Sudah sering temen-temen gue nanya ke gue, terutama setelah si Cucut tunangan n rencana mau nikah di bulan Oktober nanti, “Dit, elo kenapa nggak nyuruh Edna buat cepetan balik ke Indonesia biar kalian juga bisa cepetan nikah?”
Jujur aja, gue kadang lupa kenapa gue nggak mau maksa dia, jadi sering kali jawaban gue cuman, “Gue nggak tega maksain dia buat menyerahkan impian dia. Gue nggak mau menanggung beban kalo di masa depan dia menyesali cita-citanya yang nggak tercapai karena gue minta dia balik ke Indonesia.”
Sebenernya itu bukan jawaban yang bohong. Itu juga salah satu alasan gue, tapi itu bukan alasan utama gue.
Alasan utama gue, kalo mau dirangkum jadi satu kalimat singkat adalah, “Gue nggak mau menyesal.”
Gue bukan takut salah pilih atau apa, tapi…
Hhh...
Mungkin lebih enak kalo pake contoh ya?
Begini deh, gue pake contoh yang gue tonton di film Saat Gladiol Bersemi, film yang tayang di DAAI TV.
Well, di film itu ada sepasang suami istri yang sudah tua. Si suami sudah sakit-sakitan n hampir mati.
Sejak muda, si suami itu paling suka makan rebung (bambu muda) yang dimasak sama istrinya. Tapi sayangnya, di penghujung hidupnya itu si suami justru dilarang makan rebung sama dokter.
Di satu adegan, si suami bilang ke istrinya, “aku tidak akan melupakan rasa rebung yang kau masak untukku.”
Dan si istri menjawab sambil hampir nangis2 gitu, “Kamu harus hidup lebih lama, aku akan memasakkan rebung sebanyak apapun yang kamu mau.”
Gue ngerti perasaan si istri itu. Pada saat dia bilang begitu pasti dia teringat dengan saat-saat di masa lalu dimana dia pernah menolak memasakkan rebung untuk suaminya itu.
Sekarang bayangin aja, si istri cuman inget2 tentang saat2 dia menolak membuatkan masakan rebung aja udah nyesek begitu. Gimana ntar di masa depan gue, ternyata gue berumur lebih panjang dari Edna, trus on her death bed gue inget satu tindakan gue yang meminta dia meninggalkan cita-citanya dan balik ke Indonesia supaya dia bisa jadi istri gue.
BISA-BISA DIA YANG SEKARAT TAPI GUE YANG MATI GARA-GARA NYESEK!!!
Gue nggak apa-apa kalo keinginan gue yang nggak terpenuhi, tapi gue lebih baik dipenggal daripada harus ngerasain lagi penyesalan karena nggak bisa membantu orang yang gue sayang mendapatkan apa yang mereka mau. Meskipun gue nggak bisa membantu secara langsung, tapi paling nggak gue NGGAK MAU JADI PENGHALANG!!!
Lebih baik gue terima kenyataan kalo gue nggak bisa memeluk Edna daripada di masa depan gue harus tersiksa dengan rasa penyesalan karena gue sadar bahwa gue udah menyebabkan dia nggak bisa mengejar cita-cita dia.
Hhh… begitulah…
Gue harap temen-temen gue yang pengen tahu jawaban gue, udah bisa puas dengan entry kali ini. Heeeehhh…
Sekali-sekali bikin entry yang agak serius nggak apa-apa kan? Gue usahakan di entry selanjutnya gue akan menulis tentang sesuatu yang lebih ringan, hehehe…
Motto gue hari ini:
DISTANCE IS INSIGNIFICANT IN THE PRESENCE OF LOVE, amen…
Jujur aja, gue kadang lupa kenapa gue nggak mau maksa dia, jadi sering kali jawaban gue cuman, “Gue nggak tega maksain dia buat menyerahkan impian dia. Gue nggak mau menanggung beban kalo di masa depan dia menyesali cita-citanya yang nggak tercapai karena gue minta dia balik ke Indonesia.”
Sebenernya itu bukan jawaban yang bohong. Itu juga salah satu alasan gue, tapi itu bukan alasan utama gue.
Alasan utama gue, kalo mau dirangkum jadi satu kalimat singkat adalah, “Gue nggak mau menyesal.”
Gue bukan takut salah pilih atau apa, tapi…
Hhh...
Mungkin lebih enak kalo pake contoh ya?
Begini deh, gue pake contoh yang gue tonton di film Saat Gladiol Bersemi, film yang tayang di DAAI TV.
Well, di film itu ada sepasang suami istri yang sudah tua. Si suami sudah sakit-sakitan n hampir mati.
Sejak muda, si suami itu paling suka makan rebung (bambu muda) yang dimasak sama istrinya. Tapi sayangnya, di penghujung hidupnya itu si suami justru dilarang makan rebung sama dokter.
Di satu adegan, si suami bilang ke istrinya, “aku tidak akan melupakan rasa rebung yang kau masak untukku.”
Dan si istri menjawab sambil hampir nangis2 gitu, “Kamu harus hidup lebih lama, aku akan memasakkan rebung sebanyak apapun yang kamu mau.”
Gue ngerti perasaan si istri itu. Pada saat dia bilang begitu pasti dia teringat dengan saat-saat di masa lalu dimana dia pernah menolak memasakkan rebung untuk suaminya itu.
Sekarang bayangin aja, si istri cuman inget2 tentang saat2 dia menolak membuatkan masakan rebung aja udah nyesek begitu. Gimana ntar di masa depan gue, ternyata gue berumur lebih panjang dari Edna, trus on her death bed gue inget satu tindakan gue yang meminta dia meninggalkan cita-citanya dan balik ke Indonesia supaya dia bisa jadi istri gue.
BISA-BISA DIA YANG SEKARAT TAPI GUE YANG MATI GARA-GARA NYESEK!!!
Gue nggak apa-apa kalo keinginan gue yang nggak terpenuhi, tapi gue lebih baik dipenggal daripada harus ngerasain lagi penyesalan karena nggak bisa membantu orang yang gue sayang mendapatkan apa yang mereka mau. Meskipun gue nggak bisa membantu secara langsung, tapi paling nggak gue NGGAK MAU JADI PENGHALANG!!!
Lebih baik gue terima kenyataan kalo gue nggak bisa memeluk Edna daripada di masa depan gue harus tersiksa dengan rasa penyesalan karena gue sadar bahwa gue udah menyebabkan dia nggak bisa mengejar cita-cita dia.
Hhh… begitulah…
Gue harap temen-temen gue yang pengen tahu jawaban gue, udah bisa puas dengan entry kali ini. Heeeehhh…
Sekali-sekali bikin entry yang agak serius nggak apa-apa kan? Gue usahakan di entry selanjutnya gue akan menulis tentang sesuatu yang lebih ringan, hehehe…
Motto gue hari ini:
DISTANCE IS INSIGNIFICANT IN THE PRESENCE OF LOVE, amen…
1 comment:
Hm...memang sih To...pilihan yang sulit dan rasanya emang nyesek aja kalo lu akhirnya malah jadi penghalang bagi seseorang untuk mencapai cita-citanya.
TAPI...
bukankah hidup itu memang sebuah pilihan? Maksudnya, dalam hidup kita akan selalu dihadapkan pada sebuah pilihan. Kita MEMANG diharuskan untuk memilih 1 pilihan, diantara sekian banyak pilihan lain. Dan kadang, kita salah pilih. But hey! That's life! Dan mengutip kata-kata dari film "Meet The Robinson" (Mau tayang this Saturday di Disney Channel, it's a great movie, btw)...when we make mistake, we learn a lot, when we doesn't make mistake, we learn eh...nothing.
Okelah...kita ngebahas tentang hidup seseorang di sini, bukan sekedar milih baju, milih mau pergi kemana or malah bukan soal milih jurusan fakultas. Ini memang soal pilihan hidup. And untuk yang satu ini memang for the rest of your life. You stick with it...like it or not...for the rest of your life.
TAPI...
bukannya hidup itu juga berarti pengorbanan? Ketika kita memutuskan untuk mau hidup bersama dengan orang lain, ketika kita berkata 'I Do' untuk menghabiskan sisa hidup kita bersama dengan orang lain, bukankah itu berarti kita harus siap mengorbankan hidup kita sendiri, ego kita sendiri, DEMI hidup bersama?
So far sih gue ngerti banget sama logika berpikir lu. Gue juga ngeri banget, kalo kata-kata 'penyesalan' itu akhirnya muncul dari mulut pasangan gue. Tapi masak karena hal tersebut malah jadi gak ada yang berani bergerak or saling berkorban? Kata kuncinya adalah 'saling', yang berarti kedua belah pihak sama-sama berkorban, so both of you can meet at the middle.
Coba dipikirin lagi, deh To. Sayang aja gitu, lho. Kenapa sayang? Yah...jangan wasting time lha. Dengan lu orang berdua saling nunggu-nunggu gini, lu orang berdua juga udah menghilangkan kesempatan untuk bersama 'kan?
Lagian...bukannya cewek memang kadang suka gitu? Bilang enggak tapi iya dan bilang gak pingin tapi malah pingin? Gue kira lu dah tau, To :)
Post a Comment