Saturday, November 22, 2008

My First Week On The Notary's Job



Mwahahaha... jadi ikut-ikutan Zenia nih bikin foto seperti ini. Hehehe... Serasa gue ganti nama jadi Dito Kruschev. Wakakaka...

Well, tuh foto cuman buat hiasan aja kok. Gue nggak bakal ngebahas sampai panjang lebar tentang foto itu. Gue kali ini pengen cerita tentang pengalaman minggu pertama gue sebagai asisten notaris.

Hhh... ternyata tugas notaris tuh banyaknya seanjing-anjing! (pardon my language). Beneran gue baru tahu kalau lo kepengen survive kerja notaris, lo harus menjadi makhluk persilangan antara gurita dan amuba. Gurita, karena kerjaan lo nggak bakal bisa kelar kalau tangan lo kurang dari 8, dan amuba karena untuk menghadapi klien dan personil instansi pemerintah yang beraneka ragam itu lo harus bisa menyesuaikan diri dengan baik.

Beneran dulu nggak kebayang kalau kesibukan notaris tuh persis seperti kesibukan para awak kapal laut pas kapalnya baru aja nabrak gunung es. (okay, sedikit hiperbola, tapi kurang lebih seperti itu lah)

Kita yang jadi asisten aja (ada 4 orang) udah mau mati dikejar-kejar dead line kerjaan yang amit-amit jabang bayi banyaknya, notarisnya sendiri sih udah pasti jauh lebih parah. Paling nggak kita sebagai asisten nggak perlu full melayani klien. Kita sih paling pol cuman follow up ke klien tentang pekerjaan yang sudah berjalan. Notaris-nya mah udah hampir KO gara-gara harus negosiasi sampe nggak tahu seperti apa, dan bahkan harus seperti setrikaan yang pergi bolak balik ke sana kemari.

Udah gitu para kliennya rada dodol juga. Mereka kira notaris tuh tukang sihir kali ya? Cuman bilang ALAKAZAM, trus tuh akta langsung jadi gitu? Gila aja. Akta kan harus diketik, diperiksa kelengkapan dokumennya, di-print, dijahit, dicatatkan, dll. Gak mungkin lah 2 jam udah jadi. Tapi mereka sepertinya kepengen kaya pergi ke warung, beli barang, trus pergi lagi. Ya nggak mungkin lah!

Apalagi kalo mereka kepengen bikin perusahaan. Aduh... baru denger aja udah mumet gue. Bukan apa-apa, tapi proses pendirian perusahaan kan nggak bisa cepet-cepet. Tapi tetep aja ada klien yang ngejar-ngejar mulu supaya perusahaannya cepetan selesai. Enak aja, pengen gue sambit pake printer tuh klien-klien seperti itu.

Gue baru seminggu nih kerja di kantor notaris, tapi selama seminggu itu ada dua pikiran yang selalu mengganggu gue. Yang pertama, GUE SUKA KERJAAN NOTARIS! Wakaka... emang sih kayanya capek banget, hectic banget, kacau beliau nggak karuan, tapi ternyata setelah dijalanin kok sepertinya gue suka. Hehehe... Apalagi buat orang yang punya kecenderungan OCD seperti gue, wah kerjaan notaris mah sangat sangat sangat self fulfiling. Banyak banget kerjaan yang sifatnya printil-printil kecil-kecil n harus dilakukan berulang-ulang. Pokoknya kerjaan idaman buat orang-orang OCD.

Mulai dari nge-cap sekian banyak kertas, ngegaris-garisin akta, meriksain ketikan akta di komputer, memastikan ketikan isian blanko akta supaya pas di tempatnya masing-masing, dll. Hieh... baru mikirinnya aja udah bikin tangan gue gatel. Hehehe... (maklum, OCD gue lagi kumat dengan suksesnya)

Tapi sayangnya pikiran gue yang kedua nggak se-positif pikiran gue yang pertama. Pikiran yang kedua itu adalah tentang BETAPA HECTIC-nya KERJAAN NOTARIS! Gila, ngeliatin si ibu notaris wira-wiri, telpon sana telpon sini, bolak-balik kemana-mana, rapat dimana-mana, beresin berbagai macam dokumen yang jumlahnya sebejibun, dan pada saat yang sama juga harus memastikan bahwa kantor dapat berjalan dengan baik. Hhh... sanggup nggak ya gue jadi seperti itu?

Kerja di kantor orang lain aja capeknya setengah mati, ini kerja di kantor sendiri dimana kita menjadi pekerja sekaligus administrator dan management kantor, semua peran itu diborong jadi satu, capeknya seperti apa ya?

Emang sih, segala sesuatu kalau belum dijalani jadi terasa lebih mengerikan daripada sudah dijalani, tapi tetep aja, namanya manusia kan nggak bisa lari dari imajinasi sendiri. Hhh...

Oh well, kita lihat saja lah gimana ke depannya nanti. Apakah gue bener-bener bisa menjadi notaris yang baik, ataukah jalan hidup gue akan berbelok menuju arah yang sama sekali berbeda. Sekarang, hanya Tuhan yang tahu (halah halah... kumat deh sok puitisnya, hehehe)


No comments: