Sunday, December 27, 2009

Breakfast



Entah sudah berapa minggu yang lalu, gue ketemuan sama si Landak di PI. Nothing special sih, cuman ketemuan buat nongkrong, ngobrol, n makan. Hehehe...

Selama di sana kita memutuskan buat makan di Pancious. Gue sendiri belum pernah makan disana, Landak yang udah pernah, n dia cukup merekomendasikan Pancious, resto yang spesialisasinya adalah pancake. Katanya lumayan enak. Gue, yang pada dasarnya adalah omnivora, jadinya ya setuju-setuju aja. Hehehe...

Gue lupa nama makanan yang gue pesen waktu itu, yang pasti gue pesen sesuatu yang berasal dari makanan breakfast. Setelah datang, gue lihat emang nggak terlalu ajaib lah makanannya. Sayang aja porsinya kurang banyak buat gue. Wakakaka... Emang sih pancake-nya bisa ditambah, tapi kan lauknya nggak bisa. Ya sama aja bohong lah menurut gue.

So, pesanan gue adalah seperti yang ada di foto di atas itu. Biasa aja kan? Pancake 2, sosis goreng, scrambled egg, n sepotong smoked beef. Tapi yang bikin gue bingung adalah sesuatu yang ada di atas smoked beef-nya. Sesuatu berwarna kuning berminyak gitu. Apakah itu?

Ternyata sepotong nanas yang digoreng. Haish... ada-ada aja. Tapi ya sudah lah. Meskipun agak tidak umum, tapi masih acceptable kok. Jadi ya gue makan aja. Lumayan, meskipun aneh makan sesuatu yang seharusnya asam-asam segar kok kali ini jadi asam-asam gurih. Khikhikhi...

Kelar gue makan tuh potongan nanas, tiba-tiba si Landak menaruh potongan nanas yang dia punya ke piring gue. Weks... ternyata dia milih menu yang sama seperti gue tapi dia nggak mau makan nanasnya. Jadilah gue yang disuruh makan tuh potongan nanas goreng. Hieh... Foto dibawah ini adalah foto piringnya si Landak yang menunjukkan menu yang sama seperti punya gue, minus nanas goreng. Wew...
.

Selanjutnya adalah hari Kamis tanggal 24 kemarin. Hehehe... Gue lagi ke Tangerang Selatan. Trus disana gue menemukan McDonald, jadilah gue berhenti buat sarapan dulu karena gue pagi-pagi udah disana. Dari luar sih nggak ada yang menunjukkan kalau McD yang ini berbeda dengan McD yang lain.

Begitu masuk, barulah terasa ada bedanya. Kalau McD lain kan dominan warna merah n kuning. Kursi-kursi tamunya juga biasanya dibuat dari besi yang sandarannya berupa besi melengkun berwarna kuning itu kan. Nah kalau di McD yang ini, temanya tuh minimalis. Kursi-kursinya berwana putih berbentuk seperti kursi berlengan, sementara mejanya berwarna metalik.

Setelah gue ke counter-nya buat pesan makanan, gue sempet bingun karena semua makanannya kok berbeda dengan yang biasa ada di McD. Biasanya di atas counter, di belakang mas2 n mbak2 kasir kan ada display yang menunjukkan menu-menu yang ditawarkan, biasanya berupa PaHe n paket-pake lainnya yang isinya adalah burger, atau ayam goreng, disertai dengan french fries n minuman cola gitu. Nah yang ini beda, karena yang ditawarkan adalah menu McMuffin, dan dari berbagai penjelasan yang ada di display itu, ternyata yang tersedia adalah menu-menu sarapan.

Huiks? Belum pernah tuh nyobain McMuffin. Akhirnya gue pilih Egg McMuffin, n yang gue dapatkan adalah seperti di foto dibawah ini.


Lumayan kok rasanya. Yang bener-bener beda cuman rotinya (muffin) n kehadiran telur ceplok yang ada di dalam McMuffin itu, tapi secara keseluruhan sih nggak jauh beda sama burger yang biasanya ada di McD. Trus itu benda yang terbungkus kertas dengan lambang McD itu adalah kentang yang digoreng. Seperti kroket gitu cuman kentangnya nggak sampai jadi puree (bubur), jadi kentangnya masih agak kasar gitu.

Well, pergi ke Kota TangSel malah menemukan McD yang agak beda dari biasanya. Hehehe... Satu hal yang masih gue pikirin sampai sekarang adalah, itu display yang menunjukkan berbagai menu sarapan apakah akan dipajang sepanjang hari atau kalau sudah siang bakal diganti dengan display yang biasa ya? Hmm...

Lanjut lagi kemarin tanggal 26 Desember. Sayang yang kali ini gue lupa foto-foto. Hiks... Oh well.

Kemaren itu seharusnya gue janjian ketemu sama Ibu Gajah di Plaza Indonesia buat berkolaborasi, tapi sayangnya si Ibu Gajah lagi sakit batuk, n terpaksa membatalkan janjian.

Well, gue pikir daripada garing dirumah mending jalan-jalan dong. Jadilah gue coba untuk menculik Winy The Pooh, dan ternyata dia mau diculik. Gyaaa... senangnya. Kangen juga gue sama Pooh yang satu itu, karena terakhir ketemu sama dia adalah sekitar 2 hari setelah lebaran, yang mana sudah beberapa bulan yang lalu.

Seperti biasa semua dimulai di Starbucks. Hehehe... Dari situ kita makan di Pancious (yup, gue craving pancious), trus lanjut jalan-jalan bentar di Aksara (wew... semuanya mahal-mahal disana), trus lanjut mencoba makan di Pizze e Birra yang letaknya di dekat Pancious.

Gue sih suka di Pizza e Birra itu, karena pizza-nya tipis, n jenis-jenis pizza-nya aneh-aneh. Gue nyobain Wasabi-wasabi, yang sesuai dengan namanya, adalah Pizza dengan wasabi. Wakaka... Serasa makan sushi rasa Pizza.

Sayangnya gue n si Pooh keenakan ngobrol sampe lupa mau foto-foto. Huhuhu...

Kelar makan, kita turun n mampir ke Body Shop karena Pooh mau cari kado natal. Dari sana, ternyata di depan Body Shop itu ada stand yang jualan kaos-kaos batita, n si Pooh mampir sebentar buat beli hadiah untuk anak temannya.

Setelah itu kita kembali ke Starbucks. Wakakaka... Dimulai dari Starbuck, diakhiri dengan Starbucks. Khikhikhi...

Well, begitulah petualangan kuliner gue. Hehehe... Selanjutnya mau kemana ya? Hmm...

Sunday, December 20, 2009

Fidelio


Huah, sudah lama tidak menulis post di blog sepertinya jari-jari gue udah mulai karatan nih. Hahaha... horror banget ya, jari kok sampe karatan?

Oh well, jujur aja gue udah ngebet banget pengen bisa ngetik-ngetik sampe puas dari entah kapan. Tapi kayanya waktu penuh melulu. Ini aja sekarang gue bela-belain supaya bisa ngetik lagi.

Sekarang yang jadi masalah, gue udah bisa menyempatkan waktu untuk mengetik, tapi malah nggak tahu mau ngetik apaan.

Haih... ada-ada aja ya?

Oh well, mungkin buat pemanasan gue mendingan nulis tentang sesuatu yang gue sukai aja kali ya? Seharusnya itu bisa mempermudah proses pemanasan kan? (yah, paling nggak teorinya sih gitu. Tentang nanti hasilnya gimana mah belakangan aja dipikirin. Wakaka...)

Jadi, setelah memilih-milih mau menulis tentang apa, gue memutuskan untuk menulis tentang sesuatu yang sejak lama menjadi kesukaan gue tapi rada jarang gue bahas.

OPERA

Yup. Seni drama panggung yang dipadukan dengan seni vokal dimana para pemerannya bernyanyi seolah-olah paru-parunya mau meloncat keluar lewat mulut mereka. Huahahaha... ya ampun, ada apa sih sama gue malam ini, kok dari tadi ilustrasinya yang horror-horror melulu ya? Yang jari berkarat lah sampe paru-paru loncat dari mulut segala. Wew...

Tapi lalu mau membahas tentang opera yang mana ya? Secara lakon opera kan jumlahnya sebejibun amit-amit banyaknya.

Setelah memilih-milih lagi, akhirnya pilihan gue jatuh pada Fidelio. Opera yang dibuat oleh Ludwig van Beethoven.

Kenapa gue pilih yang satu ini? Alasannya sederhana. Ini adalah satu-satunya opera yang dibuat oleh Beethoven. Just as simple as that.

Beethoven menggubah komposisi musik yang jumlahnya mencapai angka yang membuat mahasiswa musik lari tunggang langgang karena sudah keburu takut disuruh menghapal satu per satu sama dosen mereka. Kalau nggak percaya, coba saja buka daftar komposisi musik gubahan Beethoven di Wikipedia.

Bagaimana? Cukup mengesankan kan jumlahnya?

Tapi dari sekian banyak hasil karya Beethoven, dia hanya membuat satu Opera, yaitu Fidelio. Kenapa dia hanya membuat satu opera? Tanya saja sama Beethoven-nya sendiri. Huahaha...

So, mari kita mulai membahas tentang Fidelio ini. Ringkasan Fidelio ini gue terjemahkan dari Wikipedia tanpa ada maksud untuk mengakui bahwa tulisan ini adalah seluruhnya hasil tulisan gue sendiri. Jadi kalau kepingin baca lebih lengkapnya lagi, silahkan buka artikel Wikipedia yang membahas tentang Fidelio.

Daftar peran dalam Fidelio:
1. Florestan -> Seorang tawanan di sebuah penjara
2. Fidelio -> Asisten penjaga penjara dan tokoh utama opera ini
3. Rocco -> Penjaga penjara
4. Marzelline -> Anak perempuan Rocco
5. Jaquino -> Asisten Rocco
6. Don Pizarro -> Kepala penjara
7. Don Fernando -> Seorang menteri
(masih ditambah lagi dengan peran-peran figuran yang terdiri dari tawanan-tawanan lainnya, para prajurit, dan warga kota tempat penjara itu berada)

Catatan kecil: Gue suka sama Opera, tapi kalau gue harus menuliskan jalan cerita sebuah opera sangat sulit buat gue untuk memasukkan konsep bahwa para pemerannya bernyanyi sepanjang cerita. Jadi ada beberapa bagian yang tidak gue bahas karena bagian-bagian itu membahas tentang para pemeran yang bernyanyi tentang perasaan mereka masing-masing. Bayangin, buat gue yang suka sama opera aja konsep itu agak konyol, gimana buat mereka yang nggak suka sama opera ya? Hehehe...

Act 1
Opera ini dibuka dengan adegan Jaquino yang menanyakan kepada Marzelline kapan Marzelline akan bersedia menikahi dirinya, tetapi gadis itu menjawab bahwa ia tidak akan pernah menikahi Jaquino karena Marzelline telah jatuh cinta kepada Fidelio yang juga berkerja sebagai asisten penjaga penjara, sama seperti Jaquino. Mendapat jawaban seperti itu, Jaquino pergi meninggalkan Marzelline yang sibuk dengan pikirannya sendiri yang penuh dengan harapan untuk menjadi istri Fidelio. Tidak lama Jaquino kembali dengan disertai oleh Rocco, ayah Marzelline, dan ternyata mereka berdua sedang bertanya-tanya dimana Fidelio berada. Fidelio lantas muncul sambil membawa rantai-rantai tahanan yang baru saja diperbaiki. Rocco memuji keterampilan Fidelio yang bisa memperbaiki rantai-rantai itu, namun Fidelio menjawab pujian Rocco dengan merendahkan diri. Rocco mengira bahwa jawaban Fidelio yang rendah hati itu menandakan bahwa Fidelio juga punya hati terhadap puterinya.

Rocco kemudian memberitahu Fidelio bahwa begitu kepala penjara, Don Pizarro, pergi ke Seville maka Fidelio dan Marzelline bisa melangsungkan pernikahan mereka. Tetapi Rocco menasehati Fidelio bahwa agar agar bisa menjalani pernikahan yang bahagia, mereka perlu uang. Fidelio menjawab bahwa untuk saat ini ada satu hal yang lebih dia inginkan daripada uang, yaitu ia ingin tahu mengapa Rocco selalu tidak mengijinkan Fidelio membantu setiap Rocco mengurusi penjara bawah tanah, padahal Rocco selalu tampak lebih lelah setiap ia selesai mengurusi penjara bawah tanah. Rocco menjawab bahwa ada sel yang tidak boleh ditunjukkan kepada seorangpun di penjara bawah tanah itu, dan bahwa di sel itu ada tawanan yang sudah mendekam selama 2 tahun karena tawanan itu memiliki musuh-musuh yang berkuasa. Mendengar itu, Marzelline memohon kepada ayahnya agar jangan pernah membawa Fidelio dari pemandangan mengerikan seperti sel itu. Namun Fidelio terus mendesak Rocco, ia mengatakan bahwa ia cukup berani untuk menghadapi nuansa penjara bawah tanah yang mengerikan sampai akhirnya Rocco menyetujui permintaan Fidelio dan Marzelline juga akhirnya menarik keberatannya tadi.

Sepeninggal Fidelio, Jaquino, dan Marzelline, Rocco didatangi oleh Don Pizarro, si kepala penjara, dan Rocco memberikan pesan yang berisi peringatan kepada Don Pizarro bahwa besok seorang menteri bernama Don Fernando akan melakukan inspeksi mendadak untuk menginvestigasi berita kalau Don Pizarro adalah seorang kepala penjara yang tiran. Don Pizarro kaget karena ia tidk bisa membiarkan Don Fernando tahu tentang tawanan yang ada di penjara bawah tanah. Tawanan itu bernama Florestan, dan ia adalah seorang tawanan politik yang seharusnya sudah mati 2 tahun yang lalu. Akhirnya Don Pizarro memutuskan bahwa Florestan harus mati. Don Pizarro menawarkan untuk membayar Rocco kalau Rocco mau membunuh Florestan, namun Rocco menolak untuk melakukannya. Akhirnya Don Pizarro memutuskan bahwa ia sendiri yang akan membunuh Florestan, namun ia memerintahkan agar Rocco menggali liang kubur di dalam sumur mati yang ada di dalam penjara bawah tanah. Kalau Rocco sudah selesai menggalinya, maka ia harus memberi tanda sehingga Don Pizarro akan masuk ke penjara bawah tanah itu untuk membunuh Florestan. Sementara itu, Fidelio melihat kalau Don Pizarro dan Rocco sedang kasak-kusuk merencanakan sesuatu namun ia tidak bisa mendengar apa yang sedang mereka rencanakan itu.

Sementara itu, Jaquino melanjutkan usahanya untuk melamar Marzelline menjadi isterinya, namun Marzelline berkeras menolaknya. Fidelio, yang kelihatannya punya agendanya sendiri dengan berkerja di penjara itu, meminta kepada Rocco untuk memberi kesempatan kepada para tawanan untuk berjalan-jalan di pekarangan penjara. Marzelline juga akhirnya ikut memohon kepada ayahnya untuk membiarkan para tawanan menikmati udara segar. Didesak seperti itu, Rocco menyetujui permintaan Fidelio dan Marzelline, dan bahkan ia akan berusaha mengalihkan perhatian Don Pizarro selama para tawanan menikmati beberapa menit kebebasan mereka mengirup udara segar. Para tawanan yang tidak sering mendapat kesempatan seperti itu bernyanyi untuk mengekspresikan rasa senang mereka, namun nyanyian mereka segera mereka hentikan karena khawatir akan terdengar oleh Don Pizarro.

Saat Rocco kembali, ia membawa beberapa berita baik untuk Fidelio. Berita pertama adalah Don Pizzaro mengijinkan Fidelio untuk menikah dengan Marzelline, sedangkan berita kedua adalah Don Pizarro mengijinkan Fidelio untuk menyertai dan membantu Rocco untuk mengurus penjara bawah tanah. Sebelum mereka berdua masuk ke penjara bawah tanah, Rocco memberitahu kepada Fidelio bahwa tawanan yang ada di dalam penjara bawah tanah itu sudah diputuskan untuk dibunuh dan dikuburkan secepatnya. Fidelio terkejut dengan berita itu, dan Rocco yang melihat betapa terkejutnya Fidelio menyarankan agar Fidelio untuk tidak ikut kali ini, tetapi Fidelio bersikeras untuk tetap menjalankan tugasnya itu dan ikut masuk ke penjara bawah tanah bersama dengan Rocco. Sebelum mereka berangkat untuk menjalankan tugas mereka, Jaquino dan Marzelline datang dan memberitahu Rocco agar melarikan diri karena Don Pizarro ternyata sudah tahu tentang para tawanan yang diberi kesempatan untuk keluar dari sel mereka, dan Don Pizarro sangat marah karenanya.

Sebelum mereka sempat bergerak, Pizarro sudah keburu datang dan menuntut penjelasan. Rocco beralasan bahwa hari itu adalah hari yang bersejarah (King's Naming Day, apapun artinya itu, hieh...) dan ia sekedar memberi kesempatan kepada para tawanan untuk merayakan hari itu. Selain itu Rocco juga membujuk Don Pizarro untuk menyimpan kemarahannya untuk dilampiaskan kepada Florestan, si tawanan di penjara bawah tanah. Pizarro akhirnya hanya menyuruh Rocco untuk secepatnya menjalankan tugasnya, yaitu menggali kubur untuk Florestan, sembari menyatakan bahwa para tawanan harus kembali masuk ke sel mereka. Perintah mana yang dijalankan dengan setengah hati oleh Rocco, Fidelio, Jaquino, dan Marzelline.

Act 2

Fokus berpindah kepada Florestan yang berada di sel penjara bawah tanah. Dia menyanyikan aria yang terkenal sangat sulit untuk dinyanyikan dalam opera ini. Aria ini berjudul Gott! Welch Dunkel Hier! In Des Lebens Fruhlingstagen. Aria ini berisikan tentang kepercayaannya kepada Tuhan dan bayangannya tentang isterinya.





Setelah itu Florestan rubuh dan jatuh tertidur. Rocco dan Fidelio datang dan menemukan Florestan yang sedang tidur, kemudian mereka bergegas melaksanakan tugas mereka menggali kubur untuk Florestan.

Saat mereka berdua sedang menggali, tiba-tiba Florestan terbangun dan akhirnya dia sadar bahwa selama ini dia telah menjadi tawanan Don Pizarro (yaolo, kemana aja nih orang 2 tahun terakhir kok bisa sampai nggak tahu ya?) dan bahwa sebentar lagi ia akan dibunuh. Florestan memohon kepada Rocco agar Rocco bersedia menyampaikan pesannya yang terkahir kepada isterinya yang bernama Leonore, namun Rocco mengatakan bahwa itu tidak bisa ia lakukan. Kecewa, akhirnya Florestan hanya meminta untuk diberi minum, dan Rocco memerintahkan kepada Fidelio untuk memberikan permintaan Florestan itu. Florestan sangat berterima kasih kepada Fidelio karena telah memberinya minum, dan mendoakan bahwa perbuatan baiknya itu akan dibalas di dunia selanjutnya. Fidelio yang tidak tega melihat Florestan seperti itu, akhirnya meminta kepada Rocco agar diijinkan memberi sepotong roti untuk Florestan, permintaan mana yang dikabulkan oleh Rocco.

Sesuai rencana awal, setelah ia selesai menggali liang kubur untuk Florestan, Rocco memberi tanda kepada Don Pizarro untuk datang. Tidak lama Don Pizarro datang bersiap untuk melaksanakan niatnya membunuh Florestan. Rocco memerintahkan Fidelio untuk keluar dari penjara bawah tanah. Fidelio berpura-pura menjalankan perintah itu, namun ia tidak keluar melainkan bersembunyi dan tetap berada di dalam penjara bawah tanah itu. Saat Don Pizaar mengeluarkan pisau yang dibawanya untuk membunuh Florestan, Fidelio muncul dari persembunyiannya untuk menghalangi Don Pizarro, dan akhirnya ia membuka indentitasnya yang sebenarnya.

Fidelio hanyalah nama samaran. Ia sebenarnya bernama Leonore, dan ia adalah isteri Florestan yang menyamar menjadi laki-laki bernama Fidelio agar bisa berkerja di penjara itu demi untuk mencaritahu tentang nasib suaminya. Don Pizarro mengangkat pisaunya untuk membunuh Leonore/Fidelio, namun Leonore/Fidelio mengeluarkan pistol yang diam-diam dibawanya dan mengancam akan menembak Don Pizarro.

Saat itulah tiba-tiba terdengar suara terompet yang menandakan datangnya sang menteri Don Fernando (sepertinya SiDak-nya dimajukan sehari ya? Huahaha...). Jaquino masuk ke penjara bawah tanah itu disertai oleh para prajurit untuk memberitahu Don Pizarro bahwa sang menteri telah menunggu kehadiran Don Pizarro di gerbang penjara. Rocco memerintahkan kepada para prajurit untuk mengawal Don Pizarro keluar dari penjara bawah tanah itu, sementara Don Pizarro pergi sambil tetap bersumpah akan membalas dendam. Sepeninggal Don Pizarro, Leonore/Fidelio dan Florestan mengekspresikan kebahagiaan mereka (tebak dengan apa? Yup, mereka bernyanyi. Hieh...) karena mereka telah selamat. Namun sekarang justru Rocco yang khawatir tentang apa yang akan terjadi selanjutnya. Florestan dan Leonore/Fidelio yang sepertinya tidak memperhatikan kekhawatiran Rocco terus melanjutkan bernyanyi (yuk, teuteup lanjut, mari...)

Diluar penjara bawah tanah, para tawanan yang dibebaskan oleh sang menteri Don Fernando bersama-sama dengan rakyat kota bernyanyi bersama tentang indahnya saat itu. Lagunya adalah Heil Sei Dem Tag! (gue suka sama lagu ini, selain itu di konser kemaren paduan suara gue juga nyanyiin lagu ini. Hehehe...)






Sang menteri Don Fernando menyatakan bahwa tirani Don Pizarro telah selesai. Rocco muncul bersama dengan Florestan dan Leonore/Fidelio, dan ia meminta kepada Don Fernando untuk menolong mereka (nolongin apa lagi ya? Don Fernando udah nolongin mereka dengan menyingkirkan Don Pizarro, emangnya kurang ditolongin seperti apa lagi sih?). Rocco menjelaskan bahwa Leonore telah menyamar menjadi Fidelio untuk menolong Florestan (bayangin betapa kagetnya si Marzelline. Kalau sudah begini, Jaquino nggak kelihatan jelek-jeleak amat kan Marzelline? Atau lo tetep mau keukeuh nikah sama Leonore? Wakaka...). Rocco juga menjelaskan tentang rencana Don Pizarro untuk membunuh Florestan, sehingga sekarang gantian Don Pizarro yang dimasukkan ke dalam penjara. Florestan (yang tanpa melalui proses pengadilan dinyatakan tidak bersalah, apapun tuduhan yang dituduhkan kepada dia, hieh... Beethoven perlu ngobrol dikit tentang proses pengadilan kali ya sama para pengacara) akhirnya dibebaskan dari rantainya oleh Leonore, sementara semua orang benyanyi untuk memuji Leonore, seorang isteri setia yang berhasil menyelamatkan suaminya.


The End


Fiuhh... panjang juga ya? Hehehe... Tapi kalau dipikir-pikir, settingnya sederhana lho. Semuanya cuman berputar-putar di dalam satu penjara itu doang, jadi dekor panggungnya nggak perlu ribet-ribet amat. Selain itu tokoh utamanya juga relatif sedikit kalau untuk ukuran opera (kan cuman Fidelio, Rocco, Don Pizarro, Florestan, Jaquino, n Marzelline, total cuman 6 orang), sisanya sih cuman peran pendukung saja kan? Coba bandingin sama Magic Flute, Habanera, atau Turandot, whew... Fidelio jauh lebih sedikit peran kuncinya.

Tapi, meskipun penokohannya cuman sedikit, dan setting latarnya cuman di satu tempat, tapi ceritanya gelap n beraaat. Udah gitu komposisi musiknya dijamin bikin para penyanyi opera latihan sampe nangis-nangis karena saking susahnya.

Itulah Beethoven, komposer musik klasik paling JUTEK sepanjang sejarah. Hieh... Tapi mungkin karena juteknya itu makanya hasil karya dia justru jadi oke. Huahaha... Intinya, kalau pengen bisa bikin lagu yang keren, kita harus latihan jutek dulu (teori ngaco mode - on)

Setelah ngeliat ini, agak bersyukur juga dia cuman bikin satu opera. Kalau dia bikin opera yang lain lagi, mungkin yang ada jadi lebih gelap lagi ceritanya. Segitu gelapnya sampe mungkin yang nonton operanya begitu selesai nonton langsung terdorong untuk bunuh diri. (hmmm... sedikit banyak jadi membayangkan bagaimana Beethoven akan bereaksi kalau dikerubungin fans-fans yang semuanya adalah cewek-cewek goth dan cowok-cowok emo. Huahaha... Ngacir kali dia ya? Tapi gue yakin, meskipun dia ngacir sampe terkencing-kencing pun, mukanya teuteup kudu harus wajib jutek. Muhahahaha...)




Hidup Beethoven!

Sunday, September 06, 2009

Last Night Together


HALOOOO!!! Hahaha... gila, sudah hampir 5 bulan gue nggak nulis blog. Hieh... bener-bener setahun ini sangat tidak memberi kesempatan untuk menulis dengan baik.

Well, tentang foto di atas, sama sekali nggak ada hubungannya sama posting kali ini. Wakaka... Foto itu adalah foto waktu perayaan (very) belated birthday kita ber-4 yang terdiri dari Ibu Tai, Laler Kepo, Lina Welly, n yours truly, hehehe... Kapan ya acara itu? Lupa gue. Wakaka...

Nah sekarang marilah kita masuk ke acara inti. (halah)

Kalau besok semuanya lancar dan tanpa halangan, malam ini adalah malam terakhir gue bersama dengan 2 buah gigi gue karena besok mereka berdua akan dicabut. Hiks...

Yang pertama adalah my 1st upper left molar (geraham kiri atas pertama), dan yang kedua adalah my 3rd lower left molar (geraham kiri bawah ketiga).

Mengenai yang pertama, dia harus dicabut karena dia memang sudah pecah sejak gue SMP dan saat ini yang tertinggal hanyalah akarnya saja. Hieh... Mengapa dia bisa pecah? Well, itu adalah kenangan pertama dan terakhir gue (sampai sejauh ini) berantem sampe tonjok-tonjokan dengan seseorang. Mwahaha... Very-very out of character for me right? Berantem sampe salah satu gigi bisa pecah. Hieh...

Sedangkan yang kedua, yaitu geraham kiri bawah ketiga, yang biasanya dikenal sebagai salah satu dari wisdom teeth, harus dicabut karena sudah bolong dengan sangat parahnya. Hehehe... Tapi emang agak lumrah sih gigi yang satu ini untuk rusak sebelum waktunya karena letaknya yang ada di belakang sekali, sehingga memang sulit untuk dibersihkan dengan baik.

Oh well, mungkin memang sudah waktunya bagi keduanya untuk pergi. Hiks... Sedih juga rasanya bepisah dengan dua buah gigi yang sudah setia menemani gue selama entah berapa belas tahun ini.

Tapi dibandingkan rasa sedih, ada satu rasa lainnya yang lebih terasa sama gue pada saat ini yaitu rasa TAKUUUTT!!! Huweee... Gile men, dicabut satu gigi aja udah bikin keringet dingin, gimana harus dicabut 2? Eeep...

Udah gitu si geraham kiri bawah ketiga itu bukan sekedar dicabut tapi harus di'operasi' kecil.

Aarrrgghhh... mendengar kata operasi aja udah bikin merinding. Membayangkan gusi gue akan disuntik bius, lalu disayat supaya bisa dicabut giginya, dan habis itu dijahit lagi. Weee... Pingsan deh gue. (apa emang mendingan pingsan aja kali ya besok, jadi kan rasanya lagi dibius total, wakaka...)

Well, pokoknya besok gue akan duduk di kursi dokter gigi berwarna hijau itu dan membiarkan seseorang mengobok-obok mulut gue untuk mencabut gigi gue. Hieh... Things I do to avoid further pains...

Entah kenapa, waktu disaranin sama dokter giginya supaya gigi gue dicabut, gue langsung oke aja tanpa mikir. Mungkin sedikit banyak alam bawah sadar gue tahu bahwa ini adalah keputusan yang paling bijaksana dibandingkan kemungkinan menghadapi sakit gigi di masa depan. Hhh...

Yah, gue berharap besok bisa berjalan dengan lancar lah semuanya.

...

......

.........

OMG!!! What have I done!!! But it's too late to back up now. I must go forward! Merdeka!

Monday, May 18, 2009

Fighting Alone


Sometimes the presence of friends in my daily life made me forgets one important thing.

We're born alone, we shall die alone, therefore we have to live life alone.

It's a grim thought. No, it's a grim reality.

We may walk this life hand in hand with our family members, with our friends, with our loved ones, but in reality we live this life alone with only our conscience as our sole friend.

This thing really showed in earnest when we're faced with a battle of our life. Our family and friends might be there with us. But the truth is, the one who fought that battle is only us as individuals.

But... sometimes... even in that darest moment in our life, we might find out one other grim reality. And that is when no one seems to understand our current position.

No matter where you look, you just can't seem to find one single open hand that tried to offer a glimmer of empathy.

At that particular moment, we will finally really truly realize that we are on our own in this battlefield called life.

Well, so be it.

I've had my share of love and warmth. Now, it's time for me to face that cold and harsh realization that I have to fight alone.

I shall plunge in to it alone, and by God's will, someday I will soar alone.

Sometimes it's unbareable, but it's fine. Loneliness can't kill me.

I have to do this, or else this darkness will engulf me. Slowly it will if I don't face this war alone.

I don't want to be angry somebody, let alone hate somebody. And I took the most logical way out. Don't give anybody the chance to make make me angry and feed this darkness with that anger.

In manus tuas, Domine, confide spiritum meum.

Friday, May 08, 2009

In Memoriam... Ibu Gajah a.k.a Queen of Piracy a.k.a MenSekJenKom a.k.a Caroline Zenia Ivana Daud



Hari ini gue n temen-temen pada kumpul di Barcode, tempat IbuTai kerja. It's a nice place. A real nice place. Sayang letaknya di Kemang, pusatnya macet Jakarta kalau pas weekend seperti hari ini.

Okay... mari kita mulai pembahasan dari awal.

Hari Rabu kemarin, tiba-tiba Ibu Gajah ngirim SMS yang isinya mengajak semua temen-temen genk (genk kita nih apa sih namanya? Kok kayanya nggak enak juga nyebutnya sebagai Genk Anak PSUT Lama) untuk kumpul-kumpul dalam rangka menyambut kembalinya si Landak dan Sapi yang baru saja ikut Kompetisi PaDus Musica Mundi di Venesia.

Btw, mereka dapat Gold level 4 untuk kategori Chamber Choire dan Gold level 2 untuk kategori Folk Song. Jadi itu tentu saja menjadi alasan tambahan untuk diadakannya acara kumpul-kumpul kali ini. Maksudnya sekalian merayakan.

So... setelah menimbang, mengingat, dan memperhatikan berbagai situasi dan kondisi, gue memutuskan untuk ikut dalam acara kumpul-kumpul hari ini. Keputusan ini benar-benar keputusan detik terakhir karena gue baru mengambil keputusan final jam setengah 6 sore, padahal acaranya mulai jam setengah 8. Hehehe...

Setelah kelar gawe, gue pulang dulu ke rumah buat sekedar setor muka n mandi, trus berangkat lagi sekitar jam setengah 7. Sampai di tujuan sekitar jam 7 lewat 1/4 (Kemang macetnya LAKNAT!)

Di perjalanan itu, gue mendapat berita mengejutkan, yaitu ternyata Ibu Gajah a.k.a Queen of Piracy a.k.a MenSekJenKom ternyata telah gugur dalam melaksanakan tugas kenegaraannya dikarenakan oleh vertigo. Dia terpaksa pulang ke rumahnya dan batal ikut acara kumpul-kumpul kali ini.

Oh... berita yang sangat menyayat hati bagi kami para sahabat-sahabat Ibu Gajah (halah... kumat deh error-nya) Kami akan selalu mengenangmu wahai sahabat. (hoeeeckh...)

Gue jadi orang pertama yang sampai di tujuan, kecuali IbuTai tentunya, karena dia kan memang kerja di situ jadi dia sudah ada di sana dari entah kapan.

Setelah ngoceh-ngoceh sama si Landak by phone karena dia nggak sampai-sampai sambil muter-muter ngeliat berbagai restoran yang ada di tempat lantai 2, akhirnya gue ketemu sama rombongan Laler, Nyamuk, Anjing Langit, dan Sapi yang baru saja sampai ketika gue sedang balik turun ke lantai 1.

Ternyata mereka mau cari makan dulu sebelum ke Barcode. Jadilah gue bersama dengan rombongan itu kembali ke lantai 2. Setelah bingung memutuskan mau makan apa, kita memutuskan untuk ke Burger King.

Waktu lagi pada pesen makanan, ternyata Landak juga sudah sampai dan dia menyusul ke Burger King. Ternyata si Landak protes makan di Burger King karena dia masih bosen makan makanan Eropa (yang mana burger adalah salah satunya), maka diapun menggeret-geret gue ke Hoka Hoka Bento.

Sebelum gue tergeret ke Hoka Hoka Bento, gue dikasih oleh-oleh sama Sapi. Oleh-olehnya kecil tapi very adorable. Hehehe...

Lihat saja sendiri.




Lucu kan, kaya gue. Huahahaha... So bulet... Khikhikhi...

Selain bulat, dia juga sangat imut (sekali lagi, seperti gue. Hoeeeckh...). Ukurannya kecil banget. Sebagai bukti betapa kecilnya dia, lihatlah foto selanjutnya ini.



Yup, yang dipegang oleh si Cucut itu adalah oleh-oleh dari Sapi. Hihihi... lucu ya? Mungkin dia cocoknya dipasang di dashboard mobil kali ya? Hmm... mendingan dikasih nama apa ya si kecil ini?

Hmm... Gue panggil dia Ben.

Thanks to Sapi, koleksi owl figure gue bertambah satu anggota lagi. Thank you Sapi. Hehehe...

Back to story.

Ternyata sesampainya gue n Landak di Hoka Hoka Bento, sang Cucut-pun juga sampai dan dia segera menyusul ke Hoka-Hoka Bento. Waktu kita lagi makan, IbuTai menelepon si Cucut dan setelah tahu kita ada di Hoka Hoka Bento, diapun menyusul ke sana.

Setelah ngobrol-ngobrol sebentar, IbuTai pergi untuk menyapa rombongan Laler yang lagi makan di Burger King.

Nggak lama kemudian, gue, Landan, dan Cucut sudah selesai makan, dan kita berkumpul kembali dengan kelompok Laler yang ternyata juga sudah selesai makan dan sedang akan menjemput kita di Hoka Hoka Bento.

Setelah kumpul semua, kitapun menuju ke Barcode.

I have to say, that place is impressive.

Letaknya di atas atap gedung berlantai 3, dan nuansanya open air (untung malam ini cerah).

Kita sempat ngobrol-ngobrol di open terrace Barcode, tetapi kemudian semuanya memutuskan untuk masuk ke Lounge Barcode karena di sana ada AC-nya.

Di situ kita pesan Heineken 2 pitcher. Dari kita semua yang tidak minum hanya si Nyamuk. Anjing Langit, Sapi, dan IbuTai icip-icip sedikit, Laler dan Cucut masing-masing minum 1 gelas, sementara yang minum paling banyak adalah gue dan si Landak. Gue minum 3 gelas, sementara si Landak nggak tahu deh minum berapa gelas.

Hahaha... Jujur aja, gue jadi kangen sama bokap gue. Dulu waktu dia masih ada, gue dan dia sering minum bir berdua sambil ngobrol-ngobrol. Sebenernya kita berdua nggak begitu suka bir, tapi dia bilang tidak ada salahnya mencoba sesuatu yang baru.

It really brings back so many memories...

Nah, pas kita lagi di lounge itulah baru bener-bener terasa betapa MATI GAYA-nya kita tanpa kehadiran Ibu Gajah. IbuTai yang langsung memperhatikan itu, sementara kita semua baru nyadar hal itu waktu dia mengatakannya.

Emang bener sih, tanpa si MenSekJenKom (aduh... tuh gelar kok makin ngaco sih?), kita semua jadi sering kehabisan bahan omongan. Si Anjing Langit yang biasanya rame juga jadi sering kehabisan bahan omongan (BAYANGKAN!!!). Terlalu banya silent moment di antara kita selama acara kumpul-kumpul ini. Hieh...

Makanya... diharapkan kepada Ibu Gajah a.k.a MenSekJenKom untuk menjaga kesehatannya pada saat akan ada acara seperti ini.

Parahnya lagi, karena sudah kebiasaan ada Ibu Gajah yang biasa bawa kamera, kita semua nggak ada yang bawa kamera di pertemuan ini. Jadilah untuk kepentingan penulisan blog ini, yang mana juga berfungsi sebagai laporan kepada MenSekJenKom, gue terpaksa pakai kamera HP. Hasilnya adalah foto yang ada di awal post ini. Jadi, harap maklum kalau fotonya blur dan gelap karena HP gue cuman 1MP dan tidak ada blitz-nya pula. Hehehe...

Tapi ini adalah salah satu malam paling menyenangkan yang pernah gue lalui. I'm thankful to God for it.

Kepada Ibu Gajah a.k.a MenSekJenKom: CEPETAN SEHAT YA MBAK!!! Hehehe...

Friday, April 24, 2009

Pre-Competition Orcelae Vox Sacra


Thank GOD, finally a chance to write something in peace. Hhh...

Well, first things first. Gue sudah lihat trailler film HarPot yang ke-6. DAN, seperti yang gue khawatirkan, karena produksi seri-seri film HarPot, pemeran film-nya sudah kelihatan terlalu dewasa untuk peran yang mereka bawakan. Terutama Emma Watson, yang seharusnya membawakan peran Hermione Granger yang berusia 16 tahun, padahal aslinya dia sudah berumur lebih dari itu (gue nggak yakin dia sekarang umur berapa), jadinya badan dia sudah terlalu 'jadi' untuk badan anak perempuan usia 16 tahun.

Yah, gue cuman bisa berharap supaya paling tidak akting mereka bisa mengimbangi ketidaktepatan usia mereka. Hehehe... Paling nggak gue mengharapkan adegan Dumbledore tewas bisa dibikin setragis mungkin, alias jangan asal lewat trus hai thank you good bye gitu aja. Bisa gue kutuk-kutuk sutradara tuh film.

Secondly, gue sekarang lagi keracunan film-film anime. Damn those Japanese! How can they make such beautiful story line! Cerita-cerita yang mereka buat bener-bener nggak ada yang dangkal. Bahkan buat gue yang tidak begitu suka cerita romantis saja bisa langsung terpesona sama anime yang temanya romantis, sekedar karena mereka kalau bikin cerita pasti nggak garing. Bahkan cerita-cerita yang cliche dan mudah ditebakpun jatuhnya jadi bagus banget kalau dibikin sama orang-orang Jepang itu. Hieh... Oh well, at least I'm enjoying it. Hehehe...

Sekarang yang ketiga (the main event, drum roll please...). Hari ini (24 April 2009), gue dateng di event Pre-Competition Orcelae Vox Sacra. Mereka akan berangkat untuk mengikuti kompetisi di Venesia akhir bulan ini, dan untuk menguji hasil latihan mereka selama ini, mereka mengadakan pre-competition ini yang sifatnya lebih seperti konser singkat yang isinya adalah lagu-lagu yang akan mereka bawakan di kompetisi Venesia nanti.

Well, jujur saja gue nggak bisa memberikan first impression judgement untuk mereka, karena gue sudah beberapa kali menonton mereka latihan. Jadi waktu menonton mereka tadi, gue nggak bisa dibilang surprised dengan penampilan mereka karena gue sudah punya bayangan terlebih dahulu.

So, gue cuman bisa memberikan assesment perkembangan mereka dari pertama kali gue denger mereka latihan.

Kemajuan mereka sudah sangat pesat. Dari pertama kali gue denger mereka latihan dengan power yang masih seadanya, sekarang mereka sudah bisa nyanyi dengan power yang sudah sangat lumayan.

Blending-nya juga bagus, meskipun tidak bisa ditutupi bahwa masing-masing dari keempat suara masih tergantung pada beberapa personil yang berperan sebagai 'blender' bagi rekan-rekan sesama suaranya. Kehadiran sang 'blender' paling terasa di Tenor. Meskipun yang lain sudah bisa kontrol suara, tapi suara para tenor entah mengapa menyatu dengan warna orang yang satu itu. Hmm... nggak apa-apa sih, tapi yang gue takut kalau orang yang satu itu tidak ada, apakah Tenor masih bisa blend seperti tadi.

Warna suara Tenor dan Sopran sudah sangat tepat. Sangat terang dan menembus langit (hiperbola mode - on). Sementara Bass dan Alto kok jadi ikut-ikutan terang ya? Kalau untuk folk song mungkin tidak apa-apa ya, tapi untuk musica sacra, terutama yang ada canon-nya, warna Bass dan Alto yang kurang gelap itu bisa berpengaruh sangat besar, karena masing-masing dari 4 suara punya bagian dimana mereka pegang melodi. Kalau saat mereka pegang melodi, dan hasilnya kurang gelap, bisa-bisa orang-orang mengira kalau bagian bass dinyanyikan oleh tenor. Ya kan?

Selanjutnya adalah solmisasi. Hmm... bagian ini agak memang paling menyusahkan tapi wajib dilaksanakan dengan sesempurna mungkin, karena setengah dari nyawa lagu dipegang oleh solmisasi. Sayangnya gue masih bisa menemukan beberapa bagian dimana ada penyanyi yang salah tembak nada, sehingga hasilnya kunci yang dihasilkan menjadi agak false. Mungkin kalau gangguan ini muncul di folk song, gue bisa bilang kalau gangguan ini muncul dari koreografi yang sedikit banyak akan mengganggu pernafasan dan oleh karenanya integritas nada juga jadi terganggu, tapi gue bisa merasakan gangguan ini di musica sacra, dimana para penyanyi hanya berkonsentrasi dengan menyanyi tanpa koreografi. Jadi saran gue, lebih hati-hati dalam menembak nada supaya tidak muncul kunci-kunci yang ajaib, okay.

Sekarang tentang harmonisasi. Hmm... gue nggak bisa memberi pendapat yang terlalu akurat untuk hal ini, karena gue nggak punya partiturnya jadi gue cuman bisa menebak-nebak tentang harmonisasi. Sayangnya, gue belum bisa merasakan harmonisasi yang berarti. Memang sih di bagian-bagian yang menembak tinggi, mayoritas jadi fortisimo, sebaliknya kalau sedang menembak nada bawah sebagian besar pasti jadi pianissimo. Tapi yang gue pengen tahu adalah, apakah memang seperti itu? Apakah setiap nada tinggi pasti fortisimo, dan setiap nada rendah pasti pianissimo? Misteri Illahi. Huahaha...

Well, untuk sekarang begitu dulu komentar gue. Ntar gue coba inget-inget lagi ada komentar lain atau tidak.

Sekarang nilai rata-ratanya. Drum roll please... hehehe...

8

A big fat eight!

Huahaha...

Selamat ya!

Haeh... Semoga nilai 8 gue sama seperti nilai 8 para juri di Venesia ntar. Wakakaka...

Pesan terakhir gue adalah... PeDe aja okey. Terutama untuk Folk Song. Karena sebagai orang Indonesia, kita selalu curang kalau sudah tentang Folk Song. Hehehe... Gimana mau nggak curang kalau Folk Song Indonesia sangat beraneka ragam dan eksotik dengan cirinya masing-masing. Jadi kalau Folk Song, gue yakin 60% pasti bisa menang selama lagu-lagu itu dibawakan dengan nada yang tepat. Jadi kalau sampai kalah, hieh... kelewatan.

Jadi PeDe-lah kalian semua, karena kalian sudah punya senjata pamungkas yang bernama Folk Song untuk memenangkan kompetisi ini!

Selain itu, berpeganganlah pada kata-kata yang ada pada salah satu musica sacra yang akan kalian bawakan. In Manus Tuas, Domine, Confide Spiritum Meum. Serahkan jiwa kalian pada Tuhan, dan biarkan Dia yang mengatur selanjutnya bagaimana.

God bless you all, and send you to victory!

Friday, April 17, 2009

I Am Madly, Deeply, Truly Fallen In Love... With susan Doyle



Gue baca tentang 'Tante' yang satu ini di koran Kompas hari ini, n jujur aja, gue jadi penasaran. Jadilah akhirnya gue browsing tentang dia, n setelah gue nonton video penampilan dia di acara Britain's Got Talent... gue cuman bisa terpesona.

Haeh... tante-tante gaek, tapi suaranya... mantabs... Sayang video dia di youtube nggak bisa di embed, sementara video yang bisa di embed kualitasnya agak kurang. Jadi coba dulu nonton video yang pendek ini, dan kalau masih penasaran, silahkan tonton video full-nya di:


Ooooh... I'm melting just listening to her voice. Emang sih masih ada bagian-bagian yang agak kasar, tapi mau gimana? Dia bukan penyanyi profesional juga. Tapi buat orang seumur segitu, power-nya kuat banget. Gue bisa nangkep nuansa mezzo-soprano dramatik dari suaranya. Range dia lumayan, sepertinya sih udah masuk ke Alto meskipun waktu nembak nada rendah suaranya belum stabil.

Tapi warna suara, power, dan pembawaan lagunya sudah sangat bagus sekali untuk ukuran non-profesional. DAMN! SHE'S GOOD!!!

Gue nggak sabar nunggu album dia keluar neeeh!! Cepetan dong Tante!!! Gak sabar nih pengen dengerin suara situ sampe puas!!! Hehehe...

Sunday, April 05, 2009

Kok Padet Ya Hari Ini?




Your Daddy Is Patrick Stewart


What You Call Him: Pa

Why You Love Him: He's the Mack Daddy

Who's Your Daddy?

Dari kemarin sepertinya ada saja kegiatan yang harus gue jalanin. Bukannya ngeluh sih, tapi gue sebenernya bukan jenis orang yang senang dengan kegiatan yang terlalu padat. Hehehe...

Sebenernya sih seneng-seneng aja bisa berkegiatan, tapi rasa capeknya yang kadang-kadang nggak nahan.

Kemaren gue ke UnTar buat ketemu sama Rahman. Gue pikir, karena toh mau ke kampus, so kenapa nggak sekalian nonton PSUT latihan. Jadilah gue nonton mereka latihan dari siang.

Mereka sudah kemajuan banget lho. Power-nya sudah terasa, meskipun kadang para cowok-cowoknya agak lemah. Bass-nya masih kurang dalem, tenornya angin-anginan (kadang powernya keluar, tapi kadang nggak), alto n sopran udah nggak ada complain dari gue deh karena udah top.

Astri sudah melakukan pekerjaan yang sangat baik sekali membuat PSUT jadi seperti itu. Hieh... jadi pengen ikutan... hiks...

Agak sore akhirnya Rahman dateng. Kangen juga gue sama anak satu itu. Hehehe... Anehnya semua anak PSUT bilang kalo Rahman jadi lebih putih dari terakhir kita ketemu. Menurut gue sih nggak juga, tapi kayanya dia agak kurusan.

Cuman bentar bisa ketemu dia karena jam 6 gue udah capek banget habis begadang malam sebelumnya. Sampe rumah serasa pengen tewas, tapi ternyata nggak bisa tidur. Grr... menyebalkan! Akhirnya gue malah on-line. Tapi sekitar jam 12 udah beler banget dan akhirnya tidur juga deh gue.

Nah, hari ini gue udah janji ketemu geng gue waktu SMA. Kita semua kumpul di rumah gue.

Padahal gue masih belum puas tidur tapi karena kangen juga sama mereka, gue paksain bangun n ngobrol-ngobrol gila sama mereka. Hehehe...

Ternyata kita kumpul-kumpul lumayan lama juga karena mereka semua akhirnya pulang setelah jam 5 sore.

Tapi kegiatan gue belum selesai hari ini.

Pompa air di rumah gue ternyata rusak, jadi harus men-supervise proses benerin pompa dulu deh gue. Hieh...

Setelah itu kelar, ternyata masih harus urusin mobil dulu. Haeh...

Sehabis kelar masalah mobil, gue di kasih tahu sama tante gue kalo ternyata nama gue tidak terdaftar sebagai pemilih di lingkungan gue.

Gyaaa!!!

Ada-ada aja sih hari ini?

Setelah tanya ke pak RW, dia bilang kompi RW lagi kena virus n nama gue kelewat waktu dilakukan pamasukan data ulang. Untung aja gue nggak sendirian, ada 47 orang lainnya yang juga kelewat gitu. Jadilah gue nggak bisa ikut pemilihan legislatif tahun ini.

Menyebalkan...

Untungnya dia janji kalo nama gue akan ada di daftar pemilih waktu Pemilu Presiden, karena nama gue sudah dimasukin ulang tapi terlambat buat pemilu legislatif.

Hieh... untung aja gue bisa ikutan pemilu presiden. Kalo nggak mah itu namanya si RW minta dikudeta sama burung hantu surgawi!

Pemilu legislatif mah ya udah lah ya. Toh orang-orang DPR itu juga kesannya antara kerja n nggak kerja gitu, jadi kalo sampe mereka nggak becus kerja paling nggak kali ini gue nggak ikut nanggung dosanya. Wakaka...

Tapi kalo yang presiden mah gue pengen bisa ikut milih. Secara kalo sampe tuh presiden nggak becus kerjanya, gue kan pengen juga bisa nyumpah-nyumpahin dia. Kalo gue nggak ikut milih presiden, kan gue nggak punya hak maki-maki dia, orang gue nggak ikut milih. Khikhikhi...

Yah, begitulah 2 hari ini. Penuh dengan kegiatan, padahal hari minggu. Hiks...

Semoga besok (meskipun hari senin) tapi nggak sereibet hari ini lah. Bisa pingsan nih gue.

Tuesday, March 24, 2009

Capheeekkk....!


Hieh... hari ini capek. Kaki gue sampe kram saking capeknya. Jadi ketahuan deh kalau gue jarang jalan. Atau jangan-jangan karena gue udah semakin tua ya? (wew... ngaco mode-on)

Hari ini sengaja nggak masuk kantor karena pengen ngurus keanggotaan di organisasi notaris. Paling males jadi anggot notaris di Jakarta Timur! Udah bayarnya paling mahal, gue harus nganterin surat-suratnya ke berbagai tempat pula. Hieh... Kenapa nggak bisa seperti Jakarta Selatan yang bayarnya lebih murah, n pelayanan pendaftarannya dilayani di satu loket ya?

Oh well... nasib orang ber-KTP Jakarta Timur.

Supaya sepanjang gue ngurusin nggak bosen, gue menculik sang landak dari sarangnya, n dia gue geret-geret ke Jakarta Timur. Wakaka... kasihan sekali sang landak yang aslinya penghuni Jakarta Barat. Tapi untungnya dia mau-mau aja sih digeret-geret begitu. Khikhikhi...

Proses pendaftarannya bener-bener nightmare buat gue. Bener-bener nggak mau gue bahas di sini. Ugh... weew...

Nah, setelah semua urusan pendaftaran itu selesai (yang mana sebenernya belum selesai, karena ternyata masih kurang 1 proses lagi, grrr...) akhirnya gue n landak pergi ke Grand Indonesia karena diajak dateng ke sana oleh sang Angela "kupu-kupu ungu" Astri Eka Wahyuni Hadi Soemantri.

AKHIRNYA gue bisa tahu juga wujudnya Grand Indonesia! PUJI TUHAN PENCIPTA SEMESTA ALAM! (hallah... kumat deh errornya)

Tapi emang bener, sejak Grend Indonesia buka, gue belum pernah tahu wujudnya seperti apa tuh tempat. Rada malu-maluin sih, mengingat bahwa gue adalah penghuni lama Jakarta. Hehehe... Tapi apa mau dikata, gue kan penghuni Jakarta Selatan (walaupun ber-KTP Jakarta Timur), jadi gue rada males kalu buat jalan-jalan aja harus ke Jakarta Pusat.

Nah, sampai sana kita makan dulu. Si Landak yang emang udah sering ke sana bertindak sebagai guide. Tapi karena emang gue bukan tipe yang suka wira-wiri nggak jelas, jadilah si landak cuman sukses men-guide gue di foodcourt-nya (kalo nggak salah namanya food lover ya?), dan kita makan berdua di sana sambil nunggu sang kupu-kupu ungu.

Karena masih ada waktu, akhirnya kita ke starbucks. Hieh... it's been so long since the last time I've had one of those americano. Hahaha...

Jadilah kita lanjut menunggu kupu-kupu ungu di sana. Nggak terlalu lama kemudian, akhirnya diapun datang.

Kita ngobrol-ngobrol sebentar, n trus si kupu-kupu ungu bilang kalau dia pengen cari blouse n celana panjang buat acaranya BCA.

Si landak yang memang biasa menjadi fashion advisor-pun segera menyetujui untuk menemani si kupu-kupu ungu mencari baju. Sementara gue yang emang lagi jadi anak hilang ini sih cuman ayok-ayok aja.

Ternyata... hieh... emang sih gue udah lama nggak nemenin cewek belanja, tapi begitu mengikuti mereka berdua, segala bendungan memori tentang betapa capeknya menemani cewek belanja langsung bobol dengan suksesnya. Hhhh...

Okay... ringkasannya begini. Pertama kita ke outlet Mango. Ternyata di sana nggak ketemu yang dicari. Jadi kita pergi ke Forever 21. Di sana, proses pencarian berjalan intensif dan menghasilkan sebuah jaket pendek warna putih.

Setelah dari situ, lanjut ke dalam Seibu untuk mencari celana panjang hitam. Ternyata nggak ketemu. Pencarian diganti sasaran menjadi mencari daleman hitam buat dipasangkan dengan jaket putih yang sudah dibeli. Jadilah pencarian dilanjutkan ke Giordano.

Di Giordano ternyata nggak ketemu daleman yang dicari, tapi di sana sempat megang-megang celana panjang hitam, tapi harganya terlalu mahal.

Okay... perburuan belum berhasil. Perburuan lanjut lagi ke Zara.

Di Zara sempet ketemu daleman hitam yang cukup bagus, tapi setelah dicoba ternyata ukurannya terlalu besar, jadi batal beli deh.

Untung saja kupu-kupu ungu dan landak harus latihan jam 4, jadi perburuan terpaksa ditunda. Hieh... kaki gue udah mulai kram tuh mondar-mandir begitu. Hiks... Nggak kebayang kalau mereka nggak harus latihan hari ini, sepertinya perburua bakalan dilanjutkan sampai gue terpaksa naik trolley kali ya? Hihihi...

Yah, begitulah petualangan hari ini. Petualangan kecil, tapi lumayan lah buat selingan, hehehe...

Btw, kenapa ya perempuan itu kalau sudah tentang belanja sepertinya punya energi yang tidak terbatas? Hieh...

Tapi gue juga ngerasa seperti itu sih kalo lagi belanja mingguan. Hehehe... Carrefour seluas itu bisa gue jelajahi dengan santainya. Khikhikhi... jadi ketahuan banget nggak sih kalo gue ini burung hantu rumah tangga?


Monday, March 23, 2009

Pilihan


Gue tiba-tiba terpikir tentang sesuatu permasalahan setelah ngobrol sama temen gue. Permasalahan yang mungkin tidak terlalu berarti untuk kebanyakan orang, tapi gue yakin kebanyakan orang pasti akan menghadapi permasalahan seperti ini, paling tidak sekali dalam hidupnya.

Pikiran itu adalah, kalau suatu hari lo dihadapkan pada pilihan dua pilihan. Pilihan pertama adalah lo bisa maju tapi dengan syarat meninggalkan teman-teman lo, dan pilihan kedua adalah tetap bersama dengan teman-teman seperjuangan dan melewatkan kesempatan untuk maju. Lo akan memilih jalan yang mana?

Gue pribadi, gue akan memilih jalan yang kedua. Bukannya gue sok baik. Justru gue memilih jalan itu karena gue egois. Gue egois karena gue nggak mau menimbulkan perasaan tidak enak terhadap temen-temen gue sendiri.

Mungkin itu juga yang membuat gue mau menjalani pekerjaan yang gue jalani sekarang, karena dalam lapangan pekerjaan gue ini pelakunya justru dituntut untuk mandiri dan independen dari awal. Dengan kata lain, pekerjaan ini harus dijalani sendirian dari awal. Berteman dan menjalin hubungan rekanan boleh-boleh saja, tetapi karena pada prinsipnya kita sendirian, maka tidak akan ada resiko dihadapkan pada pilihan seperti itu.

Lalu bagaimana dengan orang-orang yang dalam pekerjaannya justru dituntut untuk dapat berkerja bersama dengan orang-orang yang sudah pasti lambat laun akan menjadi temannya? Jarang sekali ada kesempatan untuk dapat maju bersama-sama, lalu kalau pilihan itu akhirnya datang, elu akan pilih yang mana?

Mungkin egoisme yang terpancar dari pilihan pertama tidak bisa dipungkiri, tetapi kalau kita mau jujur... ada apa lagi pilihannya kalau ingin maju?

Gue nggak tega meninggalkan teman-teman yang sudah berjuang bersama-sama, apalagi membuang dan memungkiri mereka, padahal dulu pada awalnya kita pernah menangis, tertawa, dan bahkan marah bersama.

Kalau memang dari awal sudah tahu ingin maju sendiri, kenapa harus menjalin hubungan cameraderie seperti itu? Jalani saja sendiri.

Hhh... sedikit banyak jadi emosi juga sih. Tapi gue harus bisa objektif. Orang itu tidak punya pilihan lain selain membuang kita. Biarlah... Sebagai teman gue hanya bisa mendoakan yang terbaik buat dia.

Gue akan tetap menganggap dia sebagai teman, itu tidak akan pernah berubah. Gue nggak bisa sentimen sama dia karena kalau gue sampai begitu, maka gue akan mengingkari sifat dasar manusia, yaitu ingin maju. Gue sendiri adalah manusia, dan kalau gue mengingkari itu, maka gue mengingkari diri gue sendiri.

Tapi jujur... rasa sakitnya akan terus terasa setiap kali melihat orang itu.

Biarlah... toh jalan kita sudah berbeda. Walaupun dia memilih jalannya dengan cara seperti itu, dia tidak merugikan gue.

If God wills it, we shall meet on the same path again someday. Wether in this world or the next one, I hope we shall be able to see eye to eye again.

Sunday, March 15, 2009

Reuni


Reuni... Hmm... entah kenapa, gue nggak pernah bisa ngerasa sreg dengan kata itu.

Orang-orang lain sepertinya bersemangat kalau mendengar bahwa mereka diundang ke sebuah reuni, karena mereka jadi merasa masih diingat oleh teman-teman lamanya. Sementara gue... yah, gue juga merasa senang sih diundang ke sebuah reuni. Siapa sih yang nggak senang ketemu dengan teman-teman lama? Tapi sayangnya pada saat yang sama gue juga merasa jengah dengan kata 'reuni' tersebut.

Mendengar kata itu justru mengingatkan gue pada kenyataan bahwa teman-teman yang dulu bisa kita temui setiap hari, sekarang hampir tidak pernah kita temui lagi. Jangankan untuk bertemu, sekedar untuk menelepon dan mengobrol saja sudah sangat sulit untuk menyisihkan waktunya.

Sedikit banyak jadi agak menyesal, mengapa dulu waktu kita semua masih bersama, kita tidak menghabiskan waktu lebih lama lagi untuk saling berbagi. Sekarang, waktu kebersamaan itu sudah lewat. Sekarang semuanya sudah menjalani jalan hidupnya masing-masing. Ada yang berkerja di luar negeri, ada yang sibuk dengan keluarga, ada yang melanjutkan pendidikan, dan bahkan ada yang sudah pergi selamanya.

Dulu segala berita baik dan berita duka dapat kita bagi dengan mudahnya, sekarang seolah-olah tiada kalimat selain "apa kabar?" yang pantas terucap sebagai basa-basi yang sudah pasti dijawab dengan "baik-baik saja".

Itulah kenapa gue selalu mengernyit setiap mendengar kata 'reuni'. Mengapa mereka menggunakan kata itu. Dengan memasang label itu, seolah-olah kita semua mengakui bahwa kita semua sudah saling berjauhan. Apakah rasa sedih menjalani perpisahan belum cukup berat sehingga harus diberi label 'reuni' untuk membuat perpisahan kita begitu final?

Hhh...

Gue mengangkat tema ini karena tanggal 13 Maret kemarin dan juga hari ini gue menghadiri acara reuni. Tanggal 13 adalah reuni dengan teman-teman notariat angkatan 2006, sedangkan hari ini adalah reuni teman-teman S1 hukum UnTar angkatan 2001.

Satu reuni saja sudah membuat miris, kali ini gue harus menghadapi 2 reuni dalam waktu yang begitu berdekatan.

Reuni notariat ternyata cukup ramai karena dihadiri oleh hampir 1/2 angkatan gue. Selain itu reuni ini juga dihadiri oleh 2 orang dosen kita selama di notariat. Paling tidak dalam reuni ini kita lebih berkonsentrasi dalam kegiatan berbagi informasi tentang dunia notaris, jadi gue nggak terlalu tenggelam dalam suasana reuni karena berkonsentrasi mendengarkan informasi yang diedarkan.

Tetapi reuni S1 FH UnTar hari ini memang benar-benar reuni. Walaupun hanya dihadiri oleh 12 orang karena koordinasi yang tidak cukup baik, paling tidak reuni ini bisa mengingatkan kita yang hadir pada kenyataan bahwa hampir 8 tahun yang lalu kita semua disatukan oleh UnTar, dan selama 4 tahun selanjutnya kita menghabiskan waktu bersama-sama untuk mengejar gelar SH.

Namun reuni FH UnTar ini benar-benar membuat gue sadar bahwa sudah begitu banyak hal berubah dari antara teman-teman gue.

Berbagi tawa dan sekilas berita di antara kami, tapi tidak lama sudah harus berpisah lagi untuk menjalani perbedaan kami masing-masing.

Masa lalu memang selalu indah untuk diingat-ingat, namun rasa sedih ketika harus kembali ke masa kini untuk menyongsong masa depan... rasanya seperti dibangunkan dengan kasar dari mimpi yang sangat indah.

Hahaha... kelihatannya gue sedang dalam keadaan yang tidak begitu baik. Hanya hal kecil seperti reuni saja bisa membuat gue melankolis seperti ini.

Paling tidak ada satu hal yang membuat gue bisa bertahan. Gue masih punya sahabat-sahabat yang walaupun sudah tidak bertemu dan berkomunikasi, namun saat bersua tidak akan bertukar "apa kabar" kosong dan basa-basi. "Apa kabar" yang terlontar di antara sahabat adalah "apa kabar" yang tulus, menyuarkan bahwa kami memang masih peduli satu sama lain.

Gue berharap itu tidak akan pernah berubah...

Saturday, February 14, 2009

(Calon) Istri Kurang ADJHARRR!!!


PASTO - AKU PASTI KEMBALI (S/DES/08) - artist


Kemarin gue dapet e-mail dari cewek gue. Dia sekarang lagi dinas menemani professor-nya (dia kan asisten professor) ke Edinburgh, Skotlandia. Habis itu rencananya dia dan sang professor bakal muter-muter ke universitas-universitas yang ada di wilayah Skotlandia n Inggris.

Hieh... IRI!!! DAKU IRI!!!

Kan gue yang maniak Scotlandia, kenapa justru dia yang ke sana! HIKS...

Tapi ya sudah lah. Toh dia kesana buat kerjaan. Kalo buat liburan, barulah gue jerit-jerit penuh rasa iri ke dia.

Nah, yang bikin gue bilang dia kurang ajar adalah, di dalam e-mail yang dia kirim ke gue itu dia bilang dia pengen beliin kilt buat gue pake.

Gila aja! Gue pake sarung aja masih pake celana pendek selutut di balik sarung itu, gimana gue disuruh pakai kilt yang terkenal biasa dipakai tanpa daleman apapun (termasuk celana dalam)! Amit-amit, bisa masuk angin gue ntar!

Lagipula tuh benda kan mahal. Sama kaya batik yang bagus di sini meskipun banyak tapi kan tetap mahal.

Pokoknya gue sempet gondok sama dia gara-gara dia ngetawain gue pas dia ngebayangin gue pakai kilt. GAK SOPAAAANNNN!!!

Trus ketidaksopanan dia yang selanjutnya ada pada attachment yang dia taruh di dalam e-mail itu. Attachment itu isinya adalah lagu dengan format MP3, tapi dia tidak menulis judul lagunya. Jadi tuh attachment gue download tanpa gue tahu apa isinya.

Pas gue dengerin, kok gue ngerasa kalo gue kenal lagu itu ya... hmm...

Ternyata itu adalah lagu yang pernah gue denger dari si Landak. Tapi gue emang nggak tahu judulnya, atau bahkan penyanyinya.

Isinya itu lho... menusuk hati gue yang berperan sebagai si pencinta (HOWEEEEEKK...!!!) yang ditinggalkan sang kekasih merantau. (Kayanya kebalik ya? Biasanya kan yang cowok yang merantau, hehehe...)

Hari ini ada acara kumpul2 dengan teman-teman PSUT, yang mana si Landak adalah salah satunya. Jadilah gue tanya apa judul lagu itu ke dia. Ternyata judulnya adalah AKU PASTI KEMBALI, dan yang menyanyikan adalah PASTO.

Well, ternyata tuh lagu udah tua. Yang menggubah adalah Maia waktu tahun 2005/2006. Tapi gue baru memperhatikan lagu ini sekarang (iye... gue emang telat kalo tentang lagu-lagu baru).

Teks lagunya begini:

Waktu tlah tiba
Aku kan meninggalkan
Tinggalkan kamu
Tuk sementara

Kau dekap aku
Kau bilang jangan pergi
Tapi ku hanya dapat berkata

Reff:
Aku hanya pergi tuk sementara
Bukan tuk meninggalkanmu selamanya
Ku pasti kan kembali pada dirimu
Tapi kau jangan nakal
Aku pasti kembali

Kau peluk aku
Kau ciumi pipiku
Kau bilang janganlah ku pergi

Bujuk rayumu
Buat hatiku sedih
Tapi ku hanya dapat berkata

Back to reff

Pabila nanti
Kau rindukanku didekapmu
Tak perlu kau risaukan
Aku pasti akan kembali

Back to reff

KURANG ADJHARRR!!!!

Dia bilang supaya gue jangan nakal! Emangnya gue nakal ya selama ini? Kan sampai sekarang gue nggak pernah selingkuh! (paling nggak, nggak pernah sama manusia sih, hehehe... kan istri-istri tua gue tercinta juga perlu diperhatikan - baca postingan sebelumnya, wakakaka...)

Pertama dia nyuruh gue pakai kilt, dan sekarang dia bilang supaya gue jangan nakal. Hiks... Wibawa gue sebagai seorang (calon) suami mau ditaruh dimana kalau si (calon) istri udah berani kurang ajar seperti itu. Huweee...

Yah, gue cuman bisa membalas dengan mengirim e-mail yang isinya parodi syair tuh lagu Aku Pasti Kembali, gue rubah menjadi Aku Pasti Menunggu.

Jadinya seperti ini:

Waktu tlah tiba
Aku kan menunggumu
Menunggu kamu
Tuk selamanya

Ku dekap kamu
Kau minta aku ikut
Tapi ku hanya dapat berkata

Reff:
Aku akan tunggu tuk selamanya
Akan trus menantikanmu selamanya
Aku pasti kan disini untuk dirimu
Tapi kau jangan nakal
Aku pasti menunggu

Ku peluk kamu
Ku ciumi pipimu
Ku bilang janganlah kau pergi

Bujuk rayuku
Buat hatimu sedih
Jadi ku hanya dapat berkata

Back to reff

Pabila nanti
Kau rindukanku mendekapmu
Tak perlu kau risaukan
Aku pasti akan menanti

Back to reff

Nah, silahkan coba saja sendiri dinyanyikan dengan melodi lagu Aku Pasti Kembali. Pas waktu gue bikin sih pas sama melodinya, hehehe...

BALAS DENDAM!!! MWAHAHAHA...

Tapi... gue bilang sama dia, lagu gue ke dia masih tetap It's Hard To Say Goodbye-nya Celine Dion duet sama Paul Anka. Mudah-mudahan aja dia ngerti...

Hieh... udah hampir 4 tahun gue jadian sama dia. Dari 4 tahun itu, 3 tahun dihabiskan dengan cara SLJJ seperti sekarang ini. Hhh... ternyata gue kuat juga ya, hehehe...

Sunday, February 01, 2009

Heavens... Not A(nother) Wife!


Hhh... sudah tanggal 1 bulan Februari. Berarti entry gue di bulan Januari cuma 1 entry ya?

Bener-bener memang sudah tidak punya waktu luang lagi sepertinya gue ini. Kalau ada waktu, rasanya lebih baik dipakai untuk tidur.

Para istri-istri gue (PS2, PaDus, dan Internet) sudah pada jerit-jerit pada minta diperhatikan nih. Tapi bagaimana ya? Gue lagi terpikat ke lain hati nih...

Awalnya sih cuman fling-fling doang, tapi lama-lama jadi infatuation dan sekarang gue udah bener-bener terpikat.

Sepertinya gue bener-bener bakal nambah istri nih...

Istri yang bernama PEKERJAAN! Mwahahaha...

Gila, gue ketagihan men sama kerjaan notaris! Gila... kok bisa ya? Kadang kalo udah keenakan kerja, waktu rasanya terbang gitu aja. Makan siang, smoking, minum, dll, semuanya lewat. Beneran seperti lagi main PS2, rasanya males banget kerja di-pause dulu terus baru dilanjutin lagi selesai makan siang. Rasanya pengen dibablasin aja semuanya.

Gimana kalo gue sendiri yang jadi notaris ya? Kayanya rumah gue bisa pindah ke kantor nih. Hehehe...

Parahnya lagi, nih istri baru perlahan-lahan mulai naik pangkat nih. Dulu kan dia jadi istri ke-4 (Iye... Edna gue jadiin istri ke-5, hehehe... turun pangkat deh dia), tapi lama-lama nih istri ke-4 mulai bikin gue nggak sempet on-line, dengan kata lain dia menggeser si istri ke-3 gue.

Trus karena lembur-lembur, gue jadi nggak sempet latihan padus, jadilah PEKERJAAN menggeser si istri ke-2.

Terakhir, kamaren gue mau main PS2 gue tersayang (a.k.a istri pertama gue), gue baru nyadar kalo di atas controler PS2 gue terasa ada lapisan debu halus. Itu artinya saking gue keenakan kerja, gue nggak pernah lagi main PS2 dan jadilah tuh debu perlahan-lahan menumpuk di atas controler gue.

NNNNOOOOOOOOOOOOOOOOO!!!!!

Gila aja, gue baru mulai ngerasaain kerja notaris bukan sebagai notaris aja udah begini, gimana kalo gue udah jadi notarisnya? Mati gue!!! Masa gue BENERAN kawin sama pekerjaan? Hieh...

Gak kebayang ntar kehidupan sosial gue juga semata-mata demi mendukung pekerjaan, seperti ngelobi-lobi, rapat2 sama klien di cafe2, semua acara nongkrong dilakukan demi pekerjaan. OMG!!! TIDAAAAAKKK!!!

Hieh...

Tapi meskipun sibuk gue masih sempet menemukan sebuah rhyme yang dipakai untuk make a wish kalau kita melihat bintang. Bunyinya seperti ini:

Star light, star bright,
First star I see tonight
I wish I may, I wish I might
Have this wish I wish tonight.

Sangat sederhana, tapi gue suka banget dengernya. Well, paling nggak lebih bagus daripada:

Hickory dickory dock
A mouse ran up the clock
The clock strike one
The mouse ran down
Hickory dickory dock

Hieh... rhyme yang gak jelas maksudnya apa. Hehehe...

Monday, January 19, 2009

First Post For 2009


I've been putting off writing for a while, it seems. It's been... what? 31 days? Wow... a month? Geez... And this is the first post in the year 2009. Yaiks...

It's not like I've lost interest in writing. But I've been so busy this past month. What with internship and new years eve, it's been impossible for me to find even the smallest amount of time to write.

And one other thing. Since I've begin my internship my life evolves around it ever since. So many things happened, and I'm thankful because most of it are funny things. But I don't think I can write it and post it here since those things are closely related to work and I'm afraid not every people can understand the funny part of it.

Except maybe one...

There was this one day when we didn't have much to do at the office. Things that must be finished that day had already been done by lunch time. So my friends and I just tried to pass the time by browsing the internet.

The senior assistant in my office had just made an account in friendster a few days before, and she was eager to look for her friends who also had a friendster account.

Well, one of her friends is Lala. And this Lala put the name of lala_pink_... for her friendster account. Since this senior assistant was typing while eating some snack, she accidently typed lalat_pink_... (pink fly) instead of lala_pink.

One of the intern who was watching her told her about the error.

Right about then, another intern interjected and asked, "Lalat pink? Hmm... I wonder how it would look?"

The first intern answered, "Maybe it's some kind of lipstick wearing fly."

Me and my wild and overly cartoonish imagination, can't avoid picturing a fly with an very big pair of lips, wearing a very pink lipstick, flying around looking for victims to kiss. That, and since I also have a friend who adopted fly as his symbol, I just can't avoid picturing him wearing a pink lipstick, and with that I lost it.

I just can't stop laughing for nearly 10 minutes.

I was just glad that the notary was not in the office at the time. Because if she did, well, maybe she would think that I've lost my marbles or something and she'd promptly send me to a nut house. I really can't stop laughing. The other interns and the senior asisstant even got worried because I kept laughing non stop. Even I was worried!

Well, that was one of the stories of one of the easier days. But believe me... even the smallest notary office will have those particular days when the cases just seems pouring in like torrential rain. Just like last Friday, all hell seems to broke loose or something. We had tons of assignment, and we had to finish it all at once.

Damn... my head nearly melted that day.

Well, I guess this is it for to day. I hope I can write more next time (and hopefully not in English, what's wrong with me today?).