Emang bener apa yang orang bilang. Hati-hati kalau bikin permintaan.
Buktinya ya gue sekarang ini. Senin kemaren gue ngebet pengen nyelesein tesis gue yang ‘tercinta’, dan tebak apa yang terjadi? Hari Selasa kemarin keinginan gue itu sudah dipenuhi, n pak HK sudah nyuruh gue menyerahkan bentuk akhir dari tesis gue ke dia, supaya bisa dia periksa.
Waktu dia bilang begitu, gue rasanya kepengen nyium dia saking senengnya. Tapi rasa seneng itu cuman terjadi sebentar, karena setelah gue pikir-pikir lagi, buat ngebentuk seluruh tesis gue secara full, gue harus nyiapin berbagai macam hal yang melengkapi tesis.
Bener-bener seperti pengantin. Kalo pengantin kan sebenernya yang penting adalah orangnya. Mau dia pake baju seadanya atau telanjang bulet sekalipun, tapi kalo dia bisa dateng di akad nikah atau pemeberkatan pernikahannya, dia tetep aja bakal jadi pengantin yang menikah di saat itu.
Tapi penganten kan ‘kesannya’ wajib pake segala baju adat yang subahanallah ribetnya, supaya penampilannya bisa memuaskan para tamu yang dateng. Dan itulah sebenernya yang terjadi pada tesis.
Tesis kan sebenernya yang penting adalah isi tesisnya, yaitu bab 1, 2, dan 3. Paling juga yang sama pentingnya cuman daftar pustaka aja, biar nggak dibilang plagiat. Tapi supaya bisa disajikan dengan memuaskan kepada para penguji, segala macem benda, yang gue sendiri nggak gitu yakin pentingnya, harus disertakan bersama tesis itu.
Benda-benda itu adalah:
[satu] Halaman judul, yang buat tesis harus dibikin tiga lembar. Selembar adalah halaman judul polos dalam bahasa Indonesia, selembar adalah halaman judul dalam bahasa Inggris, dan selembar lagi adalah halaman judul yang didalamnya dimasukin juga nama Dosen Pembimbing.
[dua] surat keterangan telah diuji, yang gue bikin dalam bentuk blanko, yang nantinya harus ditandatangani dosen pembimbing dan kepala program.
[tiga] Berita acar sidang yang harus ditandatangani oleh 3 orang penguji
[empat] Surat pernyataan dari gue bahwa tuh tesis adalah buatan gue sendiri lengkap dengan materai.
[lima] Kata pengantar yang isinya adalah bla bla bla dari gue sendiri.
[enam] abstrak, yang isinya adalah ringkasan dari tesis gue. Yang bener-bener bikin gue mokal adalah, abstrak ini harus dibikin dalam 2 bahasa.
[tujuh] daftar isi, yang bikinnya bikin gue mumet lima gaya.
Baru deh setelah semua itu lengkap, kita bisa masuk ke dalam tesisnya sendiri. Howeeekkk… Setelah itupun masih harus diikuti dengan daftar pustaka n ditutup dengan segala macem lampiran.
Bener-bener… ribet gak karuan bikin segala macem itu.
Ini baru tesisnya, belum lagi tentang segala birokrasi supaya gue bisa sidang. Yang ada gue bener-bener jerit-jerit saking frustasinya kali ya?
Hhh… nasib…
Nih sekarang gue mumet bikin abstrak. Bukan apa-apa sih, tapi namanya juga tesis bikinan sendiri, jadi gue ngerasa kalo semua bagian dari tesis gue adalah semuanya penting. Sementara abstrak kan maksimal cuman 1 halaman. Gila… gimana caranya gue bisa bikin tesis setebal 107 halaman jadi cuman 1 halaman ya?
Oh well, mendingan gue kerjain aja lah. Daripada nggak kelar, ya tho?
Buktinya ya gue sekarang ini. Senin kemaren gue ngebet pengen nyelesein tesis gue yang ‘tercinta’, dan tebak apa yang terjadi? Hari Selasa kemarin keinginan gue itu sudah dipenuhi, n pak HK sudah nyuruh gue menyerahkan bentuk akhir dari tesis gue ke dia, supaya bisa dia periksa.
Waktu dia bilang begitu, gue rasanya kepengen nyium dia saking senengnya. Tapi rasa seneng itu cuman terjadi sebentar, karena setelah gue pikir-pikir lagi, buat ngebentuk seluruh tesis gue secara full, gue harus nyiapin berbagai macam hal yang melengkapi tesis.
Bener-bener seperti pengantin. Kalo pengantin kan sebenernya yang penting adalah orangnya. Mau dia pake baju seadanya atau telanjang bulet sekalipun, tapi kalo dia bisa dateng di akad nikah atau pemeberkatan pernikahannya, dia tetep aja bakal jadi pengantin yang menikah di saat itu.
Tapi penganten kan ‘kesannya’ wajib pake segala baju adat yang subahanallah ribetnya, supaya penampilannya bisa memuaskan para tamu yang dateng. Dan itulah sebenernya yang terjadi pada tesis.
Tesis kan sebenernya yang penting adalah isi tesisnya, yaitu bab 1, 2, dan 3. Paling juga yang sama pentingnya cuman daftar pustaka aja, biar nggak dibilang plagiat. Tapi supaya bisa disajikan dengan memuaskan kepada para penguji, segala macem benda, yang gue sendiri nggak gitu yakin pentingnya, harus disertakan bersama tesis itu.
Benda-benda itu adalah:
[satu] Halaman judul, yang buat tesis harus dibikin tiga lembar. Selembar adalah halaman judul polos dalam bahasa Indonesia, selembar adalah halaman judul dalam bahasa Inggris, dan selembar lagi adalah halaman judul yang didalamnya dimasukin juga nama Dosen Pembimbing.
[dua] surat keterangan telah diuji, yang gue bikin dalam bentuk blanko, yang nantinya harus ditandatangani dosen pembimbing dan kepala program.
[tiga] Berita acar sidang yang harus ditandatangani oleh 3 orang penguji
[empat] Surat pernyataan dari gue bahwa tuh tesis adalah buatan gue sendiri lengkap dengan materai.
[lima] Kata pengantar yang isinya adalah bla bla bla dari gue sendiri.
[enam] abstrak, yang isinya adalah ringkasan dari tesis gue. Yang bener-bener bikin gue mokal adalah, abstrak ini harus dibikin dalam 2 bahasa.
[tujuh] daftar isi, yang bikinnya bikin gue mumet lima gaya.
Baru deh setelah semua itu lengkap, kita bisa masuk ke dalam tesisnya sendiri. Howeeekkk… Setelah itupun masih harus diikuti dengan daftar pustaka n ditutup dengan segala macem lampiran.
Bener-bener… ribet gak karuan bikin segala macem itu.
Ini baru tesisnya, belum lagi tentang segala birokrasi supaya gue bisa sidang. Yang ada gue bener-bener jerit-jerit saking frustasinya kali ya?
Hhh… nasib…
Nih sekarang gue mumet bikin abstrak. Bukan apa-apa sih, tapi namanya juga tesis bikinan sendiri, jadi gue ngerasa kalo semua bagian dari tesis gue adalah semuanya penting. Sementara abstrak kan maksimal cuman 1 halaman. Gila… gimana caranya gue bisa bikin tesis setebal 107 halaman jadi cuman 1 halaman ya?
Oh well, mendingan gue kerjain aja lah. Daripada nggak kelar, ya tho?
Wish me luck, okay. Ntar gue kabar-kabarin lagi.
No comments:
Post a Comment