dan amuba karena untuk menghadapi klien dan personil instansi pemerintah yang beraneka ragam itu lo harus bisa menyesuaikan diri dengan baik.

Beneran dulu nggak kebayang kalau kesibukan notaris tuh persis seperti kesibukan para awak kapal laut pas kapalnya baru aja nabrak gunung es. (okay, sedikit hiperbola, tapi kurang lebih seperti itu lah)

Kita yang jadi asisten aja (ada 4 orang) udah mau mati dikejar-kejar dead line kerjaan yang amit-amit jabang bayi banyaknya, notarisnya sendiri sih udah pasti jauh lebih parah. Paling nggak kita sebagai asisten nggak perlu full melayani klien. Kita sih paling pol cuman follow up ke klien tentang pekerjaan yang sudah berjalan. Notaris-nya mah udah hampir KO gara-gara harus negosiasi sampe nggak tahu seperti apa, dan bahkan harus seperti setrikaan yang pergi bolak balik ke sana kemari.

Udah gitu para kliennya rada dodol juga. Mereka kira notaris tuh tukang sihir kali ya? Cuman bilang ALAKAZAM, trus tuh akta langsung jadi gitu? Gila aja. Akta kan harus diketik, diperiksa kelengkapan dokumennya, di-print, dijahit, dicatatkan, dll. Gak mungkin lah 2 jam udah jadi. Tapi mereka sepertinya kepengen kaya pergi ke warung, beli barang, trus pergi lagi. Ya nggak mungkin lah!

Apalagi kalo mereka kepengen bikin perusahaan. Aduh... baru denger aja udah mumet gue. Bukan apa-apa, tapi proses pendirian perusahaan kan nggak bisa cepet-cepet. Tapi tetep aja ada klien yang ngejar-ngejar mulu supaya perusahaannya cepetan selesai. Enak aja, pengen gue sambit pake printer tuh klien-klien seperti itu.

Gue baru seminggu nih kerja di kantor notaris, tapi selama seminggu itu ada dua pikiran yang selalu mengganggu gue. Yang pertama, GUE SUKA KERJAAN NOTARIS! Wakaka... emang sih kayanya capek banget, hectic banget, kacau beliau nggak karuan, tapi ternyata setelah dijalanin kok sepertinya gue suka. Hehehe... Apalagi buat orang yang punya kecenderungan OCD seperti gue, wah kerjaan notaris mah sangat sangat sangat self fulfiling. Banyak banget kerjaan yang sifatnya printil-printil kecil-kecil n harus dilakukan berulang-ulang. Pokoknya kerjaan idaman buat orang-orang OCD.

Mulai dari nge-cap sekian banyak kertas, ngegaris-garisin akta, meriksain ketikan akta di komputer, memastikan ketikan isian blanko akta supaya pas di tempatnya masing-masing, dll. Hieh... baru mikirinnya aja udah bikin tangan gue gatel. Hehehe... (maklum, OCD gue lagi kumat dengan suksesnya)

Tapi sayangnya pikiran gue yang kedua nggak se-positif pikiran gue yang pertama. Pikiran yang kedua itu adalah tentang BETAPA HECTIC-nya KERJAAN NOTARIS! Gila, ngeliatin si ibu notaris wira-wiri, telpon sana telpon sini, bolak-balik kemana-mana, rapat dimana-mana, beresin berbagai macam dokumen yang jumlahnya sebejibun, dan pada saat yang sama juga harus memastikan bahwa kantor dapat berjalan dengan baik. Hhh... sanggup nggak ya gue jadi seperti itu?

Kerja di kantor orang lain aja capeknya setengah mati, ini kerja di kantor sendiri dimana kita menjadi pekerja sekaligus administrator dan management kantor, semua peran itu diborong jadi satu, capeknya seperti apa ya?

Emang sih, segala sesuatu kalau belum dijalani jadi terasa lebih mengerikan daripada sudah dijalani, tapi tetep aja, namanya manusia kan nggak bisa lari dari imajinasi sendiri. Hhh...

Oh well, kita lihat saja lah gimana ke depannya nanti. Apakah gue bener-bener bisa menjadi notaris yang baik, ataukah jalan hidup gue akan berbelok menuju arah yang sama sekali berbeda. Sekarang, hanya Tuhan yang tahu (halah halah... kumat deh sok puitisnya, hehehe)


Sunday, November 16, 2008

Things I Did These Past Few Days




Your Kissing Purity Score:
77% Pure




You've hardly ever been kissed

But the kisses you've given are very missed



Wow... ternyata sudah lama juga gue nggak nulis apa-apa di blog. Sudah hampir sebulan. Hahaha...

Yah, maklumlah. Namanya juga lagi keenakan main PS, jadinya internet hampir terbengkalai. Paling sekali-sekali istirahat main, trus nonton Youtube. Btw, gue lagi berusaha menyelesaikan nonton sitkom 'Yes, Minister' dan 'Yes, Prime Minister'. Cuman tinggal 5 seri lagi nih.

Nonton sitkom itu bikim gue nyadar kalau gue selama ini belajar American English, sedangkan untuk British English hampir nggak pernah gue sentuh. Begitu nonton sitkom itu, gue cuman bisa bengong ngedengerin logat British mereka yang rada ajaib di telinga gue yang terbiasa mendengar logat Amerika.

Kesannya gue tiap hari cuman main PS n nonton Youtube ya? Hehehe... EMANG! Wakaka...

Maklum, pengangguran. Jadilah kegiatan gue ya cuman itu aja. Sengaja, biar nggak ngabisin duit dengan nongkrong-nongkrong di mall. Hehehe...

Tapi ya nggak setiap hari juga sih gue nganggur gitu. Gila aja, kesannya gue udah give up on life kalo gue cuman main n nonton tanpa berusaha cari kegiatan yang berarti.

So, selama gue nggak nulis entry blog, gue udah 2 kali ikut bursa kerja. Yang pertama tanggal 1 November, di kampus UI Depok. Hieh... panas banget men di sana. Selain itu juga full house pula. Terus yang kedua pada hari Jum'at 7 November di Kartini Expo Center. Yang kedua ini juga rame sih, tapi paling nggak ruangannya full AC, jadi nggak terlalu tersiksa juga selama harus antri dan desak-desakan.

Oh iya, bursa kerja yang kedua itu diadakan oleh JobsDB.com, jadi tentu saja penyelenggaraannya seluruhnya computerized. Kita cuman masukin CV lewat JobsDB, trus pada hari H kita dikasih bar-code yang ditempel di tiket masuk punya kita, dan setiap kita melihat perusahaan yang menarik n kita ingin mencoba melamar, perusahaan itu tinggal memindai bar-code yang ada di tiket kita itu, n CV kita sudah langsung masuk ke data base mereka.

Karena ada fasilitas seperti itu, berburu kerjaan di acara itu jadi lebih enjoyable n praktis, karena kita nggak usah bawa hard-copy CV n copy ijazah kita. Hehehe...

Selain cari kerja, gue juga sejak tanggal 6 November kemarin masuk menjadi anggota Seswara Opera Company yang dipimpin oleh tante Katherine. Hhh... sukur banget tuh gue bisa masuk di situ, udah gitu gue dikasih bagian sebagai tenor pula. It's a great thing, tapi yang paling great dari masuknya gue ke situ adalah, gue jadi bisa mendengarkan para penyanyi-penyanyi PaDus yang sudah pada hebat banget bernyanyi tepat di samping gue.

Beneran hebat mereka. Suara mereka menggelegar kemana-mana tanpa ada nuansa berteriak. Pokoknya gabung di kelompok itu bikin gue merasa seperti menonton opera setiap minggu... gratis! Wakaka...

Tapi sedikit banyak gue ngerasa nggak punya harga diri di hadapan mereka. Kenapa? Karena gue cuman modal berani nyanyi kenceng, sementara yang lainnya selain bersuara mantabh, tehnik vokal yang hebat, bisa membaca not balok, dan sense of rythm yang precise, mereka semua bisa main piano. Sementara gue? Seperti gue bilang, gue cuman bisa nyanyi doang, nggak pernah les vokal, nggak bisa baca not balok, sense of rythm yang menyamai metronome rusak, dan gue sama sekali nggak bisa main alat musik.

Pokoknya di situ gue bener-bener jadi anak bawang. Tapi untungnya selama ini mereka semua masih baik sama gue sih, jadi gue nggak bisa mengeluh. Hehehe...

Oh iya, selain itu mulai senin besok gue akan mulai berkerja di kantor notaris yang berada di Sentul. Tempatnya emang jauh dari rumah gue, jadi pasti capek banget menjalaninya, tapi paling nggak gue punya kerjaan lah. Siapa tahu ntar sambil kerja gue bisa cari tempat kerja yang lebih dekat dengan rumah. Tapi untuk saat ini, paling nggak gue kerja dulu.

So... begitulah rangkuman singkat tentang apa yang gue lakukan selama 3 minggu kemarin gue nggak nulis blog. Oh iya, selain apa yang udah gue tulis di atas, gue juga ikut nonton Musicademia 2008 di Kartini Expo Center (tempat yang sama dengan tempat gue ikut bursa kerja), dan gue juga datang ke beberapa acara perkawinan teman-teman gue yang entah kenapa di bulan November ini jumlah pesta perkawinannya sangat banyak sekali.

Dan terakhir, tadi siang gue ikut workshop kilat di kampus tentang Penanaman Modal Asing. Well, namanya sih workshop, tapi acaranya lebih seperti kuliah biasa. Lagipula workshop itu sepertinya hanya jadi acara sampingan, karena acara aslinya adalah reuni sama teman-teman notariat. Daripada reuni cuman buat seneng2 doang, akhirnya dibuatlah acara workshop itu, jadi acara reuni bisa lebih ada gunanya.

Hmm... ternyata gue nggak sepenuhnya nganggur juga ya? Hehehe... Well, gue cuman berharap for the best aja lah untuk saat ini. Semoga gue bisa menjalani kesibukan-kesibukan gue dengan baik.

Amen!

Sunday, October 26, 2008

Istri Pertama, Kedua, dan Ketiga (-ku)


Waduh, sudah hampir seminggu lebih gue nggak nulis entry blog. Huahahaha... Pasti temen2 gue udah pada bingung kenapa kok bisa-bisanya penghuni dunia maya seperti gue bisa menghilang selama itu.

Well, tentu saja gue punya alasan. Alasan tersebut tidak lain dan tidak bukan adalah karena istri pertama gue menyita perhatian gue. Khikhikhi...

Jangan pada parno dulu. Gue harus menjelaskan, istri pertama gue adalah console game gue, yaitu PS2. Karena dia menuntut perhatian, jadilah internet yang merupakan istri ketiga gue terpaksa gue kacangin dulu. Hehehe...

Oh iya, buat yang penasaran, istri kedua gue adalah Paduan Suara. Hehehe...

Pasti temen-temen Padus gue pada protes, kenapa kok PS2 jadi istri pertama sedangkan Padus menjadi istri kedua. Well, sejarahnya gue memang terlebih dulu jatuh cinta pada game (mulai dari Spica, Sega, PS1, dan sekarang PS2) kalo gue ga salah inget pertama kali gue kepincut adalah waktu gue masih SMP, sedangkan gue jatuh cinta sama Padus setelah gue kuliah. Setelah gue kuliah barulah gue ketagihan sama internet. Makanya urutannya-pun menjadi seperti itu. Hihihihi...

Sedikit banyak gue harus mengakui kalau ketiga hal itu memang sudah seperti istri gue sendiri, karena gue nggak bisa hidup tanpa mereka. Wakaka... Nggak hiperbola lho. Nggak kebayang dunia tanpa ketiganya... Gue mungkin masih bernapas dan memenuhi semua kriteria HIDUP, tapi gue sama sekali tidak akan merasa 'hidup' tanpa ketiganya.

Hieh... kehilangan salah satu aja rasanya udah neraka dunia, gimana kehilangan tiga-tiganya? Bisa-bisa gue langsung masuk catatonic state, cuman bengong, ngiler, tatapan mata kosong, dan tidak pernah bergerak lagi. Hiks...

Nah, sekarang gue akan membahas kenapa istri pertama gue (si PS2 tercinta nan tersayang, manisku, lucuku, permenku, bangsaku, rakyatku, negriku, hidupku, matiku, dsb-ku) bisa menyita perhatian gue selama seminggu lebih ini.

Well, itu karena gue lagi main Suikoden 5.

Hehehe... Gambar depan box game-nya udah gue taruh di atas tuh.

Buat yang nggak pernah main RPG (role playing game) pasti bingung, apa sih yang bikin main RPG membuat orang ketagihan?

Hmm... kalo buat gue sih, alasannya gampang. Karena main RPG rasanya seperti nonton film, dan kita menjadi salah satu tokoh di film itu.

Gimana nggak? Kalo main RPG, kita kan mengendalikan tokoh utamanya, dan mengikuti ceritanya dari awal, mulai dari si tokoh masih bapuk banget (level 1, digetok musuh sekali langsung ko'it), sampe mentok level tertinggi dan melawan boss terakhir supaya bisa menamatkan game itu.

Bener-bener nggak rugi lho beli DVD game. Kalo DVD film kan paling lama juga 4-5 jam, tapi kalo DVD game, sampe 140 jam juga belum tentu kelar tuh game. Nih sekarang gue lagi main Suikoden 5 selama 40 jam, dan setengah cerita aja belum sampe. Hieh...

Apalagi game dari seri Suikoden adalah favorit gue sepanjang masa. Tokohnya segambreng (udah seperti telenovela yang tokohnya suka nambah seenak2 jidat sutradaranya), lagu-lagunya enak, dan yang paling utama adalah: CERITANYA KEREN!!!

Mau apa? Percintaan? ADA! Persahabatan? ADA! Keluarga? ADA! Perang? PASTI! Drama? ADA BANGET! Tragedi? ADA! Penghianatan? DIJAMIN! Sihir? HARUS ADA!

Bayangin semua itu diublek jadi satu, dan kita memainkan tokoh utamanya. Hieh... Harry Potter juga langsung nggak ada sisanya di kepala gue. Hehehe...

Tapi seri Suikoden, mulai dari nomor 1 sampai sekarang nomor 5 bener2 keren2 menurut gue. Semua ceritanya pasti memeras air mata. Mulai dari kematian Gremio di Suikoden 1, kematian Nanami di Suikoden 2, dan kematian Arshtat di Suikoden 5, semuanya menguras air mata. Dari semuanya, yang paling tragis dan bener-bener bikin gue nangis seperti Nobita sampe berember-ember adalah kematian Nanami di Suikoden 2.

Pas dia mati, gue cuman bisa bengong, terkesima! KOK BISA DIA DIBIKIN MATI!!! GAK RELA!!! Kakak gue (baca: tokoh utama) tuh! Dia udah ngikutin gue dari awal sampai hampir selesai game-nya, kok dibikin mati sih!

Gyaaa!!! Rasanya kalo gue beneran ada di dalem game itu, udah bukan gue benyek2 lagi tuh musuh, tapi udah gue gantung terbalik dan dipanggang perlahan-lahan jadi kambing guling!

Pas Gremio mati di Suikoden 1 juga gitu. Dia temen paling setia dari si tokoh utama dan dia matinya karena terjebak di dalam gas chamber. Kenapa dia bisa terjebak di situ? Aslinya tokoh utama dkk semuanya terjebak di dalam sebuah gedung yang perlahan2 diisi gas (yang kalo gak salah berisi sesuatu seperti flesh eating bacteria). Ruangan itu sebenarnya bisa disekat sehingga nggak seluruhny terisi gas, tapi sekat itu hanya bisa diturunkan dari arah dalam. Jadilah si Gremio mengorbankan diri supaya yang lain bisa selamat.

HIEH...!!! Dialog pas detik-detik kematian si Gremio itu bener-bener bikin gue mewek dengan suksesnya.

Gue bener-bener nggak bisa ngebayangin kalo game2 suikoden dibikin jadi film orang beneran, pasti keren. Sayangnya sejauh ini yang dijadiin film cuman Suikoden 3, dan itupun jadi anime, jadi kurang gregetnya.

Jujur aja, dari 5 seri Suikoden, Suikoden 3 adalah yang paling jelek (meskipun dia masih bagus juga sih). Setelah itu baru Suikoden 4, Suikoden 1, Suikoden 5, dan yang terbagus ceritanya adalah Suikoden 2.

Suikoden 5 menurut gue bagus ceritanya. Tentang pangeran dari negeri ke-ratu-an Falena (maksudnya penguasa negeri itu SELALU ratu). Karena dia laki-laki, jadi dia nggak akan pernah bisa menjadi penguasa negeri itu, dan dia selalu dipandang rendah oleh bangsawan negeri itu. Orang2 yang benar sayang sama dia cuman sang ratu, bapaknya (suami si ratu), adiknya (sang putri mahkota), bibinya, dan body guardnya.

Satu hari negeri itu dikudeta oleh salah satu bangsawan sehingga sang ratu dan suaminya mati (Oh... adegan matinya bener-bener bikin gue mewek). Sang putri tertangkap dan dijadikan ratu boneka oleh si bangsawan, sedangkan sang pangeran dilarikan oleh bibinya dan si body-guard.

Dengan bantuan si body guard dan sang bibi, sang pangeran melakukan perlawanan terhadap si bangsawan bangsat itu (sentimen gue sama dia! Dia bikin Arshtat (ratunya) mati), dan pelan-pelan mengumpulkan dukungan dan teman-teman dari seluruh negeri untuk melawan si bangsawan pengkudeta bangsat gundul itu.

Yah, kurang lebih seperti itulah ceritanya. Sekarang gue lagi ditengah2 usaha mengumpulkan teman-teman untuk melawan si bangsawan bangsat itu dan membebaskan si adek (sang putri).

Bener2 suikoden 5 ini tidak mengecewakan (kecuali kostum tokoh utamanya yang agak... tidak umum).

Ngomongin tentang kostum, kayanya developer game ini mengambil tema asia timur untuk latar negeri Falena. Di game ini baju2 tokoh-tokohnya ngambil tema dari Cina, Jepang, dan (sepertinya) Korea. Malahan ada yang Arab juga deh kayanya. Hmm... Dari budaya Eropa juga ada sih, tapi mereka cuman sedikit jumlahnya.

Tentang Korea, gue curiga ada diambil tema dari sana karena... ummm... inget kan baju tradisional cowok korea yang ada pita kecil yang diikat dengan simpul kupu2 di dadanya? Nah, di game ini, para Ksatria-nya juga punya pita yang diikat dengan simpul kupu2, tapi bukan di dada melainkan di punggung, dan ukurannya tidak kecil, melainkan SANGAT BESAR SEKALI!!! Saking besarnya tuh simpul pita, sampe2 tuh pita satu bisa menutupi seluruh punggungnya.

Sukur kalau cuman satu orang yang seperti itu, ini ada 6 orang men! Dan mereka cowok semua pula! Hieh... itulah yang bikin gue langsung inget sama Korea, karena dia satu-satunya kebudayaan asia dimana cowo bisa dengan tenang memakai simpul kupu-kupu tanpa dipelototin orang banyak. Hehehe...

Yah, begitulah ceritanya kenapa gue lama banget tidak menulis entry blog. Harap maklum, namanya Istri kan nggak boleh ditinggal-tinggal. Hehehe...

Doain aja game-nya cepet tamat, jadi gue bisa sering nulis lagi.

SEMANGAT!

Thursday, October 16, 2008

My Wedding

Suikoden II - Gothic Neclord - Kenji Yamamoto

Kemarin-kemarin Ibu Gajah dan Si Landak sudah membahas tentang bagaimana mereka ingin acara pemakaman mereka dilaksanakan. Gue sudah komentar-komentar di dalam blog mereka masing-masing, dan komentar gue udah cukup 'panjang', jadi gue males kalau harus nulis ulang apa yang sudah gue tulis di tempat mereka. Buat yang pengen baca-baca, silahakan ke BLOG IBU GAJAH YANG INI atau BLOG SI LANDAK YANG INI.

Oleh karena itu, sekarang gue ngomongin (bayangan gue tentang) perkawinan gue saja. Hehehe... Ibu Gajah sudah sempat membuat entry dalam blognya yang mengangkat tema mengenai her dream wedding. Di situ gue juga udah sempet komentar, cuman gue nggak ngomongin tentang my dream wedding.

Nah, sekaranglah gue akan membicarakan my wedding dream. Hahahaha...

Pertama-tama, seperti mayoritas cowok lainnya, gue lebih suka kalau acara perkawinan gue tuh yang simple-simple aja. Yah, cukup akad nikah, trus honeymoon, dan langsung kembali ke kehidupan normal. Gak usah pakai heboh-heboh, apalagi pesta-pesta. Ntar malah ribet, ya kan? Mendingan niru si landak aja, habis nikah (yang mana cuman ijab qobul doang), trus pasang pengumuman di koran dan blog bahwa gue udah menikah. Mungkin kirim SMS ke beberapa orang yang penting untuk memberitahukan berita itu.

Tapi... kalau gue melakukan itu, gue bakal dianiaya oleh banyak orang. Calon gue sendiri sih nggak keberatan mau nikah cara apa, yang penting sah agama dan pemerintah (that's why I love her!). Yang pasti keluarga bakal mencak-mencak nggak karuan, dan paling mengerikan adalah menerima kemurkaan temen-temen gue sendiri. *melirik perlahan-lahan ke arah Ibu Gajah, Ibu Paus, Anjing Langit, Nyamuk, dan Cucut*

Oleh karena itulah, akhirnya gue iseng-iseng mulai membayangkan. Kalau kira-kira gue HARUS bikin acara pernikahan yang cukup besar sehingga harus mengundang orang-orang banyak, akan seperti apakah acara itu jadinya?

WELL...!

Pertama: konsepnya pasti Jawa, secara gue orang Jawa dan calon gue juga orang Jawa (nama bokapnya aja HARYONEGORO, kurang Jawa apalagi coba?) Meskipun, kalo boleh memilih baju yang lain sih, gue udah punya desain sendiri di kepala gue. Bayangin yang cowok pakai bajunya Dumbledore dan yang cewek pakai baju McGonnagall. Hahaha... Ketahuan banget nggak sih kalau gue adalah salah satu fans Harry Potter yang berharap bahwa ada 'sesuatu' di antara Dumbledore dengan McGonnagall.

Kedua: gue maunya tuh acara adalah sekedar ekstensi dari acara Akad Nikah. Maksudnya, antara Akad Nikah dan Resepsi tidak terpisah. Begitu kelar Ijab Qobul langsung nyambung sama acara salam-salaman dan makan-makan. Jadi cukup satu kostum aja, nggak usah ganti-ganti, RIBET!

Ketiga: Gue BERSUKUR gue bukan orang Jogja. Baru ngebayangin baju penganten yang nggak pakai atasan itu aja udah bikin gue masuk angin. Wew... Sebaliknya gue agak mikir juga sih, karena beskap dan kebaya penganten Jawa Timur biasanya dibuat dari BLUDRU dengan warna gelap yang dipasangkan dengan kain jarit. Hhh... judulnya panas deh tuh. Tapi nggak apa-apa lah. Request gue cuman satu, beskap dan kebaya-nya harus berwarna BIRU GELAP. Gue nggak mau merah (sakit mata), hijau (norak), ataupun hitam (bosen). Ungu okelah, tapi tetap harus yang gelap, jangan ungu stabilo! Tapi tetep mikirin bahan bludrunya itu aja udah nggak kebayang gerahnya. Apalagi masih dilapisin satin, wew... tambah tebel deh. Tanpa satin? GATEL!

Keempat: ini yang paling penting! LAGU PROSESI MASUK SEBELUM AKAD NIKAH! Lagunya sudah gue pasang di awal blog ini, jadi silahkan saja di play sambil membaca tulisan berikut ini. Silahkan menit dan detik yang gue tuliskan dicocokkan dengan lagunya.

00:00 - 00:30 = Intro. Memberi kesempatan pada para tamu untuk membuka jalan buat penganten. Sekalian ngasih waktu pager bagus & ayu untuk berdiri di pos masing-masing.

00:30 - 01.10 = Penghulu beserta saksi-saksi memasuki ruangan.

01:10 - 01:21 = Jeda. Memberi waktu pada penghulu dan saksi untuk segera berdiri di posisi masing-masing, kalau mereka belum sampai di meja, bagian ini memberi warning pada mereka bahwa mereka harus berjalan lebih cepat! (yaolo... galak banget)

01:21 - 01.55 = Pengantin cowok (berarti gue ya? Hiks...) memasuki ruangan. Hieh... waktunya cuman 34 detik! Jalannya nggak boleh pelan-pelan tuh.

01:55 - 02:17 = Jeda. Ngasih waktu buat gue untuk berdiri di posisi yang ditentukan, sekaligus warning kalau waktu gue buat jalan sudah hampir habis.

02:17 - 04:23 = Nah sekarang the main event! Masuknya mempelai wanita dengan digandeng oleh bokapnya. Hehehe... Karena kainnya perempuan biasanya lebih ketat, jadi jalannya pasti lebih susah. Makanya gue sediakan waktu yang paling panjang.

Semuanya belum boleh duduk sampai lagu selesai, dan karena yang memimpin upacara adalah penghulu, maka begitu lagu selesai dialah yang mempersilahkan semuanya untuk duduk di tempat masing-masing.

Langsung Ijab Qobul (untuk menghindarkan para tamu dari rasa bosan, nasehat perkawinan diberikan secara privat sebelum acara berlangsung). "Saya terima nikahnya bla... bla... bla..."

Trus sudah deh, langsung dilanjutkan dengan segala acara adat, resepsi, dan makan-makan. Semuanya kembali seperti acara kawinan biasa. Hehehe...

Soal lagu yang harus dinyanyikan selama resepsi, gue juga udah ada beberapa request, yaitu:

1. Save The Last Dance - dinyanyikan oleh Landak
2. It's Hard To Say Goodbye - Dinyanyikan oleh Valen, duet dengan terserah siapa saja.
3. Claire Benediction - Dinyanyikan oleh semua anak PSUT yang hadir

Setelah 3 lagu itu, terserah deh, mau nyanyi apaan juga gue nggak complain. Mau Cucak Rowo kek, Macarena kek, SMS kek, Menghitung Hari kek, Kucing Garong kek, gue nggak keberatan. Toh ini kan pesta, semua orang yang merasa banci panggung silahkan memuaskan hasrat mereka masing-masing.

Karena temen-temen gue kebanyakan NARSIS, jadi sepertinya upaya melarikan diri dari mereka akan agak susah. Hmm... harus mempertimbangkan pemakaian kabut asap. Hehehe...

Well, nggak terlalu aneh kan? Gue cuman melakukan improvisasi di prosesi masuk-nya doang. Lebih dari itu, hampir nggak ada yang gue rubah.

Tapi dengan penyusunan seperti itu, mau nggak mau harus ada Gladi Resik ya? Biar penghulu dan saksi-saksi nggak keteteran pas di hari H-nya. Hihihihi...

Sekarang, yang gue pikirin cuman satu. Emangnya ada ya penghulu yang mau dikerjain seperti itu? Hieh... Harus berburu penghulu yang masih muda nih, biar masih mau diajak aneh-aneh. Kalo yang udah tua mah mana mau?

Yah, begitulah saudara-saudara sekalian pembahasan tentang my dream wedding. Hahaha... Lumayan lah buat ancer-ancer kalau memang sudah dekat waktunya. Sekarang mah gue mau santai-santai aja dulu. Siapa yang mau duluan, monggo... Hehehe...

Monday, October 13, 2008

Ketika Hak Berubah Menjadi Kewajiban

Your Mood Ring is Orange


Stimulating ideas

Daring

Full of desires

Mood Ring Generator

Salah satu perasaan yang paling nggak enak adalah, ketika lo harus melakukan sesuatu yang sebenarnya memang ingin lo lakukan, tapi lalu hal itu berubah menjadi sesuatu yang 'wajib' untuk lo lakukan. Perubahan status sesuatu itu dari sesuatu yang merupakan hak untuk dilakukan lalu berubah menjadi sesuatu yang wajib untuk dilakukan, membuat perasaan menjadi malas untuk melakukannya.

Yang jadi pertanyaan. Apakah kalau itu terjadi, lo akan tetap melakukan hal itu dengan senang hati?

Gue pribadi mungkin akan tetap melakukannya, tetapi melakukannya dengan senang hati? Mungkin nggak.

Ketika sesuatu berubah dari hak menjadi kewajiban, perubahan itu akan membawa konsekuensi. Yang mana artinya pada saat kita melaksanakan kewajiban itu, kita harus melaksanakannya sebaik mungkin.

Itulah yang membedakan antara hak dan kewajiban. Ketikan kita melaksanakan hak kita, kita hanya punya diri kita sendiri sebagai ukuran. Baik atau buruk, berhasil atau gagal, itu semua tergantung pada ukuran kita sendiri. Nggak perduli pendapat orang, selama kita puas, maka hal itu sudah baik. Itulah hak.

Tetapi kewajiban lain ceritanya. Kita harus melaksanakannya dengan memenuhi segala ukuran yang diharapkan oleh orang lain dari diri kita pada saat kita melaksanakannya.

Dengan perbedaan seperti itu, bagaimana mungkin perasaan yang mengikuti pada saat kita melakukan hal yang merupakan hak dan hal yang merupakan kewajiban bisa sama? Itu adalah sesuatu yang tidak mungkin.

Hhh... here I go again. Talking nonsense. Sepertinya gue cuman pengen menulis sesuatu saja.

Sunday, October 12, 2008

Another One FINALLY Married


Kemarin, hari Sabtu tanggal 11 Oktober 2008, Cucut akhirnya menikah.

Huweee... huwee... huweee... HUWEEE...!!! (tangisan terharu) - Apa coba?

Yah, pokoknya begitulah. Dia telah sukses menjadi istri orang.

Gue berangkat ke gedung perkawinannya (gue selalu susah mengingat2 nama tempat, jadi gue lupa nama gedungnya. Yang gue inget cuman tuh gedungnya ada di sebelah UKI) bersama-sama dengan Astri dan Donny yang menjemput gue di rumah sekitar jam 7 pagi.

Kita sampai di gedung sekitar jam 8.15. Ternyata kita sudah terlambat untuk mengikuti acara akad nikah. Hmmm... sepertinya Cucut emang sengaja nyuruh penghulunya cepet-cepet melangsungkan Ijab Qobul karena gue pernah bilang ke dia kalo gue mau ngegangguin Ijab Qobul-nya dengan berteriak "NGGAK SAH!", sehingga Ijab Qobul terpaksa diulang. Khikhikhi...

Tapi ternyata tanpa gangguan dari gue-pun, Ijab Qobul si Cucut memang mengalami pengulangan karena suaminya lupa menyebutkan mas kawin-nya.

Hieh... Padahal gue cuman bercanda doang pas ngancem dia, tapi ternyata memang terjadi. Oh well, nggak apa-apa. Yang penting pas di pengulangannya udah langsung bener.

Gue masuk ke gedung pas mereka sudah mulai acara sungkem ke orang tua. Berarti detik itu gue melihat Cucut sang 'istri orang'. Sudah tidak ada lagi si Cucut yang biasanya. Sedih juga sih, karena gue nggak bisa ngeliat dia di detik-detik terakhirnya sebagai lajang. Hiks...

Well, setelah acara akad nikah dan sungkem2 dan juga adat2 lainnya, disusul dengan acara sawer. Hehehe... Anak kecil langsung pada kumpul2 buat rebutan duit yang disebar.

Oh iya, pas acara akad nikah sampai dengan acara sawer, Cucut pakai kebaya putih. Kebaya kuning seperti yang ada di foto di atas adalah kebaya yang dipakai di acara resepsi.

Setelah sawer, semuanya langsung siap-siap ganti baju. Semua temen-temen Cucut diminta jadi pager ayu n pager bagus (Ibu Gajah sempet salah nyebut Pager Bagus sebagai PAGAR BETIS! Hieh... PENGHINAAN!!!), jadilah mereka semua harus ganti baju karena acara resepsi sudah akan dimulai jam 11.

Nggak terburu2 sih, karena acara sawer selesai jam 9. Jadinya masih ada waktu 2 jam buat dandan. Tapi biasa, para bidadari2 itu kan perlu THE WHOLE ETERNITY cuman buat dandan. Tapi dandan-nya mereka nggak sia-sia, karena semuanya kelihatan cantik-cantik. Drooolll... Hehehe... (nyebut... nyebut... si Ibu Paus udah istri orang... wakakaka...)

Oh iya, sekarang mari kita meng-absen siapa saja yang hadir. Pertama adalah Ibu Gajah sang penanggung jawab publikasi, BuTai, Ibu Paus, Nyamuk, Sapi, Kupu-Kupu Ungu, dan Anjing Langit. Mereka semua berperan sebagai Pager Ayu.

Para cowok yang datang adalah Laler, Landak, Sotong, Donny, dan gue sang Burung Hantu. Landak dan Laler berperan sebagai Pager Bagus. Donny juga seharusnya menjadi Pager Bagus, tapi sayang beskap-nya nggak muat, jadi dia berubah peran menjadi penggembira. Gue dan Sotong berperan sebagai Among Tamu, tapi karena ternyata posisi ini tidak terlalu berfungsi, jadilah Sotong berubah peran menjadi penggembira juga, sementara gue jadi self annointed seksi dokumentasi yang sok sibuk motretin segala hal.

Sedangkan setelah acara berlangsung, teman-teman lainnya dari Paduan Suara yang hadir adalah Chiky, Doggy, Anak Monyet, Bulbul, Ria, Dukun, Sisi. Dari fakultas hukum diwakili oleh Lebah, Nyonyo (beserta calon suami), dan Desi (beserta calon suami).

Yah, lumayan rame lah. Hehehe... Sayangnya Beruang Madu nggak bisa hadir karena dia harus bantuin belanja persediaan salon mama-nya.

Makannya lumayan banyak n enak-enak (dasarnya gue, makanan juga harus dibahas). Sayangnya gue nggak bisa makan banyak, karena dari awal acara gue sibuk foto-foto melulu, jadinya pas gue mau mulai makan, segala makanan sudah pada habis. Hiks... KEMBALIKAN KAMBING GULING DAN DIMSUM GUE!!!

Tapi paling nggak gue masih bisa makan prasmanan sih, jadinya lumayan terhibur. Hehehe...

Sekali lagi, gue harus mengakui hebatnya para cewek-cewek. Mereka pakai sepatu hak tinggi dan harus tungtangtingting sepanjang acara. Gue sih nggak kebayang gimana rasanya tuh kaki mereka. Gue yang cuman pakai sepatu biasa aja udah pegel banget, apalagi mereka. Wew...

Tapi enaknya jadi perempuan juga harus gue akui. Nggak peduli penampilan mereka sehari-hari seperti apa, tapi kalau sudah dipoles pasti jadinya cakep banget. Contohnya ya si Cucut sendiri. Sehari-hari tomboy nggak jelas, tapi begitu jadi penganten langsung berubah jadi SEMOK abizzz.

Hieh... dasar cewek-cewek. Coba kalo para cowok, kita mah harus fitness kaya orang gila dulu, baru bisa dapet penampilan yang diharapkan (itupun kalau beruntung). Mereka cuman tinggal sret... sret... sumpel sana sumpel sini... langsung jadi (meskipun prosesnya butuh waktu lumayan sih, hehehe).

Oh iya, Anjing Langit pakai kebaya yang beda sendiri dibanding cewek-cewek lainnya. Yang lain pakai kebaya jawa brokat merah, sementara dia sendiri pake kebaya Bali warna merah marun. Kesannya dia jadi duta besar dari Bali di pesta kerajaan Sunda. Wakakaka...

Ada satu lagi duta besar nyasar. Si Ria, yang emang keturunan Papua sehingga kulitnya hitam, datang memakai kebaya hitam (oh God... she looks HOT in kebaya!), jadi kesannya seperti ada duta besar Papua. Wakakaka...

Sebenernya ada banyak kejadian lucu sih di acara itu, tapi yang paling gue inget adalah yang ini. Sebagai catatan, Ibu Paus adalah istri (bener-bener istri) si Sotong. Nah, pas acara resepsi sudah selesai, Ibu Paus sambil ngelipet kebayanya nanya ke Laler yang berdiri di deket gue "Sotong dimana?".

Dengan wajah polos dan nada biasa, si Laler ngejawab, "Lagi di ruang ganti, bantuin cewek-cewek ganti baju."

Ibu Paus cuman mengangguk2 sambil tetep konsen ngelipet kebayanya. Sampai kemudian jawaban si Laler perlahan-lahan mengendap di kepalanya, dan dia baru menyadari betapa ERROR-nya jawaban Laler itu. Dia langsung nengok ke arah Laler yang bales ngeliat ke arah Ibu Paus dengan cengiran lebar. Sementara gue udah sibuk ketawa.

Untung aja ternyata si Sotong lagi mojok sambil mendinginkan diri di depan AC, jadi bisa langsung kelihatan. Coba kalo nggak. Bisa-bisa ruang ganti langsung di bikin porak poranda oleh amukan Ikan Paus dari neraka. Kikikik...

Yah, setelah semua beres, gue bersama-sama dengan Astri dan Donny pamit pulang duluan, sementara yang lainnya denger-denger sih jalan-jalan dulu ke Plaza Semanggi.

Sampai rumah sudah hampir jam 4, dan gue langsung tidur dengan suksesnya. Pertama karena JAKARTA PANAS (sampai-sampai gue merasa meleleh di dalam jas gue), dan kedua karena gue emang lagi flu dan obat flu kan emang ada obat tidurnya, jadilah gue tewas sampai jam 9. Hehehe...

Begitu bangun langsung upload foto-foto acara pernikahan. Ibu Gajah sempet nelpon n kita ngobrol sekitar sejam, trus gue ngelanjutin tidur lagi deh. Hehehe...

Nah, begitulah ringkasa kejadian kemarin. Benar-benar salah satu hari yang gue harapkan untuk tidak akan pernah gue lupakan. Pertama karena ini adalah hari perkawinan Cucut, dan yang kedua karena ini adalah salah satu hari langka dimana temen-temen Paduan Suara Universitas Tarumanagara bisa berkumpul bersama.

Ahhh... Good memories...

Oh iya, buat yang pengen ngeliat hasil jepretan gue kemaren (ada 104 lembar men!), silahkan klik di sini.

Friday, October 10, 2008

Another One Is Getting Married




In a Past Life...



You Were: A Redhead Executor of Sacrifices.



Where You Lived: Germany.



How You Died: Decapitation.


Besok seorang teman gue, si Cucut, akan menikah dengan pria yang dipilihnya. Banyak hal sudah terjadi sejak gue pertama kenal sama dia sampai dengan saat dia akan menikah sekarang ini.

Beberapa di antara hal-hal itu bisa dibilang tidak menyenangkan, tapi banyak juga di antaranya yang akan digolongkan sebagai kenangan yang sangat menyenangkan.

Pertemanan atara gue dengan Cucut bisa digolongkan sebagai pertemanan yang dibentuk oleh nasib. Gue bilang begitu karena kalau dulu gue ngotot bertahan di kedokteran, atau nekat menunggu penerimaan mahasiswa baru di tahun selanjutnya demi bisa masuk psikologi, maka gue nggak akan masuk fakultas hukum, dimana gue bertemu dengan Rany.

Tapi keikhlasan gue masuk hukum juga belum memenuhi seluruh unsur yang diperlukan untuk bisa kenal dengan Cucut. Satu unsur lainnya adalah keisengan gue untuk tetep ikut ospek di fakultas hukum. Padahal gue sebagai anak lama di Universitas Tarumanagara sudah tahu kalau ospek itu nggak ada gunanya selain sekedar untuk bisa kenalan dengan teman-teman baru.

Sekali lagi, keputusan untuk ikhlas masuk hukum, dan juga ikhlas ikut ospek juga belum cukup untuk kenal dengan Cucut. Unsur yang terakhir adalah seorang temen gue yang bernama Sherli.

Waktu sedang ospek hari pertama, gue bertekat untuk nggak mementingkan gengsi dan mendorong diri gue sendiri untuk berkenalan dengan anak-anak lainnya yang juga ikut ospek. Sebenernya rada gengsi juga sih, karena anak-anak yang lain kan baru tahun itu lulus SMA, sementara gue udah ngerasain jadi mahasiswa selama 3 tahun. Jadi di atas kertas, gue adalah senior mereka. Tapi nggak ada gunanya mentingin gengsi di tengah-tengah ospek. Jadilah gue dengan cueknya kenalan sama anak-anak yang lain.

Entah kenapa gue milih untuk kenalan dengan Sherli. Padahal waktu itu ada banyak anak-anak lain di sekitar gue, tapi gue malah kenalan sama dia.

Seperti cerita yang biasa terjadi, teman selama ospek biasanya berlanjut menjadi teman kuliah. Itu juga yang terjadi antara gue dan Sherli.

Jadi, sejauh ini sudah ada 3 unsur, yaitu masuk hukum (meskipun ada pilihan lain untuk masuk fakultas lain), ikut ospek (meskipun gue nggak wajib ikut), dan berkenalan dengan Sherli (meskipun ada banyak pilihan untuk kenalan dengan orang lain). Setelah ketiganya lengkap, barulah gue bisa berkenalan dengan Cucut.

Hieh... capek nggak sih? Kesannya seperti main game aja. Kita harus ngumpulin berbagai macam unsur, barulah bisa ketemu dengan tokoh yang dituju.

Beberapa minggu setelah kuliah semester 1 di fakultas hukum (kalau nggak salah di minggu ke-2 atau ke-3), barulah gue diperkenalkan kepada Cucut oleh si Sherli.

Kesan pertama gue tentang Cucut adalah: CUNGKRING, KURUS KERING, PECICILAN, N BANYAK CERITA.

Hehehe... jahat deh gue. Tapi memang itulah kesan pertama gue tentang sang Cucut. Tapi siapa yang bakal ngira kalau ternyata dia akan menjadi temen gue selama 7 tahun terakhir ini? Hahaha...

Dan sekarang anak CUNGKRING, KURUS KERING (seperti cangcorang), PECICILAN, N BANYAK CERITA itu telah menjadi seorang wanita yang mempersiapkan perkawinannya. Besok seorang anak perempuan yang gue kenal sebagai anak yang nggak bisa diam, tomboy, n suka nekat itu akan menjadi istri orang.

Siapa tahu dalam beberapa bulan dia juga akan menjadi ibu? Hahaha... Kalau itu sampai terjadi, maka gue pasti bener-bener akan merasa sangat tua sekali.

Yah, semoga saja dia diberi kekuatan agar bisa menjalani posisinya sebagai istri. Yang gue tahu, ntah sampai kapanpun, bahkan nanti kalau kita sudah sama-sama tua, bahkan kalau dua udah punya cicit yang jumlahnya banyak-pun, di mata gue dia akan tetap menjadi temen gue yang CUNGKRING, KURUS KERING (seperti cangcorang), PECICILAN, BANYAK CERITA, TOMBOY, N SUKA NEKAT.

To Cucut: Keep tungtangtingting for ever!

Thursday, October 09, 2008

Gathering With Friends at PIM & SenCi






Kemarin (8-10-2008), gue n temen-temen PaDus UnTar mengadakan acara nongkrong bersama. Memang tidak full team sih, tapi setidaknya jadi bisa bertemu dengan teman-teman yang kemarin-kemarin itu rasanya susah sekali untuk bertemu karena mereka sibuk sekali.


Di foto di atas, mulai dari kiri adalah Landak dan Ibu Gajah, yang mana gue masih sering bisa ketemu. Tetapi tiga orang selanjutnya agak susah karena mereka sering sibuk. Mulai dari Doggy a.k.a Chico yang sedang dalam masah pemulihan setelah sempat sakit sampai kurus kering (hehehe…), Beruang Madu yang sibuk jadi ibu guru sekaligus kuliah S2, dan si Anak Babi a.k.a. Piglet a.k.a Ngik yang baru saja berhenti berkerja karena ingin berkonsentrasi kuliah S2 sekaligus memang ingin ganti pekerjaan yang lebih sesuai dengan ilmu yang dimilikinya (dia anak psikologi tapi kemarin malah kerja di hotel sebagai Cashier).

Sebenarnya masih ada satu lagi, yaitu si Domba, tapi sayangnya dia terlambat datang dan lupa difoto pula, jadinya dia tidak bisa ikut dipajang di sini.

Cerita-cerita tentang apa saja yang terjadi dalam gathering kemarin (yang mana agak-agak biadab) sudah ditulis dengan cukup lengkap oleh Ibu Gajah di dalam blognya. Silahkan saja membaca ulasannya di BLOG IBU GAJAH.

Oh iya... sebenernya ini cuman pikiran ngaco aja sih... tapi coba lihat foto yang paling atas deh. Kesannya mereka semua lagi rapat, tapi trus ada Photo Op dan mereka menyempatkan diri untuk nyengir sebentar (kecuali si Doggy yang kelihatannya lagi menikmati minumannya itu). Wakakaka...

Sunday, September 28, 2008

Facebook dan Kenangan Masa Lalu




Your Hawaiian Name is:



Bane Nahele



Gue baru merasakan kegunaan dari Facebook (yaolo... telat banget ya?). Gue emang udah beberapa bulan punya account di facebook, tapi selama ini ya cuman seneng kirim-kirim virtual gift ke temen-temen gue, mainan sama virtual pet, dll. Selama itu, gue nggak pernah kepikiran buat memperluas jaringan sosial gue.

Sampai...

Dua hari yang lalu tiba-tiba ada friend request dari seseorang yang bernama "YPK Wijaya".

Gue cuman bisa bengong liat nama itu. Nama itu membawa banyak banget memori dari masa lalu gue. Gimana nggak? 12 tahun hidup gue habis di sekolah yang bernama YPK Wijaya, pastilah memori gue udah sebejibun tentang nama itu.

Ternyata, ada seorang alumni YPK Wijaya yang membuat account baru di facebook dengan nama itu. Kelihatannya sih tujuannya untuk mengumpulkan semua alumni YPK Wijaya yang sudah tersebar ke sudut-sudut dunia ini.

Setelah gue approve-pun, gue masih nggak terlalu mengharapkan banyak. Karena toh mau gimana lagi? Gue aja udah lulus dari situ 11 tahun yang lalu, dan gue nggak pernah denger kabar dari temen2 lagi sejak itu. Parahnya lagi, tuh sekolah sudah nggak ada lagi sekarang. Gedung sekolah YPK Wijaya sekarang sudah berubah fungsi menjadi sebuah kampus. Hahaha...

Ternyata, surprise... surprise... besoknya ada seseorang bernama Andreanes yang minta gue add sebagai friend di facebook.

Sekali lagi gue ngerem. Kenapa? Karena Andreanes alias JABON (kepanjangannya tanya aja sama dia sendiri) itu adalah senior gue di SMU YPK Wijaya. Dia setahun di atas gue, dan dia juga senior gue di PasKib (IYE! Gue dulu anggota PasKib! Kenape? Keberatan? Grrr...)

Gue ikut PasKib di SMU sudah persis sama seperti waktu gue jadi anggota PaDus di Universitas. Segalanya gue curahkan untuk PasKib. Pokoknya belajar nggak boleh MENGganggu PasKib. Huahahaha...

Cuman melihat dia saja, rasanya kepala gue langsung diterpa oleh badai memori 3 tahun gue jadi anggota PasKib. Mulai dari dicemplungin ke dalam empang, lari-lari muterin sekolah dengan wajah coreng moreng dengan cat minyak, dijemur dari pagi sampai sore, latihan formasi tiap pulang sekolah sampai maghrib, berdebat tentang formasi yang dibuat, pokoknya semua memori langsung ciung... ciung.... ciung... beterbangan di kepala gue.

Ahhh... jadi kebayang, gimana rasanya jadi orang yang jadi alumni sekolahan yang sampai sekarang masih ada. Pasti enak ya? Tiap pengen nostalgia, tinggal main aja ke sekolah itu. Hahaha...

Gue nggak bisa seperti itu. TK gue waktu masih Nol Kecil sudah digusur sejak lama. Trus sejak TK Nol Besar sampai gue lulus SMU, gue terus sekolah di YPK Wijaya (nggak bosen2 ya?). Sejak YPK Wijaya dirubah jadi kampus, gue dan temen-temen gue jadi nggak punya tempat untuk bernostalgia.

Apa mungkin gue bawa kutukan buat sekolahan yang pernah gue pakai sebagai tempat belajar? Sekolah tempat gue belajar, semua digusur. Mungkin aja kan? Tapi apa bisa ya Universitas Tarumanagara dan Universitas Indonesia digusur? Wakakaka... gak mungkin banget. Kampus2 segede gaban gitu gimana cara ngegusurnya?

Bisa aja sih... kalo Indonesia diinvasi oleh Amerika, dan kampus2 gue semua jadi sasaran rudal dan hancur semuanya. Pasti mau gak mau harus tergusur. Wakakaka... jauh banget ngayalnya.

Hhh... banyak banget kenangan2 gue di sekolah itu. Tapi sayangnya jaman2 itu (1986-1998) belum ada kamera digital, sedangkan kalau pakai kamera biasa, film-nya mahal. Belum lagi kalau harus nyuci film dan nyetak fotonya. Wew... 50.000 ribu aja bisa habis kali (inget! 50.000 tahun 80an dan 90an nilainya sama seperti 450.000-nya jaman sekarang!)

Karena itulah gue sama sekali nggak punya foto-foto kenangan waktu gue SMA. Hiks... Sedihnya jadi orang yang nggak punya kenangan masa lalu (lebay mode - on).

Tapi bener tuh. Gue mungkin cocok jadi agen rahasia, karena gue sedikit banget punya foto kenangan masa lalu. Jadi kalo ada orang yang mau menyelidiki masa lalu gue, pasti rada kesulitan. Hehehe...

Duh... jadi ngelantur kan? Ntar deh, mungkin di postingan selanjutnya gue cerita tentang kenangan-kenangan waktu SMU. Hieh... sudah 11 tahun yang lalu men! I feel so old.

Tapi tunggu... 11 tahun lalu dari sekarang... hmm... berarti gue lulus SMU umur 16 ya? Baru nyadar gue.