Friday, November 28, 2008

So Many Things To Find Out, One Thing To Decide


There would come a time in a person's life when he needs to decide which path he'll take for the rest of his life.

Hhh... gue udah tahu itu sejak lama, tapi gue baru menemukan diri gue di posisi itu sekarang ini.

Yah, emang setiap orang harus mengambil keputusan tentang jalan mana yang akan dia tempuh. Jalan mana yang menurutnya cukup berharga untuk menjadi fokus dedikasi kehidupannya.

Kebanyakan perempuan akan menjadikan anak sebagai fokus kehidupan. Walaupun ada juga yang memilih hal lainnya, karena berbagai alasan. Mulai dari memang perempuan itu sejak awal berniat untuk memfokuskan kehidupannya pada sesuatu selain anak, atau memang dia tidak dikaruniai anak sehingga harus berfokus pada hal lain.

Sayangnya, laki-laki tidak seberuntung itu. Memang sih, banyak laki-laki yang akhirnya memilih keluarga sebagai fokus kehidupan, tapi sayangnya dedikasi seorang laki-laki kepada anak tidak akan pernah menyaingi dedikasi seorang perempuan kepada anaknya, karena laki-laki tidak perlu menghadapi pertempuran seperti halnya peremapuan untuk mendapatkan anak.

Karena itulah laki-laki biasanya memilih objek lain sebagai fokus kehidupan, dedikasi, mimpi, dan bahkan ambisinya. Umumnya yang akan dipilih adalah pekerjaan.

Yah... itu sih konsepnya. Konsepnya memang gampang, tapi pada kenyataannya agak sedikit lebih ruwet dari itu.

Pertanyaannya adalah, pekerjaan apa yang akan dipilih?

Haeh... Gue sekarang ada di titik itu. Sekarang gue udah mulai magang di kantor notaris, yang berarti gue menempuh jalan untuk menjadi notaris. Tapi pada saat yang sama, jalan lain masih saja menggoda gue untuk gue ambil.

Jalan menjadi jaksa sudah tertutup untuk gue, karena ada syarat ukuran badan yang nggak bisa gue penuhi. Selain itu, sebentar lagi awal desember, dan biasanya penerimaan hakim diadakan di bulan Desember. Lalu masih ada juga jalan sebagai advokat yang masih mungkin untuk gue tempuh. Dan tentu saja ada juga jalan sebagai pegawai kantor, baik swasta maupun negeri.

Pilihannya ada banyak, dan gue masih belum bisa memutuskan secara final akan memilih jalan yang mana.

Oh iya, ada juga sih jalan menjadi pengusaha, tapi sayangnya gue nggak tertarik ke arah itu meskipun hal itu juga nggak sepenuhnya gue coret sebagai kemungkinan.

Jujur aja, selama 2 minggu gue magang di kantor notaris, gue semakin tertarik dengan pekerjaan yang satu ini. Entah kenapa pekerjaan satu ini (meskipun maha ribet) sangat menarik untuk gue. Memang nggak banyak drama seperti pekerjaan hakim ataupun advokat, dan juga tidak semapan pekerjaan sebagai pegawai, tapi pekerjaan ini menawarkan hal yang tidak ditawarkan pekerjaan lainnya.

Hal itu adalah, sebagai seorang notaris, kita adalah boss diri kita sendiri. Advokat biasanya jarang berkerja sendiri dan bergabung dengan kantor hukum, di kantor itu biasanya seorang advokat harus tunduk pada sistem kerja kantor hukum itu. Apalagi menjadi hakim dan pegawai negeri pasti punya jadwal yang teratur.

Sebaliknya notaris tidak punya boss. Notaris adalah boss di kantornya sendiri. Kita bisa memilih sendiri kapan akan buka kantor, kapan ingin santai-santai, kapan berkerja dengan cepat, dan kapan akan menunda-nunda. Semua itu ada di tangan notarisnya sendiri. Itu sangat menarik buat gue. Hehehe...

Emang sih, notaris tetap perlu memiliki kedisiplinan yang baik untuk memuaskan klien. Tapi tidak ada yang akan memarahi seorang notaris kalau dia bermalas-malasan. Paling resikonya adalah ditinggalkan klien dan tidak mendapat duit. Huahahaha...

Tapi selain itu, entah kenapa pekerjaan yang satu ini benar-benar menarik buat gue. Ada tantangan-tantangan tersendiri yang baru gue sadari setelah gue mulai kerja di kantor notaris yang entah kenapa justru membuat gue semakin tertarik.

Hhh... gimana ya? Gue pengen memutuskan untuk benar-benar konsentrasi pada jalan seorang notaris, tapi setiap kali gue mau ngambil keputusan bahwa gue akan commit di jalan ini, godaan dari jalan yang lain selalu mengganggu.

Hiks... what should I do? Apa mendingan gue bertapa ke gunung buat minta wangsit ya? (hehehe... mulai ngaco)

Yah, sekarang ini gue memutuskan untuk menjalani jalan yang sudah gue jalani ini saja dulu. Jalan lainnya gue cuekin dulu sampai tiba saatnya gue bisa menemukan alasan bagus untuk ganti jalan. Tapi kalau tidak ada alasan, gue rasa jalan sebagai notaris cukup worthy untuk gue tempuh.

God bless aja lah.

Monday, November 24, 2008

Marketing Melalui Telepon




Your Personality Profile



You are dependable, popular, and observant.
Deep and thoughtful, you are prone to moodiness.
In fact, your emotions tend to influence everything you do.

You are unique, creative, and expressive.
You don't mind waving your freak flag every once and a while.
And lucky for you, most people find your weird ways charming!



Tadi pagi bangun, n setelah kelar mandi langsung nonton TV. Gue nonton berita tentang jam masuk sekolah yang dimajukan jadi jam setengah 7 setiap harinya.

Wew... untung gue bukan anak sekolah lagi. Gak kebayang harus udah ada di sekolah jam setengah 7. Bisa-bisa gue jadi zombie gara-gara ngantuk setiap hari. Hehehe...

Tapi bukan itu yang pengen gue bahas dalam entry hari ini. Yang pengen gue bahas, sesuai dengan judul, adalah marketing yang dilakukan melalui telepon.

Well, gue nggak bisa bilang bahwa gue sepenuhnya keberatan dengan cara marketing seperti itu sih, tapi harus diakui kalau sistem itu bisa dibilang mengganggu orang yang ditelepon (dalam hal ini, gue).

Kejadiannya tadi siang sekitar jam 3. Gue n temen-temen gue lagi kelimpungan karena ternyata ada kesalahan dalam akta yang baru ditandatangani pagi hari tadi. Ada satu ayat yang missing in action.

Dalam akta notaris, kalau ada kesalahan satu huruf saja, kesalahan itu harus diperbaiki di hadapan orang-orang yang minta dibuatkan akta, dan orang-orang itu harus memberikan paraf di bagian yang diperbaiki itu. Kebayang dong hebohnya waktu kita nyadar bahwa ada satu ayat yang menghilang? Udah gitu orang yang berkepentingan sudah pulang pula. Akan amat sangat tidak lucu kalau orang itu disuruh balik lagi untuk paraf bagian yang diperbaiki.

Jadilah kita heboh berusaha memperbaiki akta itu tanpa merubah susunan akta secara keseluruhan dan juga tanpa merusak kekuatan legal akta itu. Haduh, udah persis seperti main puzzle yang super ribet!

Pas kita berempat lagi kebakaran jenggot gitu, tiba-tiba HP gue bunyi. Nomor yang muncul di layar HP adalah nomor yang tidak dikenal. Setelah gue angkat, terdengarlah suara seorang mbak yang bertanya:

"Halo, dengan saudara Dito?"

"Iya."

"Mas Dito, saya dari Fitness A, ingin memberi kabar gembira bahwa anda telah mendapatkan kartu anggota VIP di fitness kami."

DHHHUUUUUAAAAARRRRRR!!!!

Gila... kepala gue udah senut-senut gara-gara akta yang ribet kaya teka-teki, eh sekarang malah ini mbak satu malah nawarin kaya begituan. Kalo bukan gara-gara takut dibilang gak sopan, mungkin udah langsung gue putus tuh telpon.

Akhirnya terpaksalah gue ladenin tuh mbak,

"Memangnya tempat fitness-nya dimana ya Mbak?"

"Kami cabang Fitness A di daerah Gading Mas."

Gile aje... gue kerja di Sentul, rumah gue di Kebayoran, kalo sampe gue harus fitness di Gading, bisa garing krispy di jalan deh gue.

Setelah gue kasih tahu tempat kerja n tempat tinggal gue yang amat sangat jauh dari tempat fitness dia itu, sepertinya dia udah nggak napsu buat mendesak lebih jauh. Bagus lah.

Tapi dia belum mau menyudahi pembicaraan sampe gue merekomendasikan seseorang untuk ditawari membership di tempat fitness-nya.

Akhirnya dengan berat hati, dan dengan sangat TIDAK ikhlas, gue kasih dia nomor telepon Winy The Pooh. Hiks... maafkanlah ex-husband-mu ini wahai Winy. Tapi gue juga punya alasan sih merekomendasikan my loveliness ex-wife itu. Hehehe...

Alasan pertama, Winy The Pooh emang pernah ikut fitness. Siapa tahu aja dia emang punya niat untuk fitness lagi. Alasan kedua, kalaupun dia nggak mau ikut fitness lagi, gue yakin Winy The Pooh bisa lebih piawai untuk menolak tawaran si mbak itu. Wakakaka... (duh, gue beneran ex-husband yang tidak berbakti).

Hhh... gue maklum sih, si mbak itu memang hanya melakukan pekerjaannya, tapi aslinya gue punya 2 pertanyaan buat dia. Pertama, gue pengen tahu dari mana dia dapet nama n nomor telp gue. Bukan apa-apa sih, tapi penasaran aja gimana orang-orang telemarketing itu bisa dapet info-info nomor telepon calon customer.

Kedua, HARUS YA DIA TELPON DI JAM KERJA!!!!???

Menyebalkan... pas kita lagi kebakaran jenggot gitu malah ditelpon untuk membicarakan hal yang nggak penting. Menurut gue, mendingan para telemarketer itu harusnya dikasih jam kerja yang ada di luar jam kerja orang-orang lain. Kalo orang lain lagi kerja, mereka harusnya istirahat, jadi usaha mereka nggak ganggu kerjaan orang. Nah, pas orang lain lagi santai, mereka baru kerja dengan telpon-telpon kesana kemari. Kan enak tuh, orang lain nggak keganggu kerjaannya, sementara mereka juga jadi lebih kecil kemungkinan disembur sama orang yang ditelpon. Hehehe...

Tapi males juga sih ditelepon sama telemarketer pas lagi istirahat gitu...

Hmm... sepertinya memang lebih baik nggak usah ditelepon sama sekali aja kali ya? Hehehe...

Btw, ajaibnya, pas waktu lagi istirahat makan siang, gue n temen-temen ngobrolin tentang fitness-fitness dan juga para telemarketer-nya sambil makan siang. Eh, siangnya gue ditelepon sama telemarketer fitness. Panjang umur banget tuh telemarketer. Wakaka...

Tapi jadi kepikiran... semua temen-temen gue pasti mati ketawa kalo sampe gue ikut fitness kali ya? Huahaha... gue aja pengen ketawa, ngebayangin Burung Hantu Bengkak nan Oversize seperti gue main treadmill. Khikhikhi... udah persis seperti hamster kali ya?

Saturday, November 22, 2008

My First Week On The Notary's Job



Mwahahaha... jadi ikut-ikutan Zenia nih bikin foto seperti ini. Hehehe... Serasa gue ganti nama jadi Dito Kruschev. Wakakaka...

Well, tuh foto cuman buat hiasan aja kok. Gue nggak bakal ngebahas sampai panjang lebar tentang foto itu. Gue kali ini pengen cerita tentang pengalaman minggu pertama gue sebagai asisten notaris.

Hhh... ternyata tugas notaris tuh banyaknya seanjing-anjing! (pardon my language). Beneran gue baru tahu kalau lo kepengen survive kerja notaris, lo harus menjadi makhluk persilangan antara gurita dan amuba. Gurita, karena kerjaan lo nggak bakal bisa kelar kalau tangan lo kurang dari 8, dan amuba karena untuk menghadapi klien dan personil instansi pemerintah yang beraneka ragam itu lo harus bisa menyesuaikan diri dengan baik.

Beneran dulu nggak kebayang kalau kesibukan notaris tuh persis seperti kesibukan para awak kapal laut pas kapalnya baru aja nabrak gunung es. (okay, sedikit hiperbola, tapi kurang lebih seperti itu lah)

Kita yang jadi asisten aja (ada 4 orang) udah mau mati dikejar-kejar dead line kerjaan yang amit-amit jabang bayi banyaknya, notarisnya sendiri sih udah pasti jauh lebih parah. Paling nggak kita sebagai asisten nggak perlu full melayani klien. Kita sih paling pol cuman follow up ke klien tentang pekerjaan yang sudah berjalan. Notaris-nya mah udah hampir KO gara-gara harus negosiasi sampe nggak tahu seperti apa, dan bahkan harus seperti setrikaan yang pergi bolak balik ke sana kemari.

Udah gitu para kliennya rada dodol juga. Mereka kira notaris tuh tukang sihir kali ya? Cuman bilang ALAKAZAM, trus tuh akta langsung jadi gitu? Gila aja. Akta kan harus diketik, diperiksa kelengkapan dokumennya, di-print, dijahit, dicatatkan, dll. Gak mungkin lah 2 jam udah jadi. Tapi mereka sepertinya kepengen kaya pergi ke warung, beli barang, trus pergi lagi. Ya nggak mungkin lah!

Apalagi kalo mereka kepengen bikin perusahaan. Aduh... baru denger aja udah mumet gue. Bukan apa-apa, tapi proses pendirian perusahaan kan nggak bisa cepet-cepet. Tapi tetep aja ada klien yang ngejar-ngejar mulu supaya perusahaannya cepetan selesai. Enak aja, pengen gue sambit pake printer tuh klien-klien seperti itu.

Gue baru seminggu nih kerja di kantor notaris, tapi selama seminggu itu ada dua pikiran yang selalu mengganggu gue. Yang pertama, GUE SUKA KERJAAN NOTARIS! Wakaka... emang sih kayanya capek banget, hectic banget, kacau beliau nggak karuan, tapi ternyata setelah dijalanin kok sepertinya gue suka. Hehehe... Apalagi buat orang yang punya kecenderungan OCD seperti gue, wah kerjaan notaris mah sangat sangat sangat self fulfiling. Banyak banget kerjaan yang sifatnya printil-printil kecil-kecil n harus dilakukan berulang-ulang. Pokoknya kerjaan idaman buat orang-orang OCD.

Mulai dari nge-cap sekian banyak kertas, ngegaris-garisin akta, meriksain ketikan akta di komputer, memastikan ketikan isian blanko akta supaya pas di tempatnya masing-masing, dll. Hieh... baru mikirinnya aja udah bikin tangan gue gatel. Hehehe... (maklum, OCD gue lagi kumat dengan suksesnya)

Tapi sayangnya pikiran gue yang kedua nggak se-positif pikiran gue yang pertama. Pikiran yang kedua itu adalah tentang BETAPA HECTIC-nya KERJAAN NOTARIS! Gila, ngeliatin si ibu notaris wira-wiri, telpon sana telpon sini, bolak-balik kemana-mana, rapat dimana-mana, beresin berbagai macam dokumen yang jumlahnya sebejibun, dan pada saat yang sama juga harus memastikan bahwa kantor dapat berjalan dengan baik. Hhh... sanggup nggak ya gue jadi seperti itu?

Kerja di kantor orang lain aja capeknya setengah mati, ini kerja di kantor sendiri dimana kita menjadi pekerja sekaligus administrator dan management kantor, semua peran itu diborong jadi satu, capeknya seperti apa ya?

Emang sih, segala sesuatu kalau belum dijalani jadi terasa lebih mengerikan daripada sudah dijalani, tapi tetep aja, namanya manusia kan nggak bisa lari dari imajinasi sendiri. Hhh...

Oh well, kita lihat saja lah gimana ke depannya nanti. Apakah gue bener-bener bisa menjadi notaris yang baik, ataukah jalan hidup gue akan berbelok menuju arah yang sama sekali berbeda. Sekarang, hanya Tuhan yang tahu (halah halah... kumat deh sok puitisnya, hehehe)


Sunday, November 16, 2008

Things I Did These Past Few Days




Your Kissing Purity Score:
77% Pure




You've hardly ever been kissed

But the kisses you've given are very missed



Wow... ternyata sudah lama juga gue nggak nulis apa-apa di blog. Sudah hampir sebulan. Hahaha...

Yah, maklumlah. Namanya juga lagi keenakan main PS, jadinya internet hampir terbengkalai. Paling sekali-sekali istirahat main, trus nonton Youtube. Btw, gue lagi berusaha menyelesaikan nonton sitkom 'Yes, Minister' dan 'Yes, Prime Minister'. Cuman tinggal 5 seri lagi nih.

Nonton sitkom itu bikim gue nyadar kalau gue selama ini belajar American English, sedangkan untuk British English hampir nggak pernah gue sentuh. Begitu nonton sitkom itu, gue cuman bisa bengong ngedengerin logat British mereka yang rada ajaib di telinga gue yang terbiasa mendengar logat Amerika.

Kesannya gue tiap hari cuman main PS n nonton Youtube ya? Hehehe... EMANG! Wakaka...

Maklum, pengangguran. Jadilah kegiatan gue ya cuman itu aja. Sengaja, biar nggak ngabisin duit dengan nongkrong-nongkrong di mall. Hehehe...

Tapi ya nggak setiap hari juga sih gue nganggur gitu. Gila aja, kesannya gue udah give up on life kalo gue cuman main n nonton tanpa berusaha cari kegiatan yang berarti.

So, selama gue nggak nulis entry blog, gue udah 2 kali ikut bursa kerja. Yang pertama tanggal 1 November, di kampus UI Depok. Hieh... panas banget men di sana. Selain itu juga full house pula. Terus yang kedua pada hari Jum'at 7 November di Kartini Expo Center. Yang kedua ini juga rame sih, tapi paling nggak ruangannya full AC, jadi nggak terlalu tersiksa juga selama harus antri dan desak-desakan.

Oh iya, bursa kerja yang kedua itu diadakan oleh JobsDB.com, jadi tentu saja penyelenggaraannya seluruhnya computerized. Kita cuman masukin CV lewat JobsDB, trus pada hari H kita dikasih bar-code yang ditempel di tiket masuk punya kita, dan setiap kita melihat perusahaan yang menarik n kita ingin mencoba melamar, perusahaan itu tinggal memindai bar-code yang ada di tiket kita itu, n CV kita sudah langsung masuk ke data base mereka.

Karena ada fasilitas seperti itu, berburu kerjaan di acara itu jadi lebih enjoyable n praktis, karena kita nggak usah bawa hard-copy CV n copy ijazah kita. Hehehe...

Selain cari kerja, gue juga sejak tanggal 6 November kemarin masuk menjadi anggota Seswara Opera Company yang dipimpin oleh tante Katherine. Hhh... sukur banget tuh gue bisa masuk di situ, udah gitu gue dikasih bagian sebagai tenor pula. It's a great thing, tapi yang paling great dari masuknya gue ke situ adalah, gue jadi bisa mendengarkan para penyanyi-penyanyi PaDus yang sudah pada hebat banget bernyanyi tepat di samping gue.

Beneran hebat mereka. Suara mereka menggelegar kemana-mana tanpa ada nuansa berteriak. Pokoknya gabung di kelompok itu bikin gue merasa seperti menonton opera setiap minggu... gratis! Wakaka...

Tapi sedikit banyak gue ngerasa nggak punya harga diri di hadapan mereka. Kenapa? Karena gue cuman modal berani nyanyi kenceng, sementara yang lainnya selain bersuara mantabh, tehnik vokal yang hebat, bisa membaca not balok, dan sense of rythm yang precise, mereka semua bisa main piano. Sementara gue? Seperti gue bilang, gue cuman bisa nyanyi doang, nggak pernah les vokal, nggak bisa baca not balok, sense of rythm yang menyamai metronome rusak, dan gue sama sekali nggak bisa main alat musik.

Pokoknya di situ gue bener-bener jadi anak bawang. Tapi untungnya selama ini mereka semua masih baik sama gue sih, jadi gue nggak bisa mengeluh. Hehehe...

Oh iya, selain itu mulai senin besok gue akan mulai berkerja di kantor notaris yang berada di Sentul. Tempatnya emang jauh dari rumah gue, jadi pasti capek banget menjalaninya, tapi paling nggak gue punya kerjaan lah. Siapa tahu ntar sambil kerja gue bisa cari tempat kerja yang lebih dekat dengan rumah. Tapi untuk saat ini, paling nggak gue kerja dulu.

So... begitulah rangkuman singkat tentang apa yang gue lakukan selama 3 minggu kemarin gue nggak nulis blog. Oh iya, selain apa yang udah gue tulis di atas, gue juga ikut nonton Musicademia 2008 di Kartini Expo Center (tempat yang sama dengan tempat gue ikut bursa kerja), dan gue juga datang ke beberapa acara perkawinan teman-teman gue yang entah kenapa di bulan November ini jumlah pesta perkawinannya sangat banyak sekali.

Dan terakhir, tadi siang gue ikut workshop kilat di kampus tentang Penanaman Modal Asing. Well, namanya sih workshop, tapi acaranya lebih seperti kuliah biasa. Lagipula workshop itu sepertinya hanya jadi acara sampingan, karena acara aslinya adalah reuni sama teman-teman notariat. Daripada reuni cuman buat seneng2 doang, akhirnya dibuatlah acara workshop itu, jadi acara reuni bisa lebih ada gunanya.

Hmm... ternyata gue nggak sepenuhnya nganggur juga ya? Hehehe... Well, gue cuman berharap for the best aja lah untuk saat ini. Semoga gue bisa menjalani kesibukan-kesibukan gue dengan baik.

Amen!