There would come a time in a person's life when he needs to decide which path he'll take for the rest of his life.
Hhh... gue udah tahu itu sejak lama, tapi gue baru menemukan diri gue di posisi itu sekarang ini.
Yah, emang setiap orang harus mengambil keputusan tentang jalan mana yang akan dia tempuh. Jalan mana yang menurutnya cukup berharga untuk menjadi fokus dedikasi kehidupannya.
Kebanyakan perempuan akan menjadikan anak sebagai fokus kehidupan. Walaupun ada juga yang memilih hal lainnya, karena berbagai alasan. Mulai dari memang perempuan itu sejak awal berniat untuk memfokuskan kehidupannya pada sesuatu selain anak, atau memang dia tidak dikaruniai anak sehingga harus berfokus pada hal lain.
Sayangnya, laki-laki tidak seberuntung itu. Memang sih, banyak laki-laki yang akhirnya memilih keluarga sebagai fokus kehidupan, tapi sayangnya dedikasi seorang laki-laki kepada anak tidak akan pernah menyaingi dedikasi seorang perempuan kepada anaknya, karena laki-laki tidak perlu menghadapi pertempuran seperti halnya peremapuan untuk mendapatkan anak.
Karena itulah laki-laki biasanya memilih objek lain sebagai fokus kehidupan, dedikasi, mimpi, dan bahkan ambisinya. Umumnya yang akan dipilih adalah pekerjaan.
Yah... itu sih konsepnya. Konsepnya memang gampang, tapi pada kenyataannya agak sedikit lebih ruwet dari itu.
Pertanyaannya adalah, pekerjaan apa yang akan dipilih?
Haeh... Gue sekarang ada di titik itu. Sekarang gue udah mulai magang di kantor notaris, yang berarti gue menempuh jalan untuk menjadi notaris. Tapi pada saat yang sama, jalan lain masih saja menggoda gue untuk gue ambil.
Jalan menjadi jaksa sudah tertutup untuk gue, karena ada syarat ukuran badan yang nggak bisa gue penuhi. Selain itu, sebentar lagi awal desember, dan biasanya penerimaan hakim diadakan di bulan Desember. Lalu masih ada juga jalan sebagai advokat yang masih mungkin untuk gue tempuh. Dan tentu saja ada juga jalan sebagai pegawai kantor, baik swasta maupun negeri.
Pilihannya ada banyak, dan gue masih belum bisa memutuskan secara final akan memilih jalan yang mana.
Oh iya, ada juga sih jalan menjadi pengusaha, tapi sayangnya gue nggak tertarik ke arah itu meskipun hal itu juga nggak sepenuhnya gue coret sebagai kemungkinan.
Jujur aja, selama 2 minggu gue magang di kantor notaris, gue semakin tertarik dengan pekerjaan yang satu ini. Entah kenapa pekerjaan satu ini (meskipun maha ribet) sangat menarik untuk gue. Memang nggak banyak drama seperti pekerjaan hakim ataupun advokat, dan juga tidak semapan pekerjaan sebagai pegawai, tapi pekerjaan ini menawarkan hal yang tidak ditawarkan pekerjaan lainnya.
Hal itu adalah, sebagai seorang notaris, kita adalah boss diri kita sendiri. Advokat biasanya jarang berkerja sendiri dan bergabung dengan kantor hukum, di kantor itu biasanya seorang advokat harus tunduk pada sistem kerja kantor hukum itu. Apalagi menjadi hakim dan pegawai negeri pasti punya jadwal yang teratur.
Sebaliknya notaris tidak punya boss. Notaris adalah boss di kantornya sendiri. Kita bisa memilih sendiri kapan akan buka kantor, kapan ingin santai-santai, kapan berkerja dengan cepat, dan kapan akan menunda-nunda. Semua itu ada di tangan notarisnya sendiri. Itu sangat menarik buat gue. Hehehe...
Emang sih, notaris tetap perlu memiliki kedisiplinan yang baik untuk memuaskan klien. Tapi tidak ada yang akan memarahi seorang notaris kalau dia bermalas-malasan. Paling resikonya adalah ditinggalkan klien dan tidak mendapat duit. Huahahaha...
Tapi selain itu, entah kenapa pekerjaan yang satu ini benar-benar menarik buat gue. Ada tantangan-tantangan tersendiri yang baru gue sadari setelah gue mulai kerja di kantor notaris yang entah kenapa justru membuat gue semakin tertarik.
Hhh... gimana ya? Gue pengen memutuskan untuk benar-benar konsentrasi pada jalan seorang notaris, tapi setiap kali gue mau ngambil keputusan bahwa gue akan commit di jalan ini, godaan dari jalan yang lain selalu mengganggu.
Hiks... what should I do? Apa mendingan gue bertapa ke gunung buat minta wangsit ya? (hehehe... mulai ngaco)
Yah, sekarang ini gue memutuskan untuk menjalani jalan yang sudah gue jalani ini saja dulu. Jalan lainnya gue cuekin dulu sampai tiba saatnya gue bisa menemukan alasan bagus untuk ganti jalan. Tapi kalau tidak ada alasan, gue rasa jalan sebagai notaris cukup worthy untuk gue tempuh.
God bless aja lah.
Hhh... gue udah tahu itu sejak lama, tapi gue baru menemukan diri gue di posisi itu sekarang ini.
Yah, emang setiap orang harus mengambil keputusan tentang jalan mana yang akan dia tempuh. Jalan mana yang menurutnya cukup berharga untuk menjadi fokus dedikasi kehidupannya.
Kebanyakan perempuan akan menjadikan anak sebagai fokus kehidupan. Walaupun ada juga yang memilih hal lainnya, karena berbagai alasan. Mulai dari memang perempuan itu sejak awal berniat untuk memfokuskan kehidupannya pada sesuatu selain anak, atau memang dia tidak dikaruniai anak sehingga harus berfokus pada hal lain.
Sayangnya, laki-laki tidak seberuntung itu. Memang sih, banyak laki-laki yang akhirnya memilih keluarga sebagai fokus kehidupan, tapi sayangnya dedikasi seorang laki-laki kepada anak tidak akan pernah menyaingi dedikasi seorang perempuan kepada anaknya, karena laki-laki tidak perlu menghadapi pertempuran seperti halnya peremapuan untuk mendapatkan anak.
Karena itulah laki-laki biasanya memilih objek lain sebagai fokus kehidupan, dedikasi, mimpi, dan bahkan ambisinya. Umumnya yang akan dipilih adalah pekerjaan.
Yah... itu sih konsepnya. Konsepnya memang gampang, tapi pada kenyataannya agak sedikit lebih ruwet dari itu.
Pertanyaannya adalah, pekerjaan apa yang akan dipilih?
Haeh... Gue sekarang ada di titik itu. Sekarang gue udah mulai magang di kantor notaris, yang berarti gue menempuh jalan untuk menjadi notaris. Tapi pada saat yang sama, jalan lain masih saja menggoda gue untuk gue ambil.
Jalan menjadi jaksa sudah tertutup untuk gue, karena ada syarat ukuran badan yang nggak bisa gue penuhi. Selain itu, sebentar lagi awal desember, dan biasanya penerimaan hakim diadakan di bulan Desember. Lalu masih ada juga jalan sebagai advokat yang masih mungkin untuk gue tempuh. Dan tentu saja ada juga jalan sebagai pegawai kantor, baik swasta maupun negeri.
Pilihannya ada banyak, dan gue masih belum bisa memutuskan secara final akan memilih jalan yang mana.
Oh iya, ada juga sih jalan menjadi pengusaha, tapi sayangnya gue nggak tertarik ke arah itu meskipun hal itu juga nggak sepenuhnya gue coret sebagai kemungkinan.
Jujur aja, selama 2 minggu gue magang di kantor notaris, gue semakin tertarik dengan pekerjaan yang satu ini. Entah kenapa pekerjaan satu ini (meskipun maha ribet) sangat menarik untuk gue. Memang nggak banyak drama seperti pekerjaan hakim ataupun advokat, dan juga tidak semapan pekerjaan sebagai pegawai, tapi pekerjaan ini menawarkan hal yang tidak ditawarkan pekerjaan lainnya.
Hal itu adalah, sebagai seorang notaris, kita adalah boss diri kita sendiri. Advokat biasanya jarang berkerja sendiri dan bergabung dengan kantor hukum, di kantor itu biasanya seorang advokat harus tunduk pada sistem kerja kantor hukum itu. Apalagi menjadi hakim dan pegawai negeri pasti punya jadwal yang teratur.
Sebaliknya notaris tidak punya boss. Notaris adalah boss di kantornya sendiri. Kita bisa memilih sendiri kapan akan buka kantor, kapan ingin santai-santai, kapan berkerja dengan cepat, dan kapan akan menunda-nunda. Semua itu ada di tangan notarisnya sendiri. Itu sangat menarik buat gue. Hehehe...
Emang sih, notaris tetap perlu memiliki kedisiplinan yang baik untuk memuaskan klien. Tapi tidak ada yang akan memarahi seorang notaris kalau dia bermalas-malasan. Paling resikonya adalah ditinggalkan klien dan tidak mendapat duit. Huahahaha...
Tapi selain itu, entah kenapa pekerjaan yang satu ini benar-benar menarik buat gue. Ada tantangan-tantangan tersendiri yang baru gue sadari setelah gue mulai kerja di kantor notaris yang entah kenapa justru membuat gue semakin tertarik.
Hhh... gimana ya? Gue pengen memutuskan untuk benar-benar konsentrasi pada jalan seorang notaris, tapi setiap kali gue mau ngambil keputusan bahwa gue akan commit di jalan ini, godaan dari jalan yang lain selalu mengganggu.
Hiks... what should I do? Apa mendingan gue bertapa ke gunung buat minta wangsit ya? (hehehe... mulai ngaco)
Yah, sekarang ini gue memutuskan untuk menjalani jalan yang sudah gue jalani ini saja dulu. Jalan lainnya gue cuekin dulu sampai tiba saatnya gue bisa menemukan alasan bagus untuk ganti jalan. Tapi kalau tidak ada alasan, gue rasa jalan sebagai notaris cukup worthy untuk gue tempuh.
God bless aja lah.