Thursday, July 31, 2008

Bagaimana Menjadi Seorang Notaris

Sekali-sekali menulis tentang sesuatu yang ada pentingnya nggak apa-apa kan ya? Hehehe... Maklum, kebiasaan nulis hal-hal yang nggak penting, jadi sekalinya pengen nulis yang agak penting malah ragu-ragu.

Okay... kali ini temanya adalah tentang bagaimana menjadi seorang notaris. Hmm... mulai dari mana ya?

Mendingan gue mulainya dari mengambil keputusan apakah kita memang benar-benar sudah siap jadi notaris. Yang harus diperhatikan adalah fakta bahwa menjadi seorang notaris memiliki arti bahwa kita harus ikhlas menjalani kehidupan yang relatif damai.

Kenapa gue bilang faktor ini harus diperhatikan? Karena dibandingkan dengan menjadi hakim, jaksa, pengacara, staf legal perusahaan, atau pekerjaan lainnya di bidang hukum, pekerjaan seorang notaris memang terhitung sangat damai. Notaris nggak akan bertemu dengan konflik-konflik yang biasa ditemui dalam pekerjaan lainnya di bidang hukum.

Jangan harap seorang notaris akan terlibat dalam debat yang seru, penyelidikan-penyelidikan yang penuh misteri dan lain-lain sebagainya. Tugas notaris adalah menyeimbangkan kepentingan semua pihak yang ingin membuat perjanjian supaya di masa depan nggak terjadi pertikaian antar pihak. Jadi nggak heran kalau pekerjaan notaris harus dijalani dengan semangat perdamaian dan bukan semangat ingin memenangkan salah satu pihak. Semua pihak harus menang, dan notaris adalah orang yang harus meyakinkan bahwa hal itu memang tercapai.

Selain ikhlas untuk hidup damai, notaris juga harus ikhlas untuk hidup dengan menjaga nama baik diri sendiri. Kalau sudah tentang jalan hidup, menjadi notaris sebenarnya hampir nggak ada bedanya sama kyai/pendeta/pastur. Satu-satunya pembeda adalah kalau kyai/pendeta/pastur berurusan dengan hukum Tuhan, notaris berurusan dengan hukum dunia. Tapi kalau tentang ke-alim-an, kehalusan budi, dan lain-lain sebagainya, notaris udah hampir nggak ada bedanya sama pemuka agama. Paling juga beda yang lain adalah notaris ada pensiunnya, pemuka agama nggak ada pensiunnya. Hehehe...

Jadi kalo masih demen mabok-mabokan, ngobat, clubbing, main pelacur/gigolo, jangan jadi notaris deh, karena organisasi notaris masih ketat banget tentang hal-hal seperti itu. Bisa-bisa baru aja diambil sumpahnya, besoknya udah langsung dicabut ijin prakteknya karena ketahuan mabok-mabokan pas lagi merayakan sudah diangkat jadi notaris. Capek deh...

Nah... kalo sudah ikhlas lahir batin jadi notaris, baru deh memulai langkah yang kedua, yaitu kuliah di Program Magister Kenotariatan selama 2 tahun untuk mendapatkan gelar MKn. Kenapa perlu gelar itu? Karena untuk bisa diangkat menjadi notaris, seseorang harus terlebih dahulu memegang gelar Sarjana Hukum dan Magister Kenotariatan.

Yang susah dari kuliah MKn adalah, jurusan ini hanya disediakan oleh 12 universitas di Indonesia, dan 11 diantaranya adalah universitas negeri. Cuman satu yang universitas swasta, kalo gossipnya nggak salah, di Universitas Surabaya. Yang lainnya sih yang gue tahu adalah UI, UnDip, UnAir, dan UniBraw (maklum ya kalo gue cuman tahu yang di pulau Jawa doang, hehehe...)

Karena gue kuliahnya di UI, jadi gue cuman ngerti prosesnya yang ada di situ, mungkin kalo di tempat lain bisa aja ada perbedaan sedikit-sedikit.

Oh iya, sebagai catatan, kalau ada yang hanya ingin mendapatkan gelar Master dan belum memutuskan ingin berkonsentrasi di profesi apa di bidang hukum, jadi bingung memilih antara Magister Hukum dan Magister Kenotariatan, gue sarankan kalian memilih untuk mengambil Magister Kenotariatan. Karena MKn sama bobotnya dengan MH tapi seorang MKn bisa menjadi notaris, sedangkan MH nggak bisa jadi notaris. Jadi daripada kalo ntar tiba-tiba ingin banting setir ganti profesi jadi Notaris terpaksa kuliah 2 kali, mendingan dari awal sudah ngambil MKn. Kalau sebelum tahun 2001, memang namanya bukan Magister Kenotariatan, tapi CN (gue lupa kepanjangannya) dan pendidikan CN itu memang nggak sebobot dengan MH, karena MH adalah pendidikan strata 2 sedangkan CN adalah pendidikan profesi dan bukan akademik.

Lanjut tentang kuliah. Kalau di UI biasanya pendaftaran dibuka di bulan April/Mei dan ditutup di bulan Juni/Juli. Tempat pengambilan formulir pendaftaran ada di Gedung Pasca Sarjana UI Salemba (gedungnya warna merah muda di dekat fakultas kedokteran gigi). Syarat pendaftaran cuma standar aja, siapin foto, foto copy ijazah S1 hukum (jangan lupa dilegalisir), foto copy KTP, pokoknya yang biasa diminta kalo daftar-daftar begitulah. IPK S1 juga nggak terlalu diperhatikan kok, selama nggak terlalu tragis ya IPK-nya.

Harga formulirnya waktu gue daftar thn 2006 adalah 250ribu, jadi kalaupun naik ya nggak jauh-jauhlah dari segitu. Setelah bayar n daftar, langsung dapat kartu ujian yang nantinya juga sekaligus dipakai untuk registrasi ulang kalau ternyata lulus ujian masuk.

Setelah daftar, trus ikut ujian saringan masuk. Denger-denger sekarang ujian masuk cuman terdiri dari ujian matematika, bahasa Indonesia, bahasa Inggris, dan Tes Potensi Akademik (TPA). Yang TPA tuh seperti psikotes gitu, jadi nggak usah belajar gila-gila banget. Kalo mau belajar serius, mending konsen sama matematika, bhs Indonesia, n bhs Inggris. Waktu gue masuk sih ada ujian hari ke-2 yang isinya ujian hukum perdata, hukum perusahaan, dan hukum agraria, tapi trus sejak tahun 2008 udah nggak ada lagi ujian itu.

Oh iya, ujian saringan masuknya diadakan di balairung utama UI Depok. Kalau bisa ujiannya minta diantar ya, karena rame banget yang ikut ujian. Ramenya karena yang ujian adalah semua orang yang pengen masuk semua jurusan di S2 UI, makanya tumplek blek semua di hari itu. Kalau bawa mobil sendiri, ntar malah bingung parkirnya.

Selanjutnya adalah menunggu pengumuman, biasanya pengumumannya dipajang di koran Republika. Setelah tahu kalau diterima, selanjutnya adalah bayar uang kuliah. Tanda terima pembayaran dan kartu ujian harus dibawa waktu registrasi ulang.

Registrasi ulang biasanya juga diadakan di Balairung utama UI Depok. Disana kita akan mendapatkan nomor pokok mahasiswa (sebisa mungkin begitu terima tuh nomor langsung dihapal), difoto untuk kartu mahasiswa, mengukur jaket almamater, dan untuk yang syarat-syaratnya belum lengkap (ijazah, foto, dll) hari itu adalah kesempatan terakhir untuk dilengkapi. Jangan seperti gue dulu, foto copy ijazah gue lupa gue legalisir, jadi gue harus pergi ke kampus gue yang lama dan habis itu balik lagi ke depok. Gempor men...

Setelah semua registrasi n administrasi selesai, baru deh resmi jadi mahasiswa MKn. Huhuhu... dan penderitaan pun di mulai.

Setelah registrasi, segera pergi ke Fakultas Hukum n dateng ke sekretariat Magister Kenotariatan (tanya aja sama satpam, pasti dia ngasih tahu kok, satpam situ baik-baik kecuali kalo menyangkut tempat parkir). Di sekretariat, berkenalanlah dengan semua yang ada di ruangan itu, karena orang-orang itu yang akan membatu selama kalian kuliah, percaya sama gue, tanpa mereka you are finished.

Setelah kenalan, tanyain bagaimana kalau ingin daftar Program Pengenalan Kampus (PPK) untuk program notariat. Acara itu memang mirip seperti acara orientasi mahasiswa gitu, cuman nggak ada peloncoan. Yang ada malah seperti kuliah dan makan-makan prasmanan / buffe gitu, enak deh pokoknya. Menurut gue pribadi dari tahun ke tahun makannya semakin mewah lho.

Biasanya PPK diadakan di hari hari sabtu pas sebelum perkuliahan di mulai. PPK tuh banyak banget gunanya, karena disitu dikasih gambaran yang lebih detil tentang tahap kuliah menjadi notaris ini. Barulah di situ kalian bakal di-shock therapy dengan beban kuliah yang harus dijalani.

Biasanya juga di acara itu ada pemilihan ketua angkatan. Orang itu yang ntar bakal menjembantani antara kepentingan mahasiswa n dosen, jadi pilih baik-baik orang yang akan jadi ketua angkatan.

Setelah itu, dimulailah segala bencana alam.

Semester 1 isinya adalah kuliah-kuliah teori, seperti Hukum Perikatan, Peraturan Jabatan Notaris, Hukum Perkawinan, Hukum Lelang, dll. Pokoknya di semester 1 ini fungsinya adalah me-refresh semua ilmu hukum perdata. Buat orang-orang yang dulu waktu S1 konsentrasi dengan hukum yang lain (seperti gue yang konsen di hukum pidana), semester 1 ini sangat membantu untuk menghadapi 3 semester selanjutnya.

Yang bahaya dari semester 1 hanya satu mata kuliah, yaitu HUKUM AGRARIA. Camkan baik-baik. Ini satu mala kuliah yang bisa saja lo udah ngulang 4 kali tapi tetep aja nggak lulus. Gue bersukur banget karena sekali ambil langsung lulus. Banyak banget temen gue yang terpaksa mengulang hukum agraria sampe berkali-kali karena emang susah banget lulusnya. Kalo emang perlu, n kalo ngerasa nggak PeDe bisa lulus, jangan ragu untuk ikut tentir (les). Percaya sama gue, mata kuliah yang satu ini emang terkenal sulit, ribet, dan laknat dari jaman dahulu kala.

Oh iya, ada satu mata kuliah yang penting juga, namanya Dasar-Dasar Tehnik Pembuatan Akta (DDTPA). Mata kuliahnya sih nggak sulit, tapi penting banget karena semester 3 dan 4 isinya adalah praktek, jadi kalau nggak konsen waktu belajar DDTPA, ntar pasti keteteran di semester 3 dan 4.

Overall, semester 1 tuh tingkat kesulitannya adalah 3 dari skala 5. Dibilang gampang nggak, tapi dibilang susah juga nggak.

Selanjutnya adalah semester 2 yang isinya bener-bener 100% teori. Pokoknya semua yang teori-teori dijublekin ke semester 2. Hukum perusahaan, hukum pajak, hukum surat berharga, dan lain-lain, semuanya ada semester 2. Usahakan lulus semua supaya mata kuliah teori2 ini nggak mengganggu pas kalian udah di semester 3 karena semester 3 mayoritas isinya praktek.

Yang bahaya dari semester 2 adalah Metode Penelitian Hukum. Lulusnya sih nggak susah-susah banget, tapi kalo sampe nggak konsen atau cuman asal lulus aja, kalian bakal menderita jiwa raga pas lagi bikin tesis. Pokoknya ngototlah belajar sama 1 mata kuliah ini.

Tingkat kesulitan semester 2 ini adalah 2 dari skala 5, terutama untuk mereka yang memang kuat menghapal.

Semester 3... hhh... pintu neraka udah bener2 dibuka di semester ini. Ada 4 mata kuliah praktek, dan semuanya adalah praktek membuat akta dengan menulis menggunakan tulisan tangan. Kalian harus menghapal (bener-bener menghapal) dan mengerti ratusan akta yang amit-amit jabang bayi ribetnya. Akta Tanah, akta jual beli, akta sewa menyewa, akta perjanjian kawin, akta jaminan, akta kerjasama, akta sewa beli, akta fidusia, dan segala akta lainnya, lengkap dengna berbagai macam varian-nya, semua harus dihapal, dimengerti, dan ditulis dengan tangan. Pokoknya neraka dunia-lah semester 3 ini.

Yang lebih parahnya lagi, semester 3 ini udah isinya praktek, masih ditambah lagi dengan HUKUM WARIS PERDATA!!!!!! PEMBUNUH PARA MAHASISWA NOTARIAT!!!! PENYEBAB KEMATIAN NOMOR 1 UNTUK SEMUA ANAK NOTARIAT!!!!

Pokoknya begitu ketemu mata kuliah yang satu ini harus langsung rajin kuliah, rajin belajar, rajin latihan ngerjain tugas, rajin ikut tentir/les, pokoknya ngototlah untuk lulus mata kuliah satu ini. Sekali terjerumus nggak lulus mata kuliah ini, bakal lebih sulit lagi untuk lulus karena kalian udah keburu BeTe dengan mata kuliah itu.

Kesimpulannya, semester 3 mendapatkan tingkat kesulitan 5 dari skala 5.

Nah terakhir adalah semester 4. Kalau kalian lulus semua mata kuliah di semester 1, 2, dan 3, kalian hanya akan menemui 2 mata kuliah praktek di semester 4 ini. Selain kuliah, umumnya orang akan mulai menyusun tesis di semester 4 ini, walaupun ada beberapa yang sudah mulai di semester 3. Itu pilihan masing-masing mahasiswa, jadi ya sesuaikan saja dengan kemampuan dan keinginan sendiri-sendiri.

Tentang tesis, tahapannya adalah begini. Pertama adalah membuat proposal tesis. Hal ini diajarkan di mata kuliah Metode Penelitian Hukum di semester 2. Makanya tadi gue bilang, seriuslah belajar mata kuliah itu biar lebiha santai waktu bikin tesis.

Proposal itu terus disetor ke sekretariat untuk diperiksa, biasanya oleh asisten kepala program. Setelah dinyatakan baik oleh sekretariat, kalian akan mendapat 3 surat. Surat 1 (bernama form A) adalah formulir tesis, kalian harus menulis nama, NPM, dan judul tesis untuk dokumentasi sekretariat. Surat 2 (bernama Form B) adalah surat penunjukan pembimbing yang harus kalian tunjukkan ke si pembimbing waktu bimbingan pertama. Dan surat 3 (bernama Form C) adalah berita acara bimbingan yang harus ditandatangani oleh kalian dan pembimbing setiap kalian melakukan bimbingan.

Setelah 3 surat itu didapat, maka dimulailah proses penulisan tesis. Berburu dosen, berburu data, bongkar-bongkar buku perpustakaan dan tesis-tesis senior-senior kita, wawancara, ngetik, bikin foto copy seabrek-abrek, yah pokoknya hal-hal yang biasa lah untuk penulisan karya ilmiah begitu.

Jangan lupa, bimbingan minimal harus 6 kali baru kalian bisa sidang tesis. Kalau kurang... terpaksa ikut sidang semester depan. Hhh...

Kalau lancar semua, semester 4 akan menjadi semester terakhir kalian di program notariat UI. Jangan lupa, kuliah di situ ada batas masa studi, yaitu 3 tahun (6 semester), jadi jangan sampe kebanyakan nggak lulus, karena pasti drop out kalo sampe lewat batasan masa studi itu. Oh iya, jangan iri sama jurusan lain, karena jurusan Notariat memang paling cepat baru bisa lulus setelah 2 tahun, sementara ada beberapa jurusan lain yang boleh lulus meskipun baru kuliah 1,5 tahun (alias ngebut kuliahnya).

Nah, setelah lulus kuliah MKn, kalian harus daftar ke Ikatan Notaris Indonesia (INI) yang kantornya ada di daerah Roxy-Grogol. Kalian akan terdaftar sebagai Anggota Luar Biasa. Kenapa harus daftar? Karena kalau nggak daftar, kalian nggak bisa ikut ujian Kode Etik. Kalo nggak ikut ujian kode etik, kalian nggak bisa dianggkat jadi notaris. Hehehe...

Setelah daftar, berjuanglah mencari tempat magang. Karena selain wajib terdaftar sebagai anggota luar biasa INI, syarat lainnya untuk bisa ikut ujian kode etik adalah harus sudah magang selama 1 tahun di kantor notaris dihitung sejak kalian lulus kuliah.

Waktu magang, jangan cuman minta diajarin tentang menulis akta, tapi minta juga diajarin tentang bagaimana menghadapi klien, menjahit akta (kalian akan ngerti maksudnya kalo udah kuliah), berurusan sama orang Badan Pertanahan Nasional (BPN), dll. Kalian harus belajar ini semua, karena ntar kalo kalian udah punya kantor notaris sendiri, kalian yang harus ngajarin ke asisten kalian bagaimana menjalani itu semua.

Nah, setelah magang setahun, nunggu ada ujian kode etik, ikut ujian kode etik, lulus, keluar SK kalian sebagai notaris, diambil sumpahnya, dan sudah deh. Kalian siap untuk membuka kantor notaris kalian sendiri.

Phew... panjang ya? Hehehe... tapi begitulah perjalanan untuk menjadi notaris. Yah, semoga aja entry ini berguna untuk orang-orang yang ingin menjadi notaris. Gue tahu, tulisan ini emang nggak detil, tapi kalo kalian udah ikut kuliahnya pasti dapet kok detil-detilnya. Yang gue kasih sekarang cuman poin-poin pentingnya aja, jadi kalian punya bayangan apa aja yang harus dijalani kalau pengen jadi notaris.

Yah... semoga berguna.

Pesan terakhir: carilah teman sebanyak-banyaknya waktu kalian sedang kuliah di notariat, karena ilmu notariat tuh banyak banget, jadi kalian pasti kesulitan untuk mengingat semuanya setelah kalian jadi notaris. Gunanyaa punya teman banyak adalah, mereka bisa jadi tempat bertanya kalau ada hal-hal yang ternyata kalian lupakan.

Wednesday, July 30, 2008

Hantu di Sekolah

Tadi siang sampe sore gue kumpul2 sama Winy the Pooh, Landak, n Polar Bear. (Jangan kaget kalo semua temen-temen gue punya adalah binatang karena kita semua memang termasuk kingsom animalia, hehehe...)

Gue sih kepengennya bisa ketemu dari jam 10 (pas Citraland baru buka) jadi kita bisa nongkrong lebih lama, tapi karena Winy the Pooh ada acara dulu siang itu, makanya kita baru bisa kumpul setelah jam 2. Yang diundang sama Winy the Pooh ke acara kumpul2 itu adalah gue, Landak, Polar Bear, Ox, Ibu Gajah, dan Anak Babi, tapi ternyata yang bisa dateng cuman gue, Landak, n Polar Bear.

Yah, nggak apa-apa lah, yang penting kan bisa pada kumpul-kumpul n melepas kangen karena emang kita semua sibuknya udah setengah hidup, jadi mau telpon-telponan buat ngerumpi aja udah susah banget. Polar Bear kerja di kantor akuntan n tiap hari pulangnya bisa setelah menjelang subuh, sementara Winy the Pooh yang seorang guru juga pasti sibuk sama sekolahannya. Gue sih udah bersyukur banget kita bisa kumpul meskipun hanya ber-4.

Yang pertama dateng adalah Landak karena kos dia memang di deket CL, dia sampai sekitar jam 1 n dia menunggu di A Club Cafe karena di cafe itu ada free wi-fi jadi dia bisa on-line sambil nunggu yang lain pada dateng. Yang kedua adalah gue yang dateng sekitar jam 2.

Begitu sampe, gue langsung beberekan laper ke Landak, karena emang gue belom sarapan jadinya jam 2 siang udah kelaparan. Hehehe... Tapi kita nggak bisa langsung cari makan karena 2 hal. Pertama karena Winy the Pooh belum dateng, sebenernya sih nggak apa-apa kalo makan duluan, cuman makan rame-rame kan lebih enak. Sebab kedua adalah karena Landak lagi down-load MP3, jadi terpaksalah gue meratapi nasib gue yang kelaparan ini sambil nunggu dia selesai down load.

Setelah selesai down load, pas Winy the Pooh juga sudah mulai cari parkir, jadi gue n Landak langsung ke Pizza Hut buat pesen tempat. Pas lagi nunggu tempat, Winy the Pooh ternyata sudah muncul. Langsunglah mereka berdua heboh ngomongin kuliah, karena memang mereka lagi kuliah S2 psikologi di UnTar, jadi omongan mereka memang nyambung.

Gak lama kita udah dapet meja, pesen-pesen makan (yang mana gue pesen banyak banget karena lagi kalap), n ngobrol-ngobrol ngalor ngidul sampe akhirnya makanan pada dateng. Kita udah pada hampir selesai makan, barulah Polar Bear dateng. Kita kira dia mau pesen makanan juga, tapi ternyata dia sudah makan di luar, jadi kita berempat cuman ngobrol-ngobrol doang.

Setelah selesai makan, kita keluar dari Pizza Hut n jalan menuju Batik Keris yang ada di lantai 2 CL karena gue pengen beli bingkisan untuk dosen pembimbing gue (nggak apa-apa kan ngasi bingkisan gitu? Toh gue udah lulus juga, jadi ga bisa dibilang nyogok kan ya?) Setelah mencari-cari (yang mana Landak jadi korban karena dia yang terpaksa nyoba-nyobain baju batik. Gak mungkin gue yang nyoba kan? Yang ada bajunya kegedean kalo dikasi ke dosen gue) akhirnya gue menentukan pilihan kemeja batik yang mau dibeli.

Selesai belanja batik, seperti umumnya cewek, Winy the Pooh ngajakin ngeliat sepatu-sepatu dulu (what is it between women and shoes?). Setelah puas liat-liat sepatu, kita kembali ke habitat alami kita bersama, yaitu Starbucks CL.

Disinilah cerita horror dimulai. Ini cerita tentang kelas yang diajar oleh Winy the Pooh. Dia mengajar kelas 2 SD, n selama 2 minggu dia mulai mengajar kelas itu sering terjadi ke anehan-keanehan di kelasnya.

Menurut ceritanya, sering sekali benda-benda yang kecil-kecil seperti tutup botol minum, pensil, penghapus, dll tiba-tiba menghilang dan muncul di tempat lain di kelas itu. Saking parahnya, tutup botol yang sedang digenggam oleh salah satu murid Winy the Pooh bisa menghilang begitu saja n muncul di meja atau tas murid yang lainnya.

Kalau hanya terjadi beberapa kali dan setiap kali hanya terjadi pada satu orang yang berbeda-beda sih masih kemungkinan karena ada anak yang iseng. Tapi semakin lama kejadian ini semakin sering terjadi dan sekalinya terjadi langsung terjadi pada beberapa murid yang selalu berbeda-beda. Pokoknya bener-bener acak n gak ada polanya sama sekali.

Perkiraan awal bahwa pelakunya adalah salah satu murid semakin lama semakin berubah menjadi perkiraan bahwa pelakunya adalah bukan makhluk dari dunia ini. Karena kejadian ini semakin meresahkan guru-guru (murid-murid sih seneng aja, mereka malah ngirain kejadian-kejadian itu sebagai sihir atau sulap, dasar anak kecil), maka pimpinan sekolah memutuskan untuk memanggil pendeta untuk melakukan penyucian dan pengusiran.

Tapi bukannya mengusir, si pendeta itu malah menyampaikan pesan bahwa si makhluk yang mengganggu itu meminta disediakan kursi untuk ia duduki (yaolo... manusia males sekolah, lha ini makhluk lain kok malah pengen ikut sekolah). Tapi akhirnya tetep diadakan upacara pengusiran sih.

Ternyata usaha itu tidak mempan, karena besoknya kejadian itu berulang lagi, dan bahkan sekali kejadian bisa dibilang lebih parah karena suatu pagi seorang guru menemukan sebuah kursi diletakkan di tengah-tengah ruang kelas, padahal setiap malam janitor sekolah itu pasti membereskan kursi-kursi murid dan disusun di pinggir kelas. Jadilah para guru-guru kembali resah karena munculnya keanehan-keanehan di kelas itu sehingga rencananya beberapa hari lagi akan diadakan upacara pengusiran roh lagi.

Gue udah nggak ngerti mo ngomong apa mendengar cerita itu. Kok bisa-bisanya ada hantu di ruang kelas anak SD ya? Hihihi... aneh-aneh aja.

Selama nongkrong di Starbucks CL kita cuman membicarakan hal itu doang. Nggak horror-horror banget sih, karena makhluk itu nggak pernah menunjukkan diri. Tapi menurut Winy the Pooh, keisengan makhluk itu sudah mulai mengganggu, dan juga sekarang para guru-guru cuman bisa menunggu waktunya salah satu murid akan menyadari kalau yang mereka hadapi bukanlah sulap atau sihir seperti yang ada di cerita Harry Potter, tapi yang mereka hadapi adalah hantu.

Kalau murid-murid itu sadar n trus cerita ke ortu mereka, yang ada bisa-bisa semua murid-murid itu dipindahin sekolah semua sama orang tua masing-masing ya kan?

Tapi paling nggak makhluk itu masih baik lah menurut gue. Dia cuman iseng doang menukar-nukar tempat disimpannya benda-benda kecil-kecil. Coba dia jahat, yang ada sekolah Winy the Pooh masuk berita karena terjadi kesurupan massal seperti yang sering terjadi pada sekolah-sekolah lain di tahun-tahun kemarin.

Hhh... jangan sampe deh kejadian seperti itu. Horror banget sodara-sodara.

Tuesday, July 29, 2008

Akhir Satu Perjuangan, Melanjutkan Perjuangan Lainnya

Akhirnya masa kuliah gue di Notariat UI sudah selesai. Well, selesai secara de facto-nya sih, karena de jure-nya kan baru bener-bener berakhir setelah gue ngambil ijazah. Setelah itu gue udah nggak wajib lagi dateng ke kampus lagi, kecuali kalo ntar gue mau legalisir foto copy ijazah. Hehehe...

Seperti yang sudah gue perkirakan, begitu selesai sidang badan udah nggak ada rasanya. Sepertinya otak, roh, dan tubuh sudah nggak bersatu dan masing-masing jalan sendiri-sendiri.

Otak memerintahkan agar kita teriak2 kegirangan, tubuh sudah kehabisan tenaga jadi hanya bisa diam saja, sementara roh sepertinya sudah terbang ke langit entah ke berapa dan sudah cuek dengan apapun yang ada di dunia ini.

Tapi lalu kesadaran harus ditarik kembali karena kita memang masih punya obligasi-obligasi lain yang harus dijalani. Namanya hidup memang nggak ada ujungnya ya? Hahaha...

Yang pengen gue bahas bukan sidang, atau tesis, atau apapun yang berhubungan langsung dengan kuliah. Yang gue perhatikan justru bagaimana setiap orang menghadapi perpisahan.

Ada yang begitu senangnya karena sudah selesai sidang, lalu sama sekali lupa bahwa dengan berakhirnya sidang maka hidupnya sebagai mahasiswa sudah selesai. Dia lupa kalau sudah waktunya untuk berpisah dengan kampus dan bahkan mungkin juga dengan teman-temannya.

Ada juga yang langsung sadar dan mau tidak mau jadi diliputi oleh perasaan melankolis.

Dan ada juga yang seperti gue, yang justru sibuk memperhatikan bagaimana orang lain menghadapi perpisahan. Hahaha...

Di jaman sekarang, dimana birokrasi mengatur segalanya, kita sudah nggak bisa lagi membedakan kapan sebenarnya sesuatu telah berakhir dan kapan sesuatu yang baru telah dimulai. Contohnya seperti keadaan lulus kuliah ini.

Kita nggak bisa tahu apakah 'akhir' yang dimaksud adalah pada detik sidang dinyatakan selesai, ataukah pada saat administrasi kampus sudah diselesaikan semua, ataukah pada saat wisuda, atau pada saat diadakan acara perpisahan.

Batas awalnya jelas, yaitu pada saat pertama kali kita memutuskan untuk kuliah. Secara konsep, rencana kuliah adalah awal dari kuliah. Tapi bagaimana dengan akhir? Untuk menentukan akhir memang sangat sulit. Siapa tahu di masa depan nanti terjadi musibah sehingga ijazah milik kita hancur/rusak dan kita terpaksa mengurus ijazah baru dari kampus. Berarti hubungan kita dengan kampus belum berakhir kan?

Hidup juga begitu. Kita mungkin bisa melacak sampai ke detik dan menit seseorang pertama kali di'konsepsikan' oleh orang tuanya, tapi kapan sebenarnya kehidupan berakhir? Apakah pada saat kematian, atau pada saat peringatan 1000 hari kematian (kebiasaan di islam, peringatan kematian hanya sampai 1000 hari), atau pada saat keluarga kita sudah musnah semua sehingga sudah tidak ada lagi yang ingat kepada kita, atau benar-benar berakhir pada saat kiamat, atau, sekali lagi, justru tidak pernah berakhir karena katanya roh itu abadi?

Dengan pola pikir itu, gue berusaha untuk nggak sedih berpisah dengan temen-temen gue selama di Notariat. Karena dengan lulus bukan berarti berakhir. Siapa tahu nanti kita jadi teman sekantor, atau tetangga, atau bahkan menjadi famili. We'll never know.

Karena bingung harus bersikap bagaimana, jadilah gue kembali berpegangan pada senjata lama gue, yaitu menghadapi segalanya one step at a time. Satu per satu. Mana yang datang terlebih dulu, itu yang dihadapi duluan.

Seperti sekarang, berarti langkah gue selanjutnya adalah membuat revisi, lalu menghadap dosen2 penguji untuk memeriksa hasil revisi, membuat hard cover tesis, foto untuk wisuda dan ijazah, dan lain sebagainya. Semua dijalani secara teratur dan satu per satu.

Yah, tapi nggak guna juga mikir terlalu filosofis untuk saat ini. Mending sekali lagi gue memutuskan untuk ikut dalam euforia massa, dan turut bersenang-senang merayakan kelulusan, yang menandakan berakhirnya petualangan gue di sebuah NERAKA yang bernama Program Magister Kenotariatan UI. Huahahaha...

Sunday, July 27, 2008

The Day Of Reckoning Has Come

So... it has come to this. Probably the last day I will ever spend as a student has come.

Seharusnya gue merasa senang, kalo perlu lari keluar rumah nari muter-muter di tengah jalan sambil teriak-teriak "Oh glorious day, oh happy day, I am no longer a student!". Hmph... I wish.

Nggak mungkin lah gue berbahagia di hari ini. Hari ini salah satu bab dalam kehidupan gue akan ditutup. Semuanya dalam kehidupan gue yang berhubungan dengan pendidikan terinstitusi mungkin akan berkahir di hari ini. Gimana gue bisa seneng?

Gue udah melewati berbagai tahap dalam kehidupan, n jangan salahin gue kalo dalam usia gue yang udah segini ini gue memandang tahap-tahap yang gue lewati bukan lagi sebagai 'naik level' tapi lebih 'semakin mendekati akhir perjalanan'.

Kalo dipikir-pikir, tahapan-tahapan besar yang harus gue lewati tinggal sedikit kan? Kalau diasumsikan bahwa hidup gue akan berjalan kurang lebih sama seperti kehidupan orang kebanyakan, paling tahapan yang harus gue lewatin cuman tinggal kerja, nikah, punya anak, menikahkan anak, punya cucu, trus mati deh. Berapa langkah tuh? 6 langkah lagi men!

Hahaha...

Hidup ini memang singkat ya? Kita menjalaninya seperti lama, tapi kalo diringkas ternyata kehidupan manusia nggak sampai satu kalimat.

Emang sih, nggak bisa dibilang seringkas itu juga. Dalam setiap tahap pasti ada hal-hal yang berbeda yang akan dialami seseorang di setiap tahapan, tapi hal-hal yang berbeda itu kan insubstabsial, bukan inti dari keadaan yang dilewati.

Contoh: menikah. Ada orang yang nikahnya damai-damai aja dengan direstui para orang tua. Ada yang antara akad nikah dan resepsi terpisah jangka waktu yang lama karena terlalu sibuk, ada yang nikahnya sampe mengancam-ancam orang tua, ada yang sampe kawin lari, dan bahkan nggak heran kalo ada yang seperi Romeo n Juliet yang akhirnya malah mati bareng.

Mungkin untuk beberapa orang akan merasa kalo gue telah melupakan satu langkah lagi. Langkah yang jenisnya cuman 1 tapi bisa kita alami beberapa kali dalam kehidupan. Yaitu menguburkan orang-orang yang kita kasihi. Orang tua, anak, ataupun pasangan kita. Kemungkinan bahwa kita akan menyaksikan kematian mereka dan menguburkan mereka memang cukup besar bukan?

"Orang tua tidak seharusnya menguburkan anaknya", gue lupa pernah denger itu dimana, tapi gue setuju sepenuhnya sama kalimat itu. Sayangnya, kita nggak pernah tahu kapan garis nasib orang-orang terkasih kita akan terputus.

Tahap yang satu ini terlalu menyedihkan, dan karena terpisah dari hidup (bukan kehidupan) kita, makanya tahap ini gue pisah dari yang lain.

Hhh... kenapa gue malah ngomongin ini ya? Tanda-tanda kalo gue emang bener-bener udah stress kali ya? Yah nggak apa-apa lah. Daripada stress disimpen sendiri malah jadinya stroke, bisa lebih repot lagi. Hahaha...

Kembali ke topik awal, hari ini gue mungkin akan menutup salah satu bab dalam kehidupan, yaitu bab tentang kehidupan sebagai murid. Proses belajar memang akan terus berlanjut sampe gue mati, tapi sekarang yang gue panggil guru sudah bukan manusia lagi, melainkan sang waktu.

"Time is the best and worst teacher there is. It's the best because it teach us through experience, and it's also the worst because the mortality rate of the students is 100%."

Hahaha...

Just A Little Bit Further

Be still my heart. It's just a few hours away, and it'll be all over.

Just a bit further.

Have patience...

God be with me.

Saturday, July 26, 2008

Why

Oh good God... Why do I have to feel like this in a time like this...?

Why...?

Friday, July 25, 2008

Just a little warning

Akhirnya gue bisa sempet ngetik lagi. Hiks... kemarin gue begitu tersiksa karena sibuk banget ngurusin siap-siapin mo sidang tesis. Hueh... aku tersiksa (baca dengan nada nelangsa).

Hhh... tapi sekarang udah 75% beres, tinggal yang paling susah-susah aja yang belum gue selesein. Gue dari dulu emang nggak pernah bisa bikin abstrak. Kenapa ya? Jangankan abstrak, disuruh bikin ringkasan aja gue mumet. Mendingan disuruh nulis banyak deh daripada abstrak atau ringkasan gitu. Susah kali memadatkan tulisan yang aslinya panjang banget cuman menjadi beberapa kalimat doang.

Yah, tapi apa mau dikata, itu memang harus dijalani, jadi gue bikin sebisa gue ajalah ntar. Teuteup... ngerjainnya ntar. Karena sekarang gue pengan tungtangtingting di dunia maya dulu. Boleh lah buat refreshing.

Beberapa temen gue udah selesai sidang, dan bahkan beberapa malah sudah selesai bikin revisi tesis mereka. Senangnya... sudah bebas dari penderitaan.

Sementara gue, burung hantu nan baik hati ini masih terbelenggu oleh makhluk jelek bernama tesis. Tapi bener-bener, emang beda ya bikin tesis sama bikin skripsi (ya pasti beda lah, namanya aja udah beda, hehehe...) Tapi serius, emang beda banget. Capeknya bener-bener seamit-amit jabang bayi.

Dulu waktu bikin skripsi, rasanya udah nggak ada yang lebih capek dari pada itu, tapi begitu ngerasain bikin tesis, rasanya jauh lebih capek dan menyita waktu daripada bikin skripsi.

Sebegitu parahnya, sampe-sampe temen gue ada yang sampe nangis setelah selesai sidang, gara-gara saking lega dan capeknya dia. Bayangin, seorang ibu yang udah punya anak 3 bisa nangis cuman gara-gara tesis. Udah punya anak segitu pasti udah ngerasain capeknya melahirkan, tapi ternyata menurut dia capeknya bikin tesis sebanding sama melahirkan. (meskipun bikin tesis nggak pake rasa sakit seperti melahirkan sih)

Selain itu gue juga memperhatikan temen-temen gue yang baru aja selesai sidang pasti langsung cari kursi buat duduk, n begitu udah duduk cuman bisa diem aja dengan wajah bengong dan pasrah. Mungkin itu emang efek dari rasa lega, tapi efeknya bisa sampai sebegitunya ya?

Hhh... gue juga sepertinya bakal ngerasa seperti itu deh. Sekarang aja rasa capek udah mulai terasa. Rasanya seperti hampir menamatkan sebuah game, kita udah bosen sama gamenya tapi nggak bisa berhenti karena kita pengen tahu ending dari game itu.

Yah, gue sih cuman berdoa supaya semuanya lancar-lancar aja. Untung aja selama ini gue rajin jaga-jaga kesehatan supaya kuat sampe akhir, nggak kebayang kalo seperti temen-temen gue yang udah pada mulai berguguran satu demi satu diterpa prahara yang bernama tesis.

Tapi tetep, pesen gue buat semua temen-temen gue yang bukan anak notariat, Kalo nggak kepengen nyawa kalian berkurang jangan pernah masuk notariat. Buat kuliah di sini, udah nggak cukup jual jiwa sama iblis. Pokoknya jiwa raga dan seluruh hidup semua bakal ngejublek cuman buat notariat.

Begitu pula kalo kalian nggak kepengen anak keturunan kalian menderita lahir batin, jangan dipaksa masuk notariat. Orang yang kepengen sekolah notaris harus ikhlas dunia akhirat untuk menderita, jadi kalo dipaksa-paksa pasti nggak bisa lancar lah.

Duh... kesannya begitu banget ya? Tapi memang begitu, jadi mau bilang apa lagi? Hahaha...

Wednesday, July 23, 2008

Another Day Is Dawning

I think the title is just something that states the fact that I'm writing this entry in the middle of the night again, hahaha...

Can't help it. I'm still waiting for the day to come. And since waiting is such a drag, sleeping doesn't help at all. In fact trying to fall asleep is just making me feel more depressed. So I guess I'll just read some more books till I'm really sleepy.

Hhh... books... my one and only companion to get through the endless nights.

I'm alone and praying that I won't be lonely.

By the way, tomorrow I don't think I'll be able to go on-line, so I guess I'll see you the day after that.

Tuesday, July 22, 2008

Rutin? Eugh...

Tadi siang (berarti kemaren siang ya? Hehehe... Maklum, gue nulis ini jam 2 pagi n gue belum tidur, jadi masih terasa seperti hari ini) gue cukur rambut setelah hampir 3 bulan nggak cukur.

Sebenernya sih gue nggak ada masalah sama cukur rambut. Yang bikin gue tidak cukur rambut dengan rutin hanyalah karena males aja. Hahaha...

Gue males juga bukan karena gue nggak suka mengurus diri sendiri (silahkan baca entry Learn To Be Lonely 2), tapi karena gue paling nggak suka sama segala sesuatu yang bersifat rutin. Apapun itu, tapi kalo udah yang namanya rutin, pasti gue males ngerjainnya.

Padahal cukur rambut aja kan cuman sebulan sekali yang berarti cuman 12 kali dalam setahun, tapi yang gue udah males duluan dengan mengetahui kalo itu adalah kegiatan 'sebulan sekali'. Ugh... baru dengernya aja udah males duluan gue.

Akhirnya ya gitu deh, gue ngelakuin segalanya tanpa pola. Seperti cukur rambut, bisa aja gue kerjain sekarang, ntar gue cukur lagi 2 bulan kemudian, dan selanjutnya adalah 1,5 bulan kemudian. Pokoknya harus dilakukan dengan tanpa pola.

Mandi juga gitu, gue harus mandi dengan jam yang berbeda-beda setiap harinya. Kalo sampe gue harus mandi dengan jam yang sama setiap harinya, yang ada frekwensi mandi-nya yang gue rubah-rubah. Bisa 2 hari sekali gitu, huahahaha... (jorok mode - on)

Dan ketidaksukaan gue terhadap hal-hal yang rutin itupun juga bukan hanya berlaku untuk hal-hal yang penting (yang mana biasanya hal yang penting itu adalah hal-hal yang terasa merepotkan), tapi juga berlaku untuk hal-hal yang gue suka, contohnya ya surfing internet.

Gue paling suka baca-baca wikipedia, sejak gue tahu tentang wikipedia gue pasti main-main ke situ setiap kali on-line. Tapi untuk menghindari supaya gue nggak males dengan wikipedia, gue harus cari cara supaya jalan-jalan ke wikipedia menjadi sesuatu yang nggak rutin. Bisa dengan jalan-jalan ke website lain dulu, trus ntar belakangan baru ke wikipedia, atau sebaliknya ke wikipedia dulu baru jalan-jalan ke tempat lainnya.

Atau contoh lainnya adalah menulis blog. Untuk menghindari supaya gue nggak males nulis blog, gue sampe buka 3 account blog supaya gue nggak bosen. Kemarena aja tuh gue bisa tahan-tahan sekuat-kuatnya nahan bosen dengan hanya bertahan nulis di blogger sampe sebulan lebih. Tapi itu karena terpaksa sih, secara telkomnet lemot banget kalo gue nulis di tempat lain.

Sebenernya sih bisa aja gue memaksa diri untuk melakukan sesuatu dengan rutin, dan gue bisa meng-commit-kan diri gue untuk sesuatu yang rutin itu, tapi efeknya pasti gue males, n akhirnya malah bikin semuanya berantakan dan tidak tertutup kemungkinan gue akan ilfil dengan apa yang gue lakukan itu.

Hhh... kenapa ya gue kok begini?

Oh well... jalanin aja lah ya? Namanya juga karakter gue emang begini, jadi lebih baik tidak disesali. Hahaha...

Monday, July 21, 2008

The Reason To Die

Kalo si Landak lebih berkonsentrasi pada apa yang dia inginkan untuk dilakukan oleh orang -orang yang ia tinggalkan, dan Ibu Gajah lebih konsen pada proses pemakamannya, gue lebih tertarik pada alasan kematian.

Huahahaha... kesannya kita bertiga obsessed banget sama kematian ya?

Nggak kok, kita nggak semaniak itu. Ini cuman pemikiran-pemikiran yang memang sudah selayaknya sesekali terlintas di kepala seorang manusia yang suatu saat sudah pasti akan mati.

Menurut gue, gue udah nggak bisa mengontrol apapun yang terjadi setelah gue mati. Mau temen-temen gue nangis-nangis kek, mau mayat gue dikubur atau dibakar, gue udah nggak bisa ngapa-ngapain lagi, jadi gue berusaha untuk nggak terlalu mikirin apa yang gue inginkan setelah gue mati.

Oleh karena itu, gue lebih penasaran dengan alasan kematian gue nanti.

Gue bukan membicarakan tentang 'alasan' dalam arti medis ya. Jadi gue bukan ngomongin ntar gue mati karena sakit apa, atau karena kecelakaan, atau yang seperti itu.

Yang gue bicarakan adalah 'the reason to die'.

Kalo ternyata ntar gue menjalani kehidupan yang tenang, kehidupan mana akan berakhir karena usia tua atau penyakit, paling nggak gue tahu bahwa selama ini gue hidup dengan sangat memuaskan karena gue bisa menjaga hidup yang dianugerahkan Dia kepada gue sampai tiba waktunya gue mati secara alami.

Tapi dalam hidup, kita nggak bisa selalu tenang kan? Pasti ada aja turbulensi hidup yang terjadi. Namanya juga hidup gitu loh, hahaha...

Kira-kira bisa nggak ya gue menyerahkan kehidupan dan kematian gue pada suatu cita-cita atau tujuan atau bahkan untuk seseorang?

Hhh...

Tentara punya advantage dalam hal ini. Mereka menyerahkan jiwa raga dan seluruh hidup untuk tugas, bangsa, dan negara (ya ampun, nasionalis banget ya?)

Tapi orang-orang sipil seperti kita bagaimana? Dalam hal ini kita nggak punya kemewahan seperti yang dimiliki oleh tentara. Kita harus pontang panting mencari alasan untuk hidup dan untuk mati.

Terkadang gue mikir bahwa kita bukannya takut kepada kematian itu sendiri. Tetapi kita takut bahwa kematian kita akan sia-sia, atau kematian kita terjadi hanya untuk sesuatu yang tidak penting.

Kebayang nggak sih kematian-kematian yang jadi headline korang-koran kriminal seperti Lampu Merah atau Pos Kota gitu? "Seorang pria mati karena rebutan celana dalam wanita yang hendak dicurinya dengan pencuri celana dalam lainnya"

Wew... nggak banget deh mati dengan sebab seperti itu.

Kasian banget anak keturunannya orang itu.

Tetangga: "Tong, bokap lo matinya karena apa?"
Otong: "Gara-gara rebutan celana dalem cewek yang mau dia curi."

Kayanya tuh tetangga bakal langsung merasa terharu sekaligus jijik.

Kadang gue bertanya-tanya sendiri, apakah gue akan pernah menemukan sesuatu yang begitu berharganya sehingga gue akan mau menukarnya dengan kehidupan gue sendiri.

Sampai saat ini sih gue belum menemukan itu. Mungkin ntar kalo gue jadi notaris, gue harus mempertaruhkan hidup untuk melindungi protokol milik gue, tapi itu kan kewajiban gue sebagai notaris, bukan keinginan gue sebagai manusia.

Apakah gue akan bisa menemukan (lagi) seseorang yang sebegitu berharganya buat gue, sehingga gue bersedia, tanpa harus berpikir panjang, untuk menyerahkan hidup gue untuk orang itu.

Yah, gue tipikal orang aquarius sejati kok. Jadi gue nggak ngoyo tentang hal itu. Seperti gue bilang di awal, kalo ntar akhirnya gue mati secara alamiah, itu adalah sesuatu yang menyenangkan. Tapi memang akan lebih menyenangkan kalau gue mati dengan kesadaran bahwa gue mati untuk sesuatu yang berharga untuk gue.

Hhh... sepertinya gue udah kebanyakan baca Full Metal Alchemist deh. Makanya pikiran gue jadi seperti ini. Hahaha...

Tapi ceritanya bagus sih, jadi mau gimana lagi dong? Hiks...

Ngelanjutin baca lagi ah. Hehehe...

The Wonderful World Of...

Uhuhuhuhuhuhuhuhuhuhuhu...

Ihihihihihihihihihihihihihihihihihihih...

Ehehehehehehehehehehehehehehehehe...

Ohohohohohohohohohohohohohohohohohohohohohohoho...

Ahahahahahahahahahahahahahahahahahahahahahahahahahahaha....

GWAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHA...

AKHIRNYA!!!

Sori... Gue bener-bener nggak bisa berhenti ketawa.

Akhirnya gue menemukan satu website yang menyediakan sebejibun manga scan yang bisa gue baca. Bahagianya hati ini.

Sekarang gue bisa menggabungkan 2 habi tercinta gue manjadi satu, yaitu membaca komik dan surfing internet.

Huahahahaha...

Okay, sekarang gue lagi ngebaca ulang Full Metal Alchemist. Gue udah pernah baca sebelumnya, tapi waktu itu gue cuman nyewa doang dan itupun udah bertahun-tahun yang lalu, jadi gue udah rada lupa gimana ceritanya.

Ntar deh kalo sempet gue bikin review-nya. Sayang temen2 gue nggak banyak yang demen baca komik, apalagi komik yang ngayal2 action gitu, jadi gue kekurangan temen buat diajakin ngomongin komik. Hiks...

Kalaupun ada, mereka nggak gitu rajin on-line, jadi nggak bisa diajak diskusi lewat internet. Sedih lagi deh gue... hiks...

Oh well, you just can't get all in one package right? Yang penting sekarang gue mai gila-gilaan baca komik dulu ah. Hehehe...

Btw... kayanya... gue... melupakan sesuatu deh...

Apa ya?

Sepertinya sesuatu yang penting tapi apa ya?

Hmm... (mikir)

Hmmmmm...

Hmmmmmmmmm...

*ding*

Oh iya! Gue mau sidang!

HAH!!!!!

IYA YA!!!!???

GUE MAU SIDANG TESIS!!!!

OH NO!!!!!

GIMANA NIH!!!!???

HUWEEEE!!!! Gue pengen baca komik tapi bentar lagi gue sidang!!!

KYAAAAAA!!!!!

Oh well... baca komik dulu ah... hehehe...

Btw, kalo ada yang mau ikut baca-baca, websitenya di http://manga.gamestotal.com.

Enjoy!!!

Sunday, July 20, 2008

Kok Cuma Begini Ya Rasanya?

Phew... udah lama gue nunggu kabar tentang kapan gue akan sidang. Proses selama menunggu itu... sangat menyebalkan. Kalo nggak percaya, baca aja postingan-postingan lama gue. Mayoritas isinya adalah tentang ratapan seekor burung hantu yang sedang dalam penantian.

Akhirnya hari-hari penantian itu telah berakhir. Gue udah tahu kapan gue akan sidang. Hahaha...

Kapan gue sidang? Sorry to say, itu masih rahasia. hehehe...

Yang gue heran adalah, pada saat gue akhirnya menerima kabar tentang kapan gue sidang, kok rasanya cuman begini doang ya?

Kemaren2 waktu gue masih dalam penantian, gue pikir rasanya pasti seneng banget kalo udah tahu kapan gue bisa sidang. Tapi ternyata begitu udah ketahuan, ternyata rasanya cuman begini.

Rasanya bener-bener hambar. Beda banget dengan rasanya waktu gue dikasi tahu sama pembimbing bahwa tesis gue udah selesai dan boleh daftar sidang, waktu itu rasanya happy banget.

Tapi ini kok hambar ya?

Waktu gue dapet telpon dari kampus yang ngasih tahu bahwa gue udah dapet jadwal sidang, gue cuman bilang "terima kasih Pak." dengan nada lempeng aja.

Habis itu udah, gue tutup telponnya dan gue ngelanjutin nonton TV.

Nggak seni banget ya? Hehehe...

Emang sih, rasa serem karena harus sidang udah langsung terasa. Tapi ya udah, cuman gitu doang. Nggak ada rasa yang WAH banget.

Kebayang gak sih kalo gue tetep begini, terus tahun depan presiden Indonesia yang baru terpilih tiba-tiba menelepon gue dan bilang:

Presiden: "Dito, kamu saya angkat jadi Menteri Pangan (emang ada mentri begitu? hihihi)"
Gue: "Terima kasih Pak/Bu."
Presiden: "..."
Gue: "..."
Presiden: "Sudah? Tanggapan kamu begitu saja?"
Gue: "Iye Pak/Bu? Emangnya kenapa?"
Presiden: "(Dalam hati) dasar burung hantu kebanyakan makan..."

What's wrong with me? Am I bored with life? Kayanya jangan sampe deh.

Hhh... kenapa ya gue?

Yah... sudah lah...

Doakan supaya gue bisa menghadapi sidang dengan lebih semangat dan sukses, okay.

Saturday, July 19, 2008

The Time When I Was Speechless...

Kemaren malem gue pergi ke FX untuk menghadiri undangan dari si Ibu Gajah yang telah mengundang kami, teman-temannya selama di PaDus UnTar, untuk mengadakan acara kumpul-kumpul rutin.

Well, gue bilang rutin karena emang si Ibu Gajah menginginkan agara acara kumpul-kumpul ini diadakan rutin sebulan sekali, tapi kita hidup di dunia yang tidak sempurna , jadi acara kumpul-kumpul kita itu sering kali terlewati beberapa bulan baru bisa terjadi lagi. Itupun yang hadir seringnya nggak lengkap. Well, mau gimana? Namanya juga udah pada sibuk semua, Ibu Paus jadi Dokter, Laler kerja kantoran, Cucut ribet sama bengkel, Sapi ribet sama freelance-nya dia, Landak ribet dengan kehidupan sosialnya (haduh, kalo acara harian dia ditulis di agenda, kayanya tuh agenda bisa langsung full dalam waktu seminggu), Tai ribet sama kerjaan dia di hotel, Anjing Langit ada di Bali, Nyamuk ribet sama keponakan-keponakannya, dan gue sibuk... gue sibuk apa ya? Sibuk jadi Burung Hantu? Hehehe...

Yah meskipun ternyata tidak rutin, yang hadir tidak lengkap, tapi paling nggak kan acaranya tetap berjalan. The show must go on!

Gue nggak akan membahas tentang acaranya. Gue yakin si Ibu Gajah mungkin lebih baik dalam menjelaskan acara itu karena dia bawa kamera, jadi postingan dia tentang acara kemarin pasti bisa lebih lengkap dengan foto-fotonya.

Jadi gue serahkan tanggung jawab menceritakan acara kemarin kepada sang Ibu Gajah, the baroness of narcism and incessant photography. Kenapa dia cuman gue kasih gelar baroness? Karena diantara teman-teman lainnya, dia bukan yang paling parah narsis-nya dan doyan fotografi-nya, jadi nggak adil kalo dia dinobatkan jadi queen. Hehehe...

Yang kepengen gue bahas adalah kejadian setelah acara kumpul-kumpul itu selesai.

Setelah selesai makan-makan, ngobrol-ngobrol, n merayakan ulang tahun Cucut (lengkap dengan lilin yang tidak bisa mati), akhirnya acara kumpul-kumpul yang cuman berlangsung 2 jam kurang itupun berakhir.

Gue udah harus pulang, sementara Sapi dan Laler berkeras ingin nyoba main plorotan (apa sih bahasa Indonesia yang baik untuk istilah 'plorotan'?) yang ada FX yang tingginya dua puluh sekian meter yang dimulai dari lantai 7 dan berkahir di lantai 1.

Well, kita berpisah di lift, karena gue mau langsung ke loby sementara mereka semua mau ke bawah lagi untuk mengurus penukaran bon makan tadi menjadi tiket main plorotan itu tadi.

Jadilah gue sendirian di loby menunggu supir gue. Hiks... dunia serasa sunyi dan sepi dalam kesendirian (halah...).

Sebenernya gue nggak sendirian sih. Ada juga orang-orang lainnya yang juga nunggu mobil. Tapi gue kan nggak kenal, jadilah gue cuman diem aja nunggu mobil gue sambil menikmati angin malam (sayangnya angin malam Jakarta, jadi aromanya aroma knalpot, hegh... )

Pas lagi enak-enak bengong gitu, tiba-tiba di sudut mata gue, gue menangkap gerakan-gerakan aneh dari sepasang manusia yang agak tidak umum ditemui di sebuah loby mall.

Pasangan cowok cewek itu terdiri dari ras yang berbeda (tanpa ada maksud untuk main ras ya), yang cowok orang bule, sedangkan yang cewek orang pribumi.

Yang menarik perhatian gue adalah, mereka berdua sedang berpelukan, seolah-olah mereka sedang sedih karena akan berpisah. Pokoknya nuansa yang ada di mereka adalah nuansa airport. Tau kan nuansa airport? Nuansa yang penuh dengan perpisahan, jadi lo mau peluk-pelukan kek, mau cium-ciuman kek, hal itu udah biasa di airport.

Lha ini nuansa itu kok malah ada di loby mall?

Jangan bilang mereka sedih karena sudah waktunya pulang, jadi mereka seding karena harus berpisah dengan mall itu dan tidak bisa nongkrong n belanja lagi... sampe keesokan harinya. Kalo bener gitu sih, berarti mereka berdua emang maniak mall.

Tapi trus di kepala gue muncul teori lain. Mungkin yang cowok udah harus pulang ke negaranya lagi, jadi mereka harus berpisah makanya mereka sedih dan berpelukan.

Omong-omong, jangan bayangin mereka berpelukan cuman sebentar ya. Kalo cuman bentar, ngapain juga gue perhatiin? Mereka pelukan lama banget men, makanya gue sampe bingung sendiri.

Mereka terus berpelukan sementara gue udah mulai ngerasa nggak nyaman, karena ini kan tempat umum, dan gue bener-bener nggak menyarankan siapapun untuk berpelukan selama itu di depan umum, apalagi di loby mall.

Gimana kalo Ibu Gajah ngeliat? Yang ada langsung dibikin novel tuh. Apalagi kalo si Sapi yang ngeliat, dia bisa langsung berubah jadi fotografer keliling yang motret-motretin pasangan itu. Hahaha...

Tapi pikiran gue belum sempat selesai meregistrasikan pandangan peluk-pelukan itu, tiba-tiba gue mendengar suara-suara yang agak-agak aneh untuk terdengar di setting loby mall seperti itu.

Suara-suara apakah itu?

Suara mendesah-desah...

Hihihi...

Gue langsung nengok. Kalo tadi gue nengok ke kiri gara-gara pasangan berpelukan itu (yang mana masih aja mereka berpelukan), sekarang gue nengok ke kanan untuk menemukan pasangan yang sepertinya sedang... aduh... gimana ya ngomongnya...

Kalo kata ini gue tulis, bisa-bisa gue disensor lagi... tapi udah lah cuek aja.

Pasangan di sebelah kanan gue itu sedang horny...

Udah? Puas? Lanjut...

Kenapa gue bisa bilang begitu?

Karena pasangan cowok cewek yang kedua itu sambil nunggu mobil, mereka berangkulan, berpelukan, saling menggerayangi, dan tindakan-tindakan lainnya yang benar-benar menunjukkan kalo mereka berdua udah nggak sabar untuk cepetan balik ke kamar tidur mereka n melakukan... yah... melakukan 'itu' lah...

Bahkan yang cewek udah sempat mencium-ciumi leher yang cowok, sampe si cowok itu merem melek sendiri n mendesah-desah gak jelas.

Pokoknya detik itu gue bener-bener nggak tahu harus bereaksi gimana. Mau ngeliatin, nggak sopan. Mau nggak ngeliatin, tapi keliatan. Gimana dong?

Yah gue cuman pasrah aja lah. Diam dan menunggu mobil gue (yang nggak dateng-dateng grrr... )

Nah, sambil menunggu dengan perasaan serba salah itu, gue baru menyadari sesuatu hal lain yang aneh juga.

Dari semua orang yang ada loby tersebut pada saat itu, cuman gue yang kelihatannya nggak nyaman dengan dua pasangan itu (terutaman pasangan yang kedua sih...).

Orang-orang lain di loby itu semuanya bersikap biasa aja men! Yang sendirian juga ya cuman diem aja, nggak celingak-celinguk kaya gue. Yang punya temen juga ngobrol biasa aja sama temennya.

Gue sampe bingung sendiri.

Ini gue yang kelewat kuno, atau orang-orang lain yang emang udah pada bejad jadinya ada adegan-adegan seperti itu mereka semua cuman biasa aja.

Gue menganggap diri gue sebagai seseorang yang liberal (atau paling nggak gue berusaha untuk begitu), tapi ternyata gue masih cukup konservatif untuk bingung sendiri ketika ada orang-orang yang melakukan hal-hal yang tidak biasa dilakukan di tempat umum.

Well, gue nggak akan melanggar hak mereka. Menurut prinsip gue, mereka berhak untuk melakukan apapun yang ingin mereka lakukan, dimanapun mereka ingin melakukannya, selama nggak mengganggu privasi gue sendiri.

Jadilah gue cuman bisa menahan supaya muka gue nggak merah menyala karena suara desahan-desahan tuh cowok cewek masih terdengar meskipun gue berusaha untuk mencueki mereka. Hhh...

Untungnya mobil gue akhirnya dateng, n gue langsung buru-buru masuk untuk ngacir dari tempat itu.

Ampun deh, ini Indonesia yang seharusnya masih kolot, tapi ternyata udah ada tempat dimana orang bisa seenaknya gitu. Gimana di negara yang udah bebas banget seperti Belanda ya? Well, waktu gue jalan-jalan ke Belanda emang gue nemuin sih sex shop gitu, n waktu itu gue juga nggak sengaja ikut naik ferry yang ternyata ada pertunjukan kabaret topless-nya. Tapi seinget gue, gue nggak nemuin orang saling ber... ber... ber... argh! Ber 'itu' di depan umum lah pokoknya.

Sampe sekarang gue cuman bisa menghela napas tiap inget-inget kejadian kemaren. Hhh... gue nggak berani ngebayangin gimana jadinya 20 tahun lagi ya?Jangan-jangan udah lebih bebas lagi. Oh no...

Thursday, July 17, 2008

Teman di Perantauan

Duh, judulnya gitu banget ya? Hehehe...

Tapi emang begitulah yang pengen gue bahas kali ini.

Salah satu temen gue yang gue, si Anjing Langit, sedang dalam perantauan, tepatnya pulau dewara Bali. Hahaha...

Baru juga beberapa bulan di sana, dia sudah dapet banyak banget petualangan. Mulai dari dia pertama dateng di sana, bener-bener sendirian, cuman berpegangan pada instruksi yang diberikan oleh kantornya. Trus memulai kehidupan sebagai asisten ekspatriat.

Ternyata itu tidak tahan lama karena boss-nya punya personality yang aneh. Menurut ceritanya, boss-nya itu hanya ahli berteori tapi tidak ahli dalam hal mengimplementasikan strategi-strategi manajemen.

Selain itu, si Anjing Langit yang selama berkerja di kantor itu tinggal di rumah si boss, juga dikekang, hampir sama sekali nggak boleh pergi-pergi, dan juga ada ketentuan tentang jam malam yang terlalu ketat.

Yang membuat lebih parah lagi, si boss itu suka mencla-mencle. Kadang ngomong begini, trus gak berapa lama omongannya berubah begitu saja. Apalagi sebagai ekspatriat, dia nggak menghargai kebudayaan setempat, yang mana kalau di Bali kan yang namanya adat dan kebudayaan mewarnai setiap kegiatan sehari-hari.

Dan yang paling parah adalah, si boss suka menindas dan ngerjain bawahannya. Sukur kalau cuman kepada bawahan, kesukaannya ngerjain dan menindas orang itu juga dia lakukan kepada orang lain yang bukan bawahannya,seperti para kurir dari kantor lain, jadi membuat malu para bawahan.

Dengan berbagai faktor itulah, akhirnya si Anjing Langit memutuskan untuk resign dari kantor itu, padahal dia belum genap berkerja selama 1 bulan di kantor itu.

Untungnya, begitu dia berniat untuk mengundurkan diri, dia kebetulan mendapat tawaran mengajar di sekolah internasional yang ada di Bali. Kebetulan si Anjing Langit emang ahli bahasa Mandarin, jadi dia bisa diterima dengan mudah di sekolah itu sebagai pengajar.

Selain permasalahan profesional, Anjing Langit juga mendapat masalah personal.

Begini ceritanya.

Beberapa bulan sebelum Anjing Langit pergi ke Bali untuk berkerja dia pernah ke sana untuk berlibur. Dan saat liburan itulah dia bertemu dengan T yang saat itu berperan sebagai gaet si Anjing Langit dan rombongan selama di Bali.

Bahkan setelah Anjing Langit balik ke Jakarta, si T masing sering menghubungi Anjing Langit melalui SMS, dan merekapun jadi dekat satu sama lain.

Kita, teme-temen si Anjing Langit, mulai menebak-nebak bahwa si T ada feeling ke Anjing Langit.

Sebegitu dekatnya si Anjing Langit dengan si T, dia berangkat ke Bali dengan, sedikit banyak, berharap bahwa T akan membantu dia beradaptasi di Bali.

Ternyata, nasib berkata lain.

Si T itu ternyata bener-bener memenuhi kata pepatah "jauh bau bunga, dekat bau tai", karena selama Anjing Langit di Bali, si T itu justru menjaga jarak dan bahkan menjauh dari Anjing Langit. Sama sekali tidak menyisakan kedekatan yang pernah ada di antara mereka saat hubungan mereka masih terbatas pada SMS.

Yang lucu, saat Anjing Langit masih di Jakarta, si T nggak pernah cerita kalau dia punya cewek ke Anjing Langit, tapi begitu si Anjing Langit pindah ke Bali, dia tiba-tiba cerita kalau dia sudah lama punya cewek.

Hahaha... untungnya Anjing Langit bukan jenis cewek yang mudah kepincut kepada seorang cowok hanya karena dibaik-baikin cowok itu. Jadinya malah lucu, karena Anjing Langit jadi bertanya-tanya sendiri, apa maksudnya pemberitahuan yang sangat mendadak itu? Apakah si T selama ini menganggap Anjing Langit sebagai selingkuhan?Apakah si T takut kalo tiba-tiba Anjing Langit menodong si T untuk jadian dan berkomitmen kepada Anjing Langit? Gitu?

Mana mungkin Anjing Langit bisa begitu? Manalah si Anjing Langit mau digituin?

Tapi bukan Anjing Langit namanya kalau down cuma karena masalah begitu.

Dengan mudah ia mendapatkan teman-teman baru di sekolah tempat dia mengajar, yang mana teman-teman barunya itu jauh lebih baik dan bahkan mau membantu Anjing Langit yang notabene adalah pendatang baru di lingkungan itu.

Well, sekali lagi kata pepatah muncul, "Patah tumbuh, hilang berganti".

Memang sih, Bali bukan tempat yang amat sangat jauh sekali, tapi yang perlu dipertimbankan adalah bahwa si Anjing Langit adalah seorang perempuan single yang belum pernah hidup di suatu tempat dimana dia tidak punya saudara yang dia kenal. Jadi petualangan dia di bali itu cukup berharga untuk dia.

Dan juga, petualangan dan pengalaman si Anjing Langit juga berharga buat kita, para teman-temannya. Karena kita semua memang berada di usia yang tidak se-naif waktu kita masih berusia belasan, tapi pada saat yang sama, masih banyak hal-hal di dunia ini yang belum kita ketahui.

Yah semoga aja apa yang terjadi terhadap si Anjing Langit tidak terjadi kepada teman-temannya, dan kami para teman-temannya bisa belajar dari pengalaman si Anjing Langit.

Btw, pasti ada yang bertanya-tanya kenapa gue tiba-tiba ngomongin si Anjing Langit. Hahahaha... sebabnya si gampang aja. Gue baru aja selesai ditelpon sama si Anjing Langit yang menceritakan petualangan dia di sana.

Yah, kita tunggu saja bagaimana kelanjutan petualangan si Anjing Langit.

PS: Si Anjing Langit punyat gelar lain di antara kita, teman-temannya, yaitu si Napas Naga Sakti Pelebur Sukma. Hahaha... bukannya napas dia bau atau apa, cuman aja segala apa yang dia katakan pasti terjadi (yang mana biasanya buruk-buruk) padahal dia nggak pernah bermaksud begitu. Mwahaha... horror banget ya?

Wednesday, July 16, 2008

Bad Mood

Okay... I have a litle confession to make. I'm not in a very good mood these days. Sebabnya cuman satu, yang mana gue yakin semua orang yang udah baca blog gue pasti udah bisa nebak apa sebabnya.

Cukup sederhana kok, KULIAH!!!

Gue udah nggak tahu lagi apa yang bisa gue keluhkan di blog ini tentang betapa pegelnya gue disuruh menunggu tanpa tahu kapan penantian ini akan berakhir.

Kalo lagi bad mood gini, rasanya gue bisa gigit kepala orang sampe putus. Gue yang biasanya bisa ngomong banyak hal, tiba-tiba rasanya nggak ada mood buat ngobrol sama sekali. Segala sapaan n panggilan cuman gue jawab secukupnya. Pokoknya bener-bener feeling yang nggak bener.

Duh... Kapan sih penderitaan ini akan berakhir?

Tapi gue harus mengakui, inilah wujud asli dari sifat gue sebelum gue berubah jadi burung hantu yang mungkin sekarang lebih umum dikenal sama temen-temen gue. Hahaha...

Gue jadi inget lagi betapa juteknya gue dulu waktu SD. Tapi gue berusaha berubah dan membentuk sifat gue yang sekarang ada. Tapi kadang kalo lagi bad mood begini, sifat gue yang dulu itu bisa meng-override sifat gue yang sekarang.

Kesannya gue punya multiple personalities ya? Serem banget.

Tapi anehnya, banyak temen gue yang juga sedang dalam mood yang sama dengan gue, padahal mereka dalam keadaan yang berbeda-beda. Si Landak, Ibu Gajah, Cucut, Nenek Bebek, paling nggak itu beberapa dari temen-temen gue yang ngaku ke gue kalo mereka juga lagi males bersosialisasi.

Sedang ada apakah di dunia? Apakah ada virus yang menyebabkan orang males bersosialisasi sedang berjangkit di Jakarta?

Tapi, meskipun begitu, gue yakin sumber ke-jutek-an gue cuman satu. Yaitu nunggu pemberitahuan kapan gue sidang. AAAAAAARRRRGGGGHHHHHH!!!!!

Oh Tuhan...

My Tombstone



Beberapa hari yang lalu, si Landak bikin postingan di blog-nya tentang apa saja yang ia inginkan untuk dilakukan oleh teman-temannya kalo kira-kira dia meninggal duluan.

Tapi terus nggak sengaja nemu website yang memungkinkan kita untuk membuat dan sehingga bisa membayangkan bagaimana kira-kira wujud nisan kita nantinya. Punya gue ya seperti yang di atas itu. Hahaha...

Meskipun di agama Indonesia nggak ada kebiasaan buat bikin epitaph (tulisan-tulisan kata mutiara di nisan, biasanya dibuat oleh orang yang meninggal sebelum dia meninggal), tapi gue rasa mungkin gue mau bikin ah.

Mungkin kalo bisa, ntar gue tulisnya "aku ada di belakangmu, hihihihihi..." jadi tiap ada orang ziarah ke makam gue, mereka jadi horror sendiri. Huahaha...

Oh iya, kalo ada yang pengen iseng-iseng seperti gue, silahkan aja main-main ke Tombstone Generator. Lucu juga lho.

Tuesday, July 15, 2008

Tambah Lagi

Hohohoho... (bayangkan gue tertawa sambil memegang kipas lipat di depan mulut gue)

Well, gue tau pasti ada beberapa orang orang yang baca blog ini dan langsung pengen nelpon gue sambil teriak "TUH KAN DITO!!! GUE BILANG JUGA APA, HAH? AKHIRNYA BLOG LO PINDAH LAGI KAN? HUAHAHAHA..."

Yah, itu emang bener. Gue akhirnya bikin blog juga di multiply.com. Tapi kali ini bukan pindah, melainkan nambah. Hihihihi... (jadi pengikut Ibu Gajah deh gue, punya blog aktif dimana-mana).

Dengan kata lain, dengan resmi gue menyatakan kalau blog gue yang ada di Wordpress, Blogger, dan Multiply adalah blog aktif gue, dan akan gue link satu sama lain.

Mengapa gue tambah juga blog Multiply?

Sebabnya ada tiga:

  1. Gue emang udah punya account di multiply, jadi setiap kali gue main-main ke account mutiply gue, kesannya tuh accoun seolah-olah memanggil-manggil gue untuk menulis di dalamnya. Dasar... emang gue maniak nulis, jadinya nggak tahan juga.
  2. Gue lagi iseng-iseng liat ada cara untuk meng-import posting-an gue dari blogger supaya secara otomatis bisa di-copy ke blog yang ada di multiply. Begitu nyoba, ternyata bisa dan SEMUA postingan du di blogger pindah semua ke multiply.
  3. Pas gue iseng-iseng menulis blog di multiply, ternyata ada pilihan supaya postingan yang gue tulis di multiply juga bisa secara otomatis diposting ke blog gue yang ada di blogger.
Dengan ketiga faktor itulah akhirnya gue menyatakan bahwa blog gue nambah lagi. Hihihihi...

Tentang blog gue yang ada di wordpress juga bakal gue pertahankan untuk hidup. Hehehe... Kan cuman tinggal copy paste doang tiap gue posting, bisa lah. Hehehe...

Nah, sekarang update tentang kegiatan gue menunggu kabar tentang sidang.

GUE MASIH DIANGGURIN!!!

HHHHHHHH.... HHHHH.... HHHH... HHH... hhh... hh... h... sabar... sabar... sabar...

Tapi kalo sampe hari kamis belum ada kabarnya... kelewatan bener deh nih kampus satu. Isinya sih emang orang-orang pinter, tapi demennya ngerjain mulu. Menyebalkan.

Doakan supaya gue bisa sabar!!!

Semangat menyabarkan diri!!!

Itsumade

Buat yang nggak ngerti bahasa Jepang (yang mana gue juga nggak ngerti), arti dari judul postingan ini adalah "SAMPAI KAPAN?"

SAMPE KAPAN GUE DISURUH NUNGGU!!!!!!!

GUE UDAH DAFTAR SIDANG DARI SELASA KEMAREN TAPI SAMPE SEKARANG BELOM ADA KABAR TENTANG KAPAN GUE BISA SIDANG!!!!

Reaksi gue ini bukan reaksi yang berlebihan. Kenapa gue bilang begitu? Karena temen gue yang daftar sidang hari rabu udah langsung dapet kabar tentang kapan dia sidang di hari Jum'at-nya.

DASAR LAKNAT SEMUA!!!!!

Hhhhhhh.... hhhhh.... hhhh... hhh... sabar... sabar... sabar... sabar...

Kesannya semua orang kampus pada bersekongkol kepengen bikin gue menunggu dengan suksesnya. Dari mulai proposal, bikin tesisnya, sampe sekarang buat sidang aja gue disuruh nunggu.

Kalo gue nunggu tanggal yang sudah ditetapkan sih nggak apa-apa deh. Paling cuman bosen aja. Lha ini kan nggak ada ketetapan tentang kapan kira-kira pemberitahuan hari sidang akan dikasi tahu ke gue. Gimana gue nggak stress!!!

Paling males kaya begini. Nunggu sesuatu yang nggak jelas bikin gue serasa hidup dengan menahan napas.

Omong-omong tentang judul posting ini, gue dapet dari komik "Nube - Guru Ahli Roh". Gue lupa di jilid berapa, tapi ada salh satu cerita dimana si nube harus menolong muridnya dari segerombol burung jadi-jadian yang buruk rupa. Burung-burung itu kalau bersuara maka suaranya akan berbunyi seperti "itsumade".

Ternyata burung-burung itu adalah roh hewan peliharaan anak itu. Anak itu punya banyak binatang peliharaan tapi dia nggak pintar merawatnya, jadi peliharaan dia pasti mati. Udah gitu sukur kalo begitu tuh hewan mati trus dikubur, yang ada begitu mati hewan itu cuman dilempar keluar jendela sama anak itu.

Makanya roh hewan-hewan peliharaan itu jadi gentayangan dan berubah wujud menjadi burung jadi-jadian yang selalu bertanya

"Itsumade? Itsumade? Itsumade?".

"Sampai kapan? Sampai kapan? Sampai kapan?"

"SAMPAI KAPAN JASAD KAMI AKAN DIBIARKAN BEGITU SAJA?"

Yah... kurang lebih seperti itulah ceritanya.

Nah, keadaan gue sekarang udah persis seperti binatang-binatang itu. Dianggurin gitu aja tanpa ada kejelasan sampe kapan gue akan dianggurin.

Masa gue harus mati dulu, trus jadi hantu yang bergentayangan di kantor dosen gue sambil berbisik "Itsumade... itsumade... itsumade..."

Amit-amit jabang bayi...

Tapi beneran deh, gue udah nggak sabar lagi. Gue harus nyumpah-nyumpahin sesuatu deh rasanya.

So here goes...

SEMUA ORANG YANG SENGAJA MEMBUAT GUE HARUS MENUNGGU TANPA ALASAN YANG BAIK, APALAGI KALAU ALASANNYA CUMAN KARENA MALES ATAU CUMAN PENGEN NGERJAIN GUE, GUE SUMPAHIN MEREKA TIDAK AKAN PERNAH MERASAKAN KEPUASAN KARENA MASIH DIBERI KESEMPATAN UNTUK MENYATAKAN PERPISAHAN DENGAN ORANG-ORANG TERKASIH MEREKA MASING-MASING. (i.e. kalo ada anggota keluarganya atau temannya yang hampir meninggal, maka orang yang kena kutukan ini pasti tidak sedang berada di sisi orang yang hampir meninggal itu).

MWAHAHAHAHAHAHAHAHAHA....!!!!! (petir menyambar-nyambar, badai bertiup, lautan bergelora, bumi terbelah, bintang-bintang berjatuhan, matahari tergulung --- lho? kiamat dong?)

Yah... begitulah kutukan dari saya. Hihhihi... Maklum habis baca-baca tentang kutukan dari film Poltergeist, jadinya ya begini deh.

Tapi bener-bener... kalo sampe gue telat dikabarin tentang sidang yang akhirnya bikin gue kebakaran jenggot... siap-siap aja deh tuh orang-orang kampus... jangan salahin gue kalo gunung anak krakatau pindah ke tengah-tengah Depok. Grrr...

Oh well... kembali ke kegiatan gue semula, yaitu menunggu.

Mari menunggu...

Wish List


Mungkin ada yang bingung kenapa gue menarug foto Brandenburg Gate di blog gue. Hahaha... Sebenarnya sih sebabnya cuman sesuatu yang sederhana aja, yaitu gue sudah mendapatkan satu point lagi untuk gue masukkan dalam wish list gue.

Apakah hal itu?

Eng ing eng!!!

Hal baru dalam wish list gue adalah sebagai berikut: (maklum, ada beberapa point)

  • Pergi ke Berlin
  • Berdiri di bawah Brandenburg Gate
  • Menyanyikan lagu kebangsaan Jerman di sana (kalo bisa, karena tuh lagu ada tiga set syairnya ya tiga-tiganya gue nyanyiin)
  • Setelah selesai langsung ngacir ke bandara sebelum ditangkep polisi, atau minimal kalo nggak bisa ke bandaranya ya gue ngacir aja ke perbatasan Jerman-Perancis trus minta suaka sama Perancis. Hehehe... Kalo sempet sekalian nyanyiin lagu kebangsaan Perancis di puncak menara Eiffel. Huahahaha...

Aneh ya wish list gue? Tapi bukannya wish list emang sudah seharusnya aneh kan? Hehehe...

Well, gue sebenernya udah punya wish list dari dulu, dan semua isinya aneh-aneh semua. Atau kalaupun tidak aneh, pasti yang rada susah memenuhinya.

Tapi jangan salah, meskipun aneh atau susah, tapi ternyata bisa terpenuhi lho salah satunya.

Yang gue bicarakan adalah salah satu hal dalam wish list gue yang kalo gue ngotot ingin memenuhinya dengan sembarangan sepertinya gue bisa dikejar-kejar sama Secret Service Amerika, atau minimal sama FBI lah. Mau gimana nggak dikejar-kejar kalo keinginan gue adalah melihat wujud asli dari Air Force 1.

Inget! Air Force One!

Maksud gue bukan cuman sekedar pesawatnya, tapi gue mau presiden Amerika juga pas lagi ada di pesawat itu. Kenapa dia juga harus ada di situ? Karena tuh pesawat tanpa ada presiden di dalamnya, dia cuman jadi pesawat biasa. Air Force One baru bener-bener bisa jadi Air Force One kalo presiden yang sedang berkuasa di Amerika memang ada di dalam pesawat itu.

Kalo cuman mau lihat pesawatnya mah tinggal kumpulin duit, pergi ke amrik, trus ikut tour aja. Ada kan tour yang menyediakan tour pesawat itu?

Nah yang gue mau adalah melihat tuh pesawat pada saat dia menjadi Air Force One, yang artinya presiden Amrik juga harus ada di dalem pesawat itu.

Well... kayanya sih susah. Tapi siapa kira kalo ternyata itu justru bisa terpenuhi? Hwahahaha...

Inget kan kalo George Bush pernah dateng ke Jakarta? Nah pas tuh Ari Force One mau mendarat, dia lewat di atas jalan tol yang dari Bintaro mau mengarah ke Lenteng Agung. Pas tuh pesawat lewat, pas gue juga lewat di jalan tol itu!

Waktu itu gue lagi perjalanan ke kampus, n kepala gue lagi penuh sama hal-hal yang berhubungan sama kuliah. Jadi pas mata gue pertama ngeliat tuh pesawa, gue cuman mikir "Pesawat mana tuh? Gede banget, warnanya biru putih, bukan pesawat militer tapi kok mendaratnya di Halim bukan di Sukarno Hatta?"

Pas gue lagi mikir gitu tiba-tiba gue ngeliat buntut tuh pesawat.

Di buntut itu saudara-saudara, gue ngeliat ada gambarnya bendera Amerika.

Otak gue belom nyambung, tapi mulut gue udah kerja duluan. Gue bertereak sekenceng-kencengnya di dalam mobil men!

Gila!!! Cuman satu pesawat yang ciri-cirinya seperti itu. Gede buanget, warna badannya biru putih, n ada bendera Amerika di buntutnya. Pesawat apakah itu?

Yak, benar sekali. AIR FORCE ONE!!!!

KYAAAAA!!!!

Pas emang hari itu adalah hari Bush mau dateng, jadi lengkap dong keinginan gue. Melihat tuh pesawat pada saat pesawat itu sedang menjadi Air Force One!

GGGGYYYYYYYAAAAAAAAAA!!!!!!!

Duh, rasanya gila banget dapet kejutan gitu. Seneng banget rasanya salah satu keinginan gue sudah terpenuhi!

Bener-bener saat itu adalah salah satu saat diamana gue udah ikhlas buat mati di detik itu. Rasanya udah ga ada penyesalan!

Hehehehehehe.... over banget ya?

Tapi ya begitulah.

Sesuatu yang terasa tidak mungkin, ternyata justru terjadi dengan kebetulan dan tanpa dikira-kira. Hehehe...

Mana waktu itu tuh pesawat udah lagi mau mendarat, jadi udah cukup dekat sama permukaan tanah. Puas gue ngeliat dia dari jarak yang lumayan dekat begitu. Hihihi...

Nah, karena satu keinginan sudah terpenuhi, gue mau gak mau harus cari keinginan lain. Ternyata gue menemukannya secara tidak sengaja gue lagi jalan-jalan di wikipedia. Gue iseng-iseng baca-baca tentang lagu kebangsaan, yang mana salah satunya adalah Deutcheland Uber Alles, yaitu lagu kebangsaan Jerman.

Di wikipedia gue baca kalo melodi lagu itu buatannya Franz Joseph Haydn, komposer musik aliran klasik yang pertama. Dia seniornya Mozart n Beethoven. Btw, generasi Bach nggak termasukaliran klasik, tapi aliran barok, jadi jangan protes keras kalo gue bilang Haydn yang pertama dari aliran klasik. Hehehe...

Begitu tahu itu, gue langsung penasaran dong pengen dengerin lagunya. Hehehe...

Jadilah gue terus berburu tuh lagu di youtube. Dan begitu gue dengerin, langsunglah love at the first listening. Hehehe...

Melodinya enak banget. Bahasa Jerman juga ternyata nggak seaneh itu kok (kalo dibanding perancis ya). Jadilah gue keracunan tuh lagu.

Buat yang ingin mendengarkan, silahkan ke [youtube=http://www.youtube.com/watch?v=qF5hecl9YFg]

Tapi harap diingat di clip itu yang dinyanyikan cuman syair yang ke-3 (yang judulnya Eingkeit Und Recht Und Freiheit) karena emang syair ke-3 itu yang sekarang jadi syair resmi lagu kebangsaan Jerman. Judul resminya tuh lagu adalah Das Lied der Deutschen.

Tapi kalo pengen dengerin yang lengkap, di youtube juga ada kok yang versi lengkap semua syairnya dinyanyikan.

Uuuuhhh... begitu gue denger langsung deh Wish List gue nambah seperti yang sudah gue tulis di atas. Semoga saja bisa terpenuhi.

Semangat! Demi bisa nyanyi di bawah Brandenburg Gate! Huahahahaha...


Friday, July 11, 2008

(Merasa) Bodoh

Pernah nggak begitu bangun tidur, lo ngerasa menjadi orang bodoh? Bukan bodoh atau tolol yang silly/konyol gitu, tapi bener-bener bodoh. Rasanya logika nggak bisa dipake kerja sama dengan baik, pengetahuan dan keterampilan yang kita punya juga entah kenapa kok rasanya nggak ada artinya. Pokoknya bener-bener merasa bodoh yang menumbuhkan rasa tidak punya harga diri.
.
Gue pernah, atau lebih tepatnya lagi gue hari ini sedang merasa seperti itu.
.
Gak tahu kenapa, tapi dari tadi bangun sampai saat ini, gue ngerasa kalo gue ini adalah orang bodoh. Gue nggak melakukan kesalahan apa-apa, jadi ini bukan rasa bodoh yang datang dari kesalahan yang gue buat. Tapi nggak tahu lah, yang gue tahu cuma perasaan ini bener-bener nggak enak banget.
.
Parahnya lagi, gue nggak tahu gimana cara menghilangkan perasaan ini. Bener-bener helpless...
Akhirnya gue melakukan sesuatu yang sudah lama nggak gue lakukan, yaitu sholat yang bener. Hehehe...
.
Gue sholat sih lumayan rajin (ketahuan deh kalo masih sering ompong sholatnya, hiks...), tapi dari sekian kali gue sholat, gue sadar kalo 90% diataranya gue jalani dengan niat 'yang penting sholat'.
.
Udah nggak bener deh kalo kaya begitu. Yang namanya sholat kan seharusnya diresapi dan dinikmati dengan sebaik-baiknya, tapi namanya manusia, pasti ada aja yang bisa dipakai sebagai alasan untuk sholat asal-asalan.
.
Mulai dari yang memang disebabkan sesuatu yang penting, sampe cuman sekedar males, semuanya bisa jadi alasan sholat males-malesan. Hahaha...
.
Tapi kali ini gue bener-bener niatin sholat. Meskipun masih banyak bacaan-bacaan sholat yang sering salah-salah, tapi paling nggak kali ini gue sholat dengan fokus pikiran hanya pada kegiatan sholat itu.
.
Hasilnya... lumayan. Hehehe...
.
Gue jadi diingatkan lagi bahwa cara pandang orang lain terhadap gue adalah sesuatu yang nggak penting. Bahkan cara pandang gue sendiri terhadap diri gue-pun bukan sesuatu yang penting. Yang penting adalah sudut pandang DIA terhadap gue.
.
Dan gue rasa, DIA nggak bakal perduli apakah hari ini gue jadi orang pinter atau jadi orang bodoh, selama gue nggak melanggar laranganNYA maka DIA pasti menghargai gue sebagai salah satu ciptaannya.
.
Hehehe... duh, hari ini sepertinya gue lagi jadi alim banget ya? Gue emang bukan orang yang religius, tapi gue berusaha sebaik-baik yang gue bisa supaya segala hal yang gue lakukan, gue lakukan dalam namaNYA. (duh... sok banget ya gue? Hehehe...)
.
Well, gue masih merasa jadi orang bodoh, tapi paling nggak feeling gue lebih enak sekarang. Yah, semoga besok perasaan bodoh ini sudah hilang lagi.
.
DEI GRACIA

Tuesday, July 08, 2008

The Art Of Waiting

I hate that… Udah berapa kali gue tulis di blog tercinta ini mengenai betapa bencinya gue dengan satu hal yang bernama MENUNGGU!!! It is just feel… annoying.

Kenapa gue bilang annoying? Karena kalo lagi nunggu seperti ini, gue nggak bisa melakukan apapun. BeTe…

Gue nggak bisa cari kerja, karena takut pas waktunya interview kerja tiba-tiba gue harus nganterin undangan sidang ke dosen. Gue nggak bisa jalan-jalan, karena takutnya pas tiba-tiba lagi santai, ternyata hari sidang dimajukan beberapa hari.

Huh… jadi anak notariat emang banyak paranoidnya. Nothing is impossible in notary. Semua mungkin terjadi, mulai dari the most likely sampe the most unlikely, semua bisa terjadi.

Oleh karena itulah, sekarang setelah gue daftar sidang, gue nggak bisa ngapa-ngapain lagi sampe dikabarin sama kampus tentang siapa yang akan jadi penguji gue, n kapan gue sidang. Sekali lagi, tema gue tahun 2008 ini adalah MENUNGGU!!!

Gak usah lo orang yang emang cuman baca blog ini, gue yang nulis aja udah bosen banget sama yang namanya MENUNGGU!!!

Dunia yang sempurna buat gue bukanlah dunia yang tidak ada perang, kelaparan, ataupun korupsi. Dunia yang sempurna buat gue adalah dunia yang tidak ada istilah MENUNGGU!!!

Coba aja pikir, kalo segala hal bisa terjadi dengan instan, pasti dunia bisa terasa indah sekali. Begitu nyetor tesis, langsung dapet jadwal sidang. Begitu menanam benih, ping! Langsung tumbuh. Begitu kawin, langsung hamil, lahiran, anaknya langsung gede, bisa kerja sendiri dan menghidupi kita sebagai orang tuanya. Hihihihihi… (ngayal gila)

Hhh… seandainya tidak perlu menunggu, gue pasti sangat bahagia.

Gak kebayang nanti kalo gue udah mati, trus pas di gerbang surga malaikat bilang ke gue “Tunggu sebentar ya, dosa dan pahala kamu lagi dihitung.”

Kayanya detik itu juga gue langsung ambil hand phone buat nelpon Lucifer, “Fer, ada tempat di neraka nggak buat gue. Gue mending ke neraka deh, gak pake nunggu.”

Kalo menunggu untuk sesuatu yang udah pasti terjadi sih oke-oke aja lah. Tapi menunggu untuk sesuatu yang mungkin terjadi atau mungkin tidak terjadi, itu adalah neraka jahanam buat gue. Hegh…

Btw, sebagai katarsis, akhirnya gue memutuskan buat pasang FastNet. Mahal sih, tapi itu masih lumayan lah, daripada katarsis gue berubah jadi beli komputer, yang ada lebih mahal lagi. Atau katarsis gue yang biasa, yaitu makan-makan, nggak dulu deh, lambung gue perlu istirahat setelah sebulan ini gue makan seperti orang gila. Hhh… nasib si penunggu.

Monday, July 07, 2008

Typical Day

Hari ini dimulai dengan gue bersantai-santai, karena emang nggak ada rencana mau ngapa-ngapain. Tapi begitu mulai siang, kehebohan dimulai dengan SMS dari asdos pembimbing gue yang bilang kalo berita acara bimbingan udah bisa diambil. Jadilah gue langsung kelimpungan sendiri.

Mobil masih dipake sama nenek gue, jadi terpaksalah gue menunggu dulu sampe tuh mobil pulang. Daripada bengong, akhirnya langsung on-line buat ngambil transkrip nilai yang emang perlu buat daftar sidang.

Pas selesai ngeprint, pas mobilnya dateng. Jadilah gue langsung ganti baju n langsung berangkat ke kantor dosen pembimbing gue.

Sampe sana langsung bisa dapet berita acara bimbingannya. Thank God sampe sejauh ini lancar semua.

Trus mumpung udah keluar rumah n masih siang bolong juga, akhirnya gue mutusin mau ngeberesin urusan bank gue yang lagi porak poranda gak karuan gara-gara udah beberapa bulan ini gue cuekin.

Hhh… gue emang nggak jago kalo udah soal peraturan bank gitu. Mumet gue dengerin Customer Service (CS)-nya menerangkan macem2 produk bank. Mulai dari tabungan, deposito, tabungan hari tua, ATM, dll. Hueh… banyak banget sih produk bank?

Untung aja tuh CS cantik, coba kalo cowo, yang ada langsung gue tinggal kali. Lha wong gue cuman mau nabung, tapi kok yang dijelasin sampe kemana-mana. Hihihi…

Hmm… tapi gue jadi kepikiran juga sih setelah ngedengerin penjelasan dari tuh CS.

Mungkin emang udah waktunya gue bener-bener serius mikirin tentang rencana masa depan keuangan gue.

Tuh CS menerangkan panjang lebar tentang produk bank, tapi di telinga gue seolah-olah tuh CS intinya pengen ngomong “Welcome to the real world of the adults”

Hiks…

Gue kan masih pengen jadi anak kecil, tapi kalo ribet ngurusin tentang keuangan, bener-bener rasanya kaya dijorokin ke lembah manusia dewasa.

Give me back my childhood!!!

Well, tapi akhirnya gue udah beresin rekening tabungan gue dengan tenang. Hehehe…

Setelah selesai, gue pulang untuk menemukan kehebohan selanjutnya. Soft cover tesis gue udah kelar, n itu artinya besok gue udah bisa daftar buat sidang.

TIDAAAAKKKK!!!!

Gue kalo tentang sidang udah bener-bener benci tapi rindu. Gue pengen cepetan sidang biar segala penderitaan gue bisa selesai, tapi pada saat yang sama GUE NGGAK MAU SIDANG!!! SEREEEEMMM!!!! Hiks…

Hhh… bener-bener cuman bisa berpasrah deh gue sekarang. Semoga semuanya bisa lancar sampe akhir.

Besok berarti gue harus ke kampus… males… hiks…

Sunday, July 06, 2008

I Prefer The Small One

Kemarin ngebut ngeberesin tesis. Ternyata fotocopy itu mahal juga ya? (Ya iya lah, yang dicopy ada 1500 halaman!!!) hehehe…

Well, paling nggak gue ada waktu santai-santai sampai selasa, buat nunggu semua copy n soft cover selesai dibuat.

Seperti biasa di hari Minggu, tante gue n sepupu gue main ke rumah. Kali ini tante gue bawa-bawa brosur-brosur rumah n apartemen yang dia dapet dari pameran properti di JCC kemaren.

Call me weird, I don’t care, tapi dari kecil gue paling suka liat-liat brosur-brosur rumah n apartemen. Brosur mobil n motor, gue cuekin. Brosur sekolahan n universitas, bosen liatnya. Brosur kesehatan, yang ada gue jadiin bahan bakar! Hehehe…

Gue paling demen ngeliatin brosur-brosur yang ada denah-denah rumah yang ditawarkan sambil ngebayangin wujud asli rumahnya, trus ngebayangin tinggal di rumah itu. Hahaha…

Tapi anehnya, gue nggak pernah tertarik sama rumah-rumah yang besar-besar. Apalagi sama rumah yang besarnya segede-gede gaban, hegh… jauh-jauh deh dari gue. Dari kecil gue biasa tinggal di rumah besar, jadi gue tahu kalo rumah besar itu artinya CAPEK NGEBERSIHINNYA!!!!

Kalo punya sepasukan pembokat yang siap buat ngebersihin rumah sih oke-oke aja, tapi kalo harus ngebersihin sendiri? Pegel kaleee!!!

Orang kamar gue cuman seiprit ini aja gue males banget ngebersihinnya, apalagi rumah segede-gede gaban? Bisa-bisa dari rumah segede itu cuman satu kamar yang gue pake, sisanya gue cuekin aja sampe berlumut. Hyakhyakhyak…

Tapi selain alasan praktis itu, entah kenapa gue emang bener-bener not in to rumah besar. Rumah gue yang sekarang aja yang gue anggap rumah cuman setengah bagian depan, yang setengah bagian belakang nggak pernah gue perhatiin. Jarang banget gue jalan-jalan di setengah bagian belakang rumah gue. Jangan-jangan saking lamanya gue nggak main ke sana, gue bisa nyasar kalo ke sana. Hehehehe…

Gue bener-bener cinta banget sama rumah-rumah kecil gitu. Saking cintanya, gue bahkan cinta banget sama apartemen. Apalagi tadi gue liat ada apartemen yang berupa studio gitu. Langsung kalap deh gue.

Studio tuh apartemen yang wujudnya seperti kamar kos, jadi begitu buka pintu langsung ketemu tempat tidur. Emang sih, agak lebih gede dari kamar kos, jadi bisa muat dapur kecil, sofa, n meja makan kecil, tapi buat ukuran tempat tinggal sih bener-bener kecil. Huhuhuhuhuhuhuhuhu…. Gue seneng banget liatnya. Apalagi di studio yang ditawarin itu udah ada kamar mandi di dalemnya, huwaaa!!! Tambah jatuh hati deh gue.

Coba kalo gue udah kerja n punya pendapatan tetap, pasti langsung gue samber deh tuh studio. Hiks…

Oh God, I’m in love with that studio!

Apalagi letaknya di deket Lenteng Agung, jadi nggak pinggir-pinggir amat. Tambah kepincut deh gue.

Emang bener juga ya, kalo buat properti, yang paling penting emang lokasi. Mau tuh rumah wujudnya sangat indah seperti sepetak taman firdaus dipotek langsung dari surga, tapi letaknya di antah berantah, siapa juga yang mau? Paling juga para konglomerat yang mau, itupun juga paling dipake buat jadi villa tempat perisirahatan.

Di tempat terpencil gitu mau dipake buat tempat tinggal permanen? Yang ada borok di bensin kali.

Satu lagi yang bikin gue jatuh cinta sama rumah kecil adalah, pajaknya ringan. Hehehe… yaolo, ngayal tapi realistis banget sih sampe-sampe ngayalin pajak.

Ya iya dong, pajak harus dipikirin. Kan gak lucu, punya rumah gede tapi gak kuat bayar pajaknya, yang ada tuh rumah disegel trus kita mau tinggal di mana?

Pokoknya kalo tentang rumah, semboyan gue adalah small is beautiful, big is ngerepotin! Gyahahaha…

Tapi itulah anehnya gue. Orang lain waktu umur 4 tahun yang dipikirin adalah hal-hal lainnya, tapi kalo gue umur 4 tahun malah mikirin pengen punya rumah kecil atau apartemen.

Coba waktu gue masih kecil dibebasin boleh beli sesuatu yang mahal. Kalo anak-anak lain beli mainan, sedangkan gue pasti langsung lari ke kantor pemasaran apartemen, buat beli satu unit. Hehehehe…

Lucu juga kali ya?

Om gue: “Dito mau beli apa? Pilih apa aja deh, ntar om bayarin.”
Gue umur 5 tahun: “Beliin apartemen dong om”
Om gue: “…”

Hyahahahaha… Coba kalo sekarang gue ngomong kaya gitu, yang ada gue dikira gigolo simpenan om-om.

Tapi ada satu hal yang mengganggu pikiran gue tentang membeli apartemen.

Kalo rumah kan meskipun kena gempa trus ambruk, atau kebakaran sampe habis, paling nggak tanahnya kan masih ada. Jadi nggak usah mikir soal beli tanah, cuman mikirin membangun rumah lagi.

Lha kalo apartemen gimana?

Ntar kalo gedung apartemennya ambruk gara-gara gempa, atau segedung kebakaran semua, trus gimana? Habis dong?

Parno banget ya gue? Hehehe…

Itulah gue. Imajinasi gue sih aktif, tapi nggak pernah lepas dari realitas. Hihihihi…

Hhh… mungkin memang mendingan rumah deh.

Atau…

Pikiran gila sih…

Tapi gimana kalo… punya dua-duanya? Hehehehe… (kemaruk mode – on)

Jadi gini, pertama punya studio dulu yang letaknya di tengah kota. Jadi serasa punya kamar kos gitu deh. Pokoknya ada tempat buat pulang dulu.

Trus setelah studionya lunas, langsung cari rumah kecil di daerah pinggiran (jangan pinggiran banget lah, Bekasi atau Cibubur gitu, hehehe…). Jadi kalaupun terjadi apa-apa sama studio-nya, gue masih punya tempat tinggal. Hmm… Jadi kepikiran…

Sayang brosur yang ngebahas tentang studio itu nggak lengkap sama daftar harganya, jadi angan-angan gue jadi nggak bisa full power deh. Hiks…

Selain brosur tentang studio itu, tadi ada satu brosur yang benar-benar menangkap perhatian gue. Jadi gini, ada rumah tapi besarnya cuman 6 meter kali 11 meter (66 meter persegi). Jadi wujudnya tuh bener-bener seperti studio gitu, tapi dia berdiri di atas tanah tersendiri.

Huwaa… gue fallen in love banget. Tapi sayangnya letaknya di daerah Pasar Kamis. Dimana ya tuh? Duh… kepentok sama lokasi yang gak jelas. Tapi harganya dong… mantabh… cuman 51 juta! Gue ketawa ngeliatnya. Gila men, antara rumah sama mobil bisa-bisa mahalan mobil tuh. Coba aja dipikir, jaman sekarang emangnya ada gitu mobil baru yang harganya 51 juta? Ada juga mobil baru… ketiban pohon. Hwahahahaha…

Hmm… kerja keras ah untuk memenuhi mimpi gue ini.

Btw, selain rumah kecil, keinginan gue sejak usia 7 tahun adalah punya asuransi kesehatan, tabungan hari tua, n simpenan berupa emas batangan untuk keadaan darurat. Hehehe… maniak banget ya gue waktu masih kecil?

Intinya: KERJA YANG SEMANGAT, N JANGAN LUPA DOA! (demi rumah kecil, asuransi, tabungan, n emas, hihihihihihihihihihihihi…)