Friday, December 12, 2008

Never Forget To Learn How To Be Lonely


Kadang kalau ada teman atau keluarga yang ulang tahun dan kita menyanyikan lagu 'Panjang Umurnya', pernah terpikir atau tidak konsekuensi dari lagu itu kalau kiranya doa yang terkandung dalam lagu itu terkabul?

Panjang umur memang harapan banyak orang, tapi apakah berumur panjang selalu menjadi sesuatu yang baik? Sepertinya tidak. Berapa besar kemungkinan bahwa pada saat kita menyentuh usia 70 tahun, tubuh kita masih dalam keadaan cukup baik sehingga kita masih bisa menikmati kehidupan?

Kemungkinan itu agak kecil. Biasanya pada usia 50 tahunan, kita sudah mulai dirongrong oleh penyakit-penyakit metabolik, seperti Hipertensi, Diabetes, dll yang menyebabkan kita tidak bisa menikmati makanan seperti pada waktu kita masih muda. Lalu mulai usia 60-an alat gerak sudah mulai terganggu, entah osteoporosis atau rematik, tapi di usia ini kebanyakan orang sudah tidak bisa bergerak bebas.

Pada usia 70-an, mata, telinga, dan lidah biasanya sudah kehilangan 50% kepekaannya, sehingga kita mulai kesuliatan menikmati pemandangan, lagu, dan rasa makanan kesukaan kita.

Dengan semua faktor itu, biasanya pada usia 70-an manusia sudah kehilangan kemampuan untuk menikmati hidup.

Masih bisa hidup dengan sehat saja sudah merupakan sasuatu yang harus disyukuri kalau kita berada di usia itu.

Bayangkan saja, dengan keadaan-keadaan yang merupakan sebuah keniscayaan itu, kita masih dibayang-bayangi penyakit yang berpotensi untuk lebih parah dalam mengurangi kualitas kehidupan kita. Contoh paling umum adalah stroke. Kita kehilangan kontrol terhadap 1/2 bagian tubuh kita. Bagaimana kita bisa menikmati hidup kalau tubuh saja sudah tidak bisa bergerak?

Itu masih hal-hal yang berhubungan dengan tubuh. Bagaimana dengan lingkungan?

Bisakah terbayang bagaimana rasanya dikaruniai usia panjang dan tubuh sehat, tetapi kita harus menyaksikan teman-teman kita 'pergi' satu per satu.

Kalau itu belum cukup parah, dengan usia panjang, tubuh yang semakin soak, dan teman-teman yang pergi, maka kita dihadapkan pada kehidupan yang sepi.

Sedih ya?

Makanya, disarankan waktu kita masih muda untuk berlatih hidup dalam kesendirian. Bukan apa-apa, tapi kalau saat itu tiba dan kita terbiasa dengan kehidupan yang dikelilingi oleh keluarga dan teman, otak kita sudah terprogram dengan gambaran hidup bersama orang lain, begitu dihadapkan pada kesendirian pasti rasanya sama sekali tidak enak.

Salah satu cara yang paling baik adalah mencari teman yang abadi.

Yes, I'm talking about HIM. Who else?

Nggak usah gimana-gimana banget, tapi mendekatkan diri dengan yang di atas pasti akan membantu perasaan kita pada saatnya nanti kalau teman-teman manusia kita sudah pergi semua.

Oh iya, memang sih masih ada kemungkinan untuk mencari teman baru. Tapi kalau kita sudah ada di usia setua itu, berapa persen kita akan bertemu sesama dengan usia yang sama? Kalaupun ada, apakah kesehatan mereka akan cukup baik sehingga mereka bisa memulai hubungan pertemanan yang baru dengan kita?

Sedangkan kalau mencari teman di kalangan yang lebih muda meskipun bukan sesuatu yang mustahil, tapi perbedaan usia tentu saja akan menghalangi kita untuk mendapatkan pola persahabatan yang maksimal.

Hieh... memang akhir tahun bikin pikiran mellow. Yang ada, tema yang diangkat juga jadinya mellow nggak jelas. Hahaha...

Tapi bener kan? Berhati-hatilah dengan apa yang kita minta. Sesuatu yang terdengar menyenangkan secara sekilas, belum tentu menyenangkan secara keseluruhan. Oleh karena itu, berlatihlah untuk sekali-sekali hidup dalam kesendirian.

Mungkin kalau sedang berlibur, putuskan semua komunikasi dengan dunia luar. Tinggal di rumah. Bayangkan kita sudah berusia tua, tidak punya teman dekat yang masih hidup, makanan yang dibatasi, kemampuan bergerak yang sangat terbatas, dan indera yang sudah tidak bisa maksimal dipakai untuk mengidera. Perlu mental yang sangat kuat untuk mempertahankan kewarasan pada saat kita terjebak dalam keadaan itu.

Kalau tidak percaya, coba saja lakukan itu selama seminggu. Hehehe... dijamin terasa banget.

2 comments:

Anonymous said...

Ditzki,

Jangan bilang elu udah pernah nyoba memutuskan hubungan dengan dunia luar selama seminggu seperti yg elu tulis. Astaga Ditzky.... udah kayak aktor kawakan lg cari ilham hahaha...
gw sih gak mungkin tuh mendapatkan kesunyian, toh bokap gw dan koko gw gak kerja, jadi di rumah terus. Plus nyokap jg. hahaha... makanya tiap kali gw males kerja dan pengen bolos, yg kepikiran malah "ah di rumah jg makin gak asik. mending gw kerja aja deh" hahaha.

Ditogendut said...

Iya dong, gue pernah nyoba. Wakaka...

Emang rasanya nggak enak, tapi patut dicoba lah. Hanya punya komputer (without on-line) dan PS sebagai teman. Hieh... dengan dua hal itu aja rasanya masih nggak enak. Gimana rasanya kakek2 n nenek2 gitu ya? Udah nggak punya temen, nggak bisa ngerjain hobi, anak cucu ngajak ngomong kalo inget doang.

Hieh...

Jadi ragu buat minta umur panjang...

(mellow mode-on again)