Tuesday, March 24, 2009

Capheeekkk....!


Hieh... hari ini capek. Kaki gue sampe kram saking capeknya. Jadi ketahuan deh kalau gue jarang jalan. Atau jangan-jangan karena gue udah semakin tua ya? (wew... ngaco mode-on)

Hari ini sengaja nggak masuk kantor karena pengen ngurus keanggotaan di organisasi notaris. Paling males jadi anggot notaris di Jakarta Timur! Udah bayarnya paling mahal, gue harus nganterin surat-suratnya ke berbagai tempat pula. Hieh... Kenapa nggak bisa seperti Jakarta Selatan yang bayarnya lebih murah, n pelayanan pendaftarannya dilayani di satu loket ya?

Oh well... nasib orang ber-KTP Jakarta Timur.

Supaya sepanjang gue ngurusin nggak bosen, gue menculik sang landak dari sarangnya, n dia gue geret-geret ke Jakarta Timur. Wakaka... kasihan sekali sang landak yang aslinya penghuni Jakarta Barat. Tapi untungnya dia mau-mau aja sih digeret-geret begitu. Khikhikhi...

Proses pendaftarannya bener-bener nightmare buat gue. Bener-bener nggak mau gue bahas di sini. Ugh... weew...

Nah, setelah semua urusan pendaftaran itu selesai (yang mana sebenernya belum selesai, karena ternyata masih kurang 1 proses lagi, grrr...) akhirnya gue n landak pergi ke Grand Indonesia karena diajak dateng ke sana oleh sang Angela "kupu-kupu ungu" Astri Eka Wahyuni Hadi Soemantri.

AKHIRNYA gue bisa tahu juga wujudnya Grand Indonesia! PUJI TUHAN PENCIPTA SEMESTA ALAM! (hallah... kumat deh errornya)

Tapi emang bener, sejak Grend Indonesia buka, gue belum pernah tahu wujudnya seperti apa tuh tempat. Rada malu-maluin sih, mengingat bahwa gue adalah penghuni lama Jakarta. Hehehe... Tapi apa mau dikata, gue kan penghuni Jakarta Selatan (walaupun ber-KTP Jakarta Timur), jadi gue rada males kalu buat jalan-jalan aja harus ke Jakarta Pusat.

Nah, sampai sana kita makan dulu. Si Landak yang emang udah sering ke sana bertindak sebagai guide. Tapi karena emang gue bukan tipe yang suka wira-wiri nggak jelas, jadilah si landak cuman sukses men-guide gue di foodcourt-nya (kalo nggak salah namanya food lover ya?), dan kita makan berdua di sana sambil nunggu sang kupu-kupu ungu.

Karena masih ada waktu, akhirnya kita ke starbucks. Hieh... it's been so long since the last time I've had one of those americano. Hahaha...

Jadilah kita lanjut menunggu kupu-kupu ungu di sana. Nggak terlalu lama kemudian, akhirnya diapun datang.

Kita ngobrol-ngobrol sebentar, n trus si kupu-kupu ungu bilang kalau dia pengen cari blouse n celana panjang buat acaranya BCA.

Si landak yang memang biasa menjadi fashion advisor-pun segera menyetujui untuk menemani si kupu-kupu ungu mencari baju. Sementara gue yang emang lagi jadi anak hilang ini sih cuman ayok-ayok aja.

Ternyata... hieh... emang sih gue udah lama nggak nemenin cewek belanja, tapi begitu mengikuti mereka berdua, segala bendungan memori tentang betapa capeknya menemani cewek belanja langsung bobol dengan suksesnya. Hhhh...

Okay... ringkasannya begini. Pertama kita ke outlet Mango. Ternyata di sana nggak ketemu yang dicari. Jadi kita pergi ke Forever 21. Di sana, proses pencarian berjalan intensif dan menghasilkan sebuah jaket pendek warna putih.

Setelah dari situ, lanjut ke dalam Seibu untuk mencari celana panjang hitam. Ternyata nggak ketemu. Pencarian diganti sasaran menjadi mencari daleman hitam buat dipasangkan dengan jaket putih yang sudah dibeli. Jadilah pencarian dilanjutkan ke Giordano.

Di Giordano ternyata nggak ketemu daleman yang dicari, tapi di sana sempat megang-megang celana panjang hitam, tapi harganya terlalu mahal.

Okay... perburuan belum berhasil. Perburuan lanjut lagi ke Zara.

Di Zara sempet ketemu daleman hitam yang cukup bagus, tapi setelah dicoba ternyata ukurannya terlalu besar, jadi batal beli deh.

Untung saja kupu-kupu ungu dan landak harus latihan jam 4, jadi perburuan terpaksa ditunda. Hieh... kaki gue udah mulai kram tuh mondar-mandir begitu. Hiks... Nggak kebayang kalau mereka nggak harus latihan hari ini, sepertinya perburua bakalan dilanjutkan sampai gue terpaksa naik trolley kali ya? Hihihi...

Yah, begitulah petualangan hari ini. Petualangan kecil, tapi lumayan lah buat selingan, hehehe...

Btw, kenapa ya perempuan itu kalau sudah tentang belanja sepertinya punya energi yang tidak terbatas? Hieh...

Tapi gue juga ngerasa seperti itu sih kalo lagi belanja mingguan. Hehehe... Carrefour seluas itu bisa gue jelajahi dengan santainya. Khikhikhi... jadi ketahuan banget nggak sih kalo gue ini burung hantu rumah tangga?


Monday, March 23, 2009

Pilihan


Gue tiba-tiba terpikir tentang sesuatu permasalahan setelah ngobrol sama temen gue. Permasalahan yang mungkin tidak terlalu berarti untuk kebanyakan orang, tapi gue yakin kebanyakan orang pasti akan menghadapi permasalahan seperti ini, paling tidak sekali dalam hidupnya.

Pikiran itu adalah, kalau suatu hari lo dihadapkan pada pilihan dua pilihan. Pilihan pertama adalah lo bisa maju tapi dengan syarat meninggalkan teman-teman lo, dan pilihan kedua adalah tetap bersama dengan teman-teman seperjuangan dan melewatkan kesempatan untuk maju. Lo akan memilih jalan yang mana?

Gue pribadi, gue akan memilih jalan yang kedua. Bukannya gue sok baik. Justru gue memilih jalan itu karena gue egois. Gue egois karena gue nggak mau menimbulkan perasaan tidak enak terhadap temen-temen gue sendiri.

Mungkin itu juga yang membuat gue mau menjalani pekerjaan yang gue jalani sekarang, karena dalam lapangan pekerjaan gue ini pelakunya justru dituntut untuk mandiri dan independen dari awal. Dengan kata lain, pekerjaan ini harus dijalani sendirian dari awal. Berteman dan menjalin hubungan rekanan boleh-boleh saja, tetapi karena pada prinsipnya kita sendirian, maka tidak akan ada resiko dihadapkan pada pilihan seperti itu.

Lalu bagaimana dengan orang-orang yang dalam pekerjaannya justru dituntut untuk dapat berkerja bersama dengan orang-orang yang sudah pasti lambat laun akan menjadi temannya? Jarang sekali ada kesempatan untuk dapat maju bersama-sama, lalu kalau pilihan itu akhirnya datang, elu akan pilih yang mana?

Mungkin egoisme yang terpancar dari pilihan pertama tidak bisa dipungkiri, tetapi kalau kita mau jujur... ada apa lagi pilihannya kalau ingin maju?

Gue nggak tega meninggalkan teman-teman yang sudah berjuang bersama-sama, apalagi membuang dan memungkiri mereka, padahal dulu pada awalnya kita pernah menangis, tertawa, dan bahkan marah bersama.

Kalau memang dari awal sudah tahu ingin maju sendiri, kenapa harus menjalin hubungan cameraderie seperti itu? Jalani saja sendiri.

Hhh... sedikit banyak jadi emosi juga sih. Tapi gue harus bisa objektif. Orang itu tidak punya pilihan lain selain membuang kita. Biarlah... Sebagai teman gue hanya bisa mendoakan yang terbaik buat dia.

Gue akan tetap menganggap dia sebagai teman, itu tidak akan pernah berubah. Gue nggak bisa sentimen sama dia karena kalau gue sampai begitu, maka gue akan mengingkari sifat dasar manusia, yaitu ingin maju. Gue sendiri adalah manusia, dan kalau gue mengingkari itu, maka gue mengingkari diri gue sendiri.

Tapi jujur... rasa sakitnya akan terus terasa setiap kali melihat orang itu.

Biarlah... toh jalan kita sudah berbeda. Walaupun dia memilih jalannya dengan cara seperti itu, dia tidak merugikan gue.

If God wills it, we shall meet on the same path again someday. Wether in this world or the next one, I hope we shall be able to see eye to eye again.

Sunday, March 15, 2009

Reuni


Reuni... Hmm... entah kenapa, gue nggak pernah bisa ngerasa sreg dengan kata itu.

Orang-orang lain sepertinya bersemangat kalau mendengar bahwa mereka diundang ke sebuah reuni, karena mereka jadi merasa masih diingat oleh teman-teman lamanya. Sementara gue... yah, gue juga merasa senang sih diundang ke sebuah reuni. Siapa sih yang nggak senang ketemu dengan teman-teman lama? Tapi sayangnya pada saat yang sama gue juga merasa jengah dengan kata 'reuni' tersebut.

Mendengar kata itu justru mengingatkan gue pada kenyataan bahwa teman-teman yang dulu bisa kita temui setiap hari, sekarang hampir tidak pernah kita temui lagi. Jangankan untuk bertemu, sekedar untuk menelepon dan mengobrol saja sudah sangat sulit untuk menyisihkan waktunya.

Sedikit banyak jadi agak menyesal, mengapa dulu waktu kita semua masih bersama, kita tidak menghabiskan waktu lebih lama lagi untuk saling berbagi. Sekarang, waktu kebersamaan itu sudah lewat. Sekarang semuanya sudah menjalani jalan hidupnya masing-masing. Ada yang berkerja di luar negeri, ada yang sibuk dengan keluarga, ada yang melanjutkan pendidikan, dan bahkan ada yang sudah pergi selamanya.

Dulu segala berita baik dan berita duka dapat kita bagi dengan mudahnya, sekarang seolah-olah tiada kalimat selain "apa kabar?" yang pantas terucap sebagai basa-basi yang sudah pasti dijawab dengan "baik-baik saja".

Itulah kenapa gue selalu mengernyit setiap mendengar kata 'reuni'. Mengapa mereka menggunakan kata itu. Dengan memasang label itu, seolah-olah kita semua mengakui bahwa kita semua sudah saling berjauhan. Apakah rasa sedih menjalani perpisahan belum cukup berat sehingga harus diberi label 'reuni' untuk membuat perpisahan kita begitu final?

Hhh...

Gue mengangkat tema ini karena tanggal 13 Maret kemarin dan juga hari ini gue menghadiri acara reuni. Tanggal 13 adalah reuni dengan teman-teman notariat angkatan 2006, sedangkan hari ini adalah reuni teman-teman S1 hukum UnTar angkatan 2001.

Satu reuni saja sudah membuat miris, kali ini gue harus menghadapi 2 reuni dalam waktu yang begitu berdekatan.

Reuni notariat ternyata cukup ramai karena dihadiri oleh hampir 1/2 angkatan gue. Selain itu reuni ini juga dihadiri oleh 2 orang dosen kita selama di notariat. Paling tidak dalam reuni ini kita lebih berkonsentrasi dalam kegiatan berbagi informasi tentang dunia notaris, jadi gue nggak terlalu tenggelam dalam suasana reuni karena berkonsentrasi mendengarkan informasi yang diedarkan.

Tetapi reuni S1 FH UnTar hari ini memang benar-benar reuni. Walaupun hanya dihadiri oleh 12 orang karena koordinasi yang tidak cukup baik, paling tidak reuni ini bisa mengingatkan kita yang hadir pada kenyataan bahwa hampir 8 tahun yang lalu kita semua disatukan oleh UnTar, dan selama 4 tahun selanjutnya kita menghabiskan waktu bersama-sama untuk mengejar gelar SH.

Namun reuni FH UnTar ini benar-benar membuat gue sadar bahwa sudah begitu banyak hal berubah dari antara teman-teman gue.

Berbagi tawa dan sekilas berita di antara kami, tapi tidak lama sudah harus berpisah lagi untuk menjalani perbedaan kami masing-masing.

Masa lalu memang selalu indah untuk diingat-ingat, namun rasa sedih ketika harus kembali ke masa kini untuk menyongsong masa depan... rasanya seperti dibangunkan dengan kasar dari mimpi yang sangat indah.

Hahaha... kelihatannya gue sedang dalam keadaan yang tidak begitu baik. Hanya hal kecil seperti reuni saja bisa membuat gue melankolis seperti ini.

Paling tidak ada satu hal yang membuat gue bisa bertahan. Gue masih punya sahabat-sahabat yang walaupun sudah tidak bertemu dan berkomunikasi, namun saat bersua tidak akan bertukar "apa kabar" kosong dan basa-basi. "Apa kabar" yang terlontar di antara sahabat adalah "apa kabar" yang tulus, menyuarkan bahwa kami memang masih peduli satu sama lain.

Gue berharap itu tidak akan pernah berubah...